Langit, Yudha, dan Radi juga tidak bisa berbuat banyak selain terus mengingatkan para gadis mereka untuk berhati-hati. Kejadian yang disebabkan oleh keparat Fandi tentu masih terngiang di otak mereka.
"Kak Langit, nanti ada supermarket gede kita mampir dulu, ya? Soalnya ada beberapa bahan makanan yang nggak bisa dibeli kemaren," ujar Rhea sebelum membuka pintu kemudi.
Langit mengangguk. "Oke, gue ngikutin dari belakang pokoknya."
Pada akhirnya, perjalanan mereka dimulai. Dengan Rhea sebagai supir utama mobil pertama dan Langit yang di mobil kedua.
Kalau ditanya bagaimana keadaan manusia di dalam dua mobil tersebut, tentu saja akan sangat beda. Para gadis menyalakan musik dan bersenandung ceria, sedangkan para pemuda membuat keadaan mobil sunyi tanpa musik bahkan radio dengan mata yang fokus pada mobil di depan. Oh, kecuali Theo yang mulai bosan.
"Idupin kek musik, atau ngomong kek dikit," racau pemuda Danuardan itu yang duduk di kursi paling belakang bersama Yudha.
"Sst, diam. Kita lagi fokus!" tegas Harsa yang duduk di kursi tengah dengan Radi di sebelahnya. Kursi terdepan ada Langit dan baginda Dirga.
Theo hanya bisa menggeleng pasrah dengan tingkah bucin sahabatnya itu. Yang nggak bisa bucin memang harus mengalah.
**
Setelah 30 menit lebih, semua masih berjalan dengan baik begitu mereka tiba di supermarket. Para gadis langsung berpencar untuk mencari bahan makanan yang kurang, sedangkan para pemuda mencari makanan mereka sendiri. Setiap dua orang membawa satu troli, bagaimana tidak banyak belanjaan mereka?
"Ngapain belanja makanan sebanyak itu?!" kaget Shifa melihat sekian kardus yang dari tadi bolak-balik diambil oleh Theo dan Yudha.
"Kita pemakan segala," balas Yudha santai. Dan memang benar. Mereka tidak bisa tanpa stok makanan yang banyak. Sekali kumpul bisa beberapa makanan yang mereka pesan.
Rhea menggeleng pasrah. "Terserah mereka aja, Kak. Emang semua sama aja, pada gila makan."
Berbelanja membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, termasuk ribut kecil karena ada satu bahan sulit ditemukan dan pada akhirnya Radi yang dapat. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan.
Kira-kira 20 menit lagi akan tiba di villa keluarga Erlangga, entah secara sengaja atau tidak sengaja. Ada satu motor yang berisikan dua laki-laki asing menabrak bagian belakang mobil yang ditumpangi para gadis, tepatnya setelah menyalip mobil Langit dkk.
Karena mendengar bunyi yang cukup keras dan melihat kaca spion, Rhea menyeringit kesal. Tepat pula dua orang asing tersebut mengetuk kaca jendela Rhea dan menyuruh berhenti.
"Wah, anak anjing nih," umpat Rhea yang langsung memberhentikan mobilnya.
"Rhe jangan dibuka, Rhe," panik Andisha yang berada di sebelah Rhea.
"Gapapa," balas Rhea santai setelah melepaskan sabuk pengamannya. "Gue masih inget cara nonjok orang."
Gadis itu keluar dengan wajah penuh kesal.
Melihat mobil depan berhenti, otomatis juga ikut berhenti.
"Eh, kenapa?" bingung yang lain. Netra mereka membulat saat melihat Rhea yang turun dari mobil.
"Rhea ngapain pake turun sih, orang kayak gitu nggak usah diladenin!" gerutu Harsa.
Secara bersamaan Harsa dan Langit turun, mendekati Rhea dan dua laki-laki asing itu tampak sedang berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kanvas Putih✔️
Fanfiction[ 00 LINE NCT ] Bagaikan sang pelukis yang memberi warna pada sebuah kanvas putih. Bercerita tentang keenam manusia dengan masing-masing kisahnya terhubung dengan sebuah kata yang dinamakan persahabatan, terjerat dalam lika-liku dunia yang disebut k...
47. Hello, Staycation!
Mulai dari awal