"Va...ro?" Celetuk Kenzo pelan.

"Gua Aksa, Aksa Sastra Syahrevi. Kita sering nongkrong lho, masa lupa?" Ucap Aksa tersenyum sumringah.

"Gua Aska, cuy! Aska Bumi Dinanta, parah si kalo lupa. Kita kan bestie abiezz" ucap Aska dengan nada alay khasnya.

"Gua Gemma, Gemma Leosastra. Mabar gak nih?" Celetuk Gemma tersenyum tipis.

Kenzo menatap satu-persatu orang-orang itu, matanya terhenti pada Reza.

Cowo itu berdecih, "Reza, Rienza Putra Wijaya. Bokap lo sama bokap gua temenan" celetuknya.

"Jadi, kita teman?" Tanya Kenzo.

Kelimanya saling pandang, rasa senang timbul dari lubuk hati terdalam mereka. Bahkan Reza, ia senang Kenzo menganggap dirinya teman.

Mereka mengangguk, lalu memeluk Kenzo secara bersamaan, "dan nama lo itu Kenzo, Qyanza Kenzo Anugrah" celetuk Reza.

-K/Q-

Di ruangan dokter, Kenzie menatap gelisah dokter pribadi keluarganya itu. Ia takut terjadi apa-apa pada anaknya, benar-benar takut.

Dokter Fachry menyodorkan sebuah kertas hasil X-ray pada Kenzie, "benturan pada tuan muda memang tak terlalu parah, namun ini juga berefek kepada memori ingatannya" celetuknya.

"Maksudnya?" Tanya Kenzie bingung.

Dokter Fachry menghembuskan nafasnya perlahan, bersandar pada kursi pribadinya itu, "Zie, lo kuliah ambil kedokteran kan? Gak usah pura-pura bego deh" ucapnya.

Kenzie menghembuskan nafasnya frustasi, mengacak-acak rambutnya gusar, "masa iya Kenzo ngalamin itu sii?!!" Tanyanya bingung.

"Sorry, Zie. Tapi emang hasilnya gitu" jawab dokter Fachry.

Wanita itu memijat pelipisnya, ia bingung harus melakukan apa, "jadi gua harus apa?" Tanyanya pelan.

"Ikutin aja proses nya, bantu Kenzo buat kembaliin memori ingatannya. Lo pasti bisa, temen-temen Kenzo pasti bisa" tutur dokter Fachry.

Kenzie mengangkat kepalanya, mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, "benar juga... Ada temen-temennya Kenzo!" Serunya.

Tapi...

"Emang gak bisa ya, kalo misalnya kepalanya Kenzo di hentakin lagi?" Tanya Kenzie.

Dokter Fachry menatap datar kearah teman lamanya itu, "lo mau bikin anak lo mati?" Tanyanya.

Kenzie menggeleng.

"Jangan sampe ginjal lu yang gua jual, Zie" celetuk dokter Fachry.

"Oke-oke!"

Kenzie berdiri dari duduknya, tersenyum kikuk kearah pria seumurannya itu, "maap yah" ucapnya sembari menyatukan kedua tangannya.

Setelah melakukan itu, Kenzie berlari kecil keluar dari ruangan dokter Fachry takut ginjalnya benar-benar di jual oleh temannya itu.

Dokter Fachry menggeleng-gelengkan kepalanya, "umur segini masih bego aja lu, Zie" titahnya.

-K/Q-

Kelima cowo itu menatap intens kearah Kenzo, sedangkan yang di tatap hanya diam tak berkutik. Lebih tepatnya, ia bingung kenapa di tatap seperti itu.

Aska mendekatkan wajahnya, menyentuh pipi Kenzo pelan, "lo masih hidup, Ken?" Tanyanya.

Cowo itu mengangguk.

Kelimanya saling pandang, Aska kembali menyentuh pipi Kenzo, "nama lo siapa?" Tanyanya.

"Ken..zo?" Jawab Kenzo dengan tatapan bingung.

"Nama panjang?" Tanya Aksa.

"Qyan..za? Kenzo Anugrah..." Jawabnya ragu.

Kelimanya kembali beradu pandang, Reza menggeleng yang di respon anggukan oleh Varo, "sekarang lo dimana?" Tanyanya.

"Rumah sakit" jawab Kenzo.

Varo menoleh kembali kearah temen-temennya, melihat anggukan dari Reza. Cowo itu mengangguk, yang membuat Aska dan teman-temannya mundur.

Mereka berkumpul di samping ranjang Kenzo, memberi space agar cowo itu tidak mendengar pembicaraan mereka, "dia bisa jawab, terus gimana lagi?" Tanya Aska.

"Kasi soal matematika" saran Gemma.

Aksa menggeleng, "jangan lah, bodoh! Baru bangun udah lu suruh mikir" tolaknya.

"Bener juga..."

"Anu..."

Kelimanya refleks menoleh, menatap Kenzo secara bersamaan, "kenapa, Ken?" Tanya mereka.

"Kita... Udah kelas berapa?" Tanya Kenzo.

Varo menoleh kearah Reza, cowo itu mengangguk seolah memberi izin untuk Varo menjawab, "kita kelas 12 sekarang" jawabnya.

"Kok aku bisa di sini?" Tanya Kenzo lagi.

"Tadi malam lo jatoh dari motor, jadi lo di bawa ke sini" jawab Varo.

"Tadi malam?" Ulang Kenzo.

Kelimanya mengangguk.

Kenzo menundukkan kepalanya, ia bingung jika tadi malam ia jatuh dari motor. Maka apa maksud dari mimpinya itu? Dan bagaimana bisa? Ia tidak ingat apapun!

"Ken"

Kenzo kembali mengangkat kepalanya, menatap kearah teman-temannya itu, "jangan khawatir, kita ada buat nemenin lo" ucap Varo sembari tersenyum tipis.

Deg!

Senyum itu, sama seperti di dalam mimpinya!

Vyora tersenyum tipis, ia meraih tangan Kenzo lalu mengembalikan raport itu, "maaf, tapi aku harus pergi" jawabnya.

-K/Q-

Deja vu nya ga seru banget, ahahaha

Jangan lupa vote and komen, yah!!

See you

KENZO OR QYANZA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang