"Naik ke pangkuan gue sekarang. Setelah itu Sandi pasti muter badan biar Tari lihat ke arah sini."

Giliran Calista yang melongo. Karena gemas, Leon lalu membawa tubuh gadis itu mendekat dan menduduki pahanya.

"Lo gila!"

"Sahabat lo lebih gila!"

Seperti yang sudah Leon prediksi, Sandi dengan luwe memutar tubuh sehingga kini Tari-lah yang melihat aksi keduanya. Mata gadis bahkan membola tidak percaya namun Leon justru terkekeh. Ia menurunkan Calista dari pangkuan lalu merangkulnya bersahabat.

Seolah sudah dijelaskan, Calista lalu menatap Tari sembari mengacungkan jempol yang dibalas Tari dengan tatapan bingung. Leon lalu bertingkah aneh yang diikuti oleh Calista. Keduanya memberikan gestur tubuh dan tingkah menyebalkan lainnya.

Yang membuat Tari tak kuasa menahan tawa. Mendengar hal itu, Sandi langsung memutar tubuh mereka membuat Leon dan Calista kalang kabut dan berusaha terlihat seorang sedang berciuman.

"Sahabat kamu kayaknya lagi enjoy sama sahabat aku,"

Bisikan Sandi menerbitkan senyum di wajah Tari. Gadis itu mengangguk pelan.

"Biarin aja,"

"Malam ini kamu pulang bareng aku? My place?"

Tari menggeleng. "Aku masih marah sama kamu, Sandi. Aku gak suka dijebak dalam situasi kayak tadi. Dan berhenti menyeret Leon dalam pembicaraan ini,"

Sandi mengecup pipinya. "Sorry,"

---

"Kayaknya dia pengen liatin ke Tari kalo gue cowok brengsek gitu, Ra. Sumpah perut gue sakit banget malam itu, karena kebanyakan ketawa,"

Ara juga ikut tertawa mendengar cerita itu. Tari yang duduk di sebelahnya sedang bersungut kesal.

"Sumpah. Pacar lo bocah banget, Tari. Lo tahan banget ya sama dia. Ini rekor terlama lo pacaran lho,"

Tari kembali mendengus. "Lo bisa gak sih gak hina-hina pacar gue?"

"Uluh uluh pacar. Yang kemarin habis dinner bareng calon mertua,"

Ara menoleh pada Tari yang makin tampak kusut.

"Lo makan malam bareng keluarganya?"

Tari mengangguk lemah.

"Kalo cowok udah bawa ceweknya ketemu keluarga, tandanya dia serius, Tar. Langsung gas aja,"

Ucapan itu berasal dari Lex yang kini bergabung dengan ketiganya di ruang keluarga rumah mereka.

Dengusan kembali terdengar dari Leon.

"Lo gak tahu aja tuh cunguk ngajak Tari dinner sama keluarganya karna cemburu Tari abis makan siang bareng di runah waktu itu,"

"Bacot banget, Leonard!"

Lex dan Ara berpandangan.

"Dia cemburu sama lo, Le?"

Leon hanya mengangkat bahunya acuh.

"Emangnya ada pacar dia yang gak cemburu sama gue?"

"Gak usah kepedean!"

Lex hanya tersenyum melihat interaksi keduanya. Sedangkan Ara sudah membela Tari.

"Makanya jangan ngintilin Tari mulu, Le."

Leon tertawa. "Dih, kalo gue gak ngintilin suka dicariin, Ra. Lo tahu kan jenis cewek macem apa sahabat lo ini,"

"Tapi kan Tari udah punya pacar. Lo kan juga bisa sama pacar-pacar lo itu,"

"Bosen."

"Bosen jadi playboy?"

Leon mengangguk. "Gangguin pacar Tari lebih seru, Ra. Kapan-kapan gue ajakin lo deh biar lo tahu gimana mukanya dia. Persis kayak muka jelek Lex waktu lo ilang,"

"Kenapa jadi gue?!"

Setelah lelah mengobrol lebih tepatnya berdebat. Tari akhirnya bangkit dan menyeret Leon ikut serta. Keduanya berpamitan pada Lex dan Ara yang tetap sabar mendengarkan mereka ribut.

"Mau kemana abis ini? Gak makan malem disini aja?"

Leon menggeleng. Sedangkan Tari kebagian menjawab.

"Mau belanja bulanan, Ra. Stock makanan udah pada abis,"

"Stock makanan dimana?"

"Kulkasnya Leon. Sekarang apartemennya udah punya dapur yang layak,"

Jawaban itu membuat Lex dan Ara saling berpandangan sebelum akhirnya meringis bersamaan.

"Yaudah, hati-hati nyetirnya,"

"Jangan berantem mulu,"

---

Love

--aku

Suit & Sneakers [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang