❄️BAB 7❄️

Start from the beginning
                                    

"Lo yang pergi." Theo tiba-tiba bersuara dengan nada tajam.

"Gak mau!" Meta bersedekap dada.

"Setelah ini dan pulang nanti, kita bakal lanjut kerja kelompok. Jadi, jangan ganggu gue."

"Ikut, aku mau ikut!" Seru Meta semangat.

Theo mendengus. "Jangan mencampuri urusan gue."

Bahu Meta merosot. "Aku cuma mau ikut, janji gak buat kamu repot. Please...," Mohonnya dengan wajah memelas, berharap Theo menyetujui keinginannya.

Theo menggeleng. "Gue pakai motor, jadi gak bisa bawa lo."

Meta merasakan rongga dadanya tiba-tiba sesak. "Aku---"

"Lo, pergi dari sini." Perkataan Theo yang begitu tajam, membuat hati Meta terasa menyakitkan seperti ditusuk-tusuk. Dia langsung berdiri dengan mata berkaca-kaca, lalu berlari kecil keluar dari kantin.

Theo menghela napas kasar.

❄️❄️❄️

Baru saja keluar dari gerbang sekolah, Theo mengernyit ketika melihat Meta duduk sendirian dibangku panjang sambil menangis tersedu-sedu.

Tak ayal, Theo merasa bersalah atas kejadian di kantin tadi. Tapi, dia menolak untuk peduli dan memikirkan hal tersebut karena biasanya begitulah, responnya terhadap gadis-gadis yang mengejar dirinya.

Theo menggeram ketika otaknya menyuruh untuk segera melangkah pergi. Tapi, kakinya malah melakukan sebaliknya.

"Waktunya pulang."

Suara bernada datar itu membuat Meta tercekat, dia memalingkan wajah ketika tahu itu adalah suara Theo.

"Gak mau pu-lang!" Sahut Meta dengan suara serak, khas orang menangis.

Sebelah alis Theo terangkat mendengarnya. "Kenapa?" Tanyanya kemudian.

Meta mendongak untuk menatap Theo. "Tadi di se-kolah gak bisa nangis... Ja-di mau puas-puasin dulu disini na-ngisnyaaa," jawabnya dengan suara terputus-putus.

Theo mengambil duduk disamping Meta dan menatap gadis itu dalam. "Okay, now, can you stop crying?"

"Gak bisa...," rengek Meta karena meskipun dihapus, air matanya akan keluar kembali.

Theo menghembuskan napas gusar, dia kemudian meraih tubuh Meta dan mendudukkan gadis itu dipahanya, membuat tangis Meta langsung berhenti begitu saja.

"Iyo... Kamu jahat banget. Perasaan aku ke kamu tuh gak main-main, tapi malah ditarik ulur terus," ucapnya sambil melingkarkan tangan dileher Theo dan menyembunyikan wajahnya disana.

"Gue emang jahat."

"Iyo... Kamu tau gak?" Meta bertanya dengan Tiba-tiba. Mengabaikan sahutan Theo sebelumnya.

"Mhm?"

"Dari dulu, aku pengeeen banget punya cowok yang ganteng sama tinggi. Terus, dia tuh dingin dan gak gampang digoda sama cewek lain. Tapi, manja banget kalo sama aku. Love languagenya itu psychal touch yang suka peluk, cium, dan gigit." Meta merengut. "Itu kamu banget. Makanya, ayo kita pacaran. I will be yours, and you will be mine," lanjutnya kemudian.

"Oh."

Meta kembali merengut mendengar respon Theo.

Theo menurunkan Meta dari pangkuannya, lalu mengecup pipi gadis itu sebelum melangkah pergi. "Ayo, pulang."

-
-
-
TBC

Akhirnyaaa, aku bisa lanjut. Kemarin, aku tuh gak semangat banget, frustasi mikirin muka yang gak pernah absen muncul jerawat. Tapi, karena banyak yang kangen sama cerita ini, semangatku berkobar untuk melanjutkannya, makasih banyak yaaa kalian semua♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

500 komen buat langsung lanjut, kalo gak tembus gak papa, aku tetap up hari sabtu depan.

Kalian baca MCG gak sebelumnya? Kalo iya, kalian pasti tau kalo ini beda alur yaa. Soalnya kalo kaya disana alurnya, bakal berat. Theonya gak bakal mau ngomong dan selalu abain si Meta sih, wkwkwkkw(⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠_⁠_⁠_⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠)

 Theonya gak bakal mau ngomong dan selalu abain si Meta sih, wkwkwkkw(⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠_⁠_⁠_⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
METHEOWhere stories live. Discover now