"Emang siapa namanya?"
Jungmin tersenyum. "Nanti kamu lihat sendiri di surat keterangan lahir dari rumah sakit. Buat kejutan"
"Oh Oke, terus satunya lagi apa?"
Kini Jungmin menggenggam tangan Seokjin seraya menatapnya lekat.
"Jin, kalau ternyata nanti adek mewarisi bakat menari aku, tolong kamu dukung. Ga ada yang salah kalau anak laki-laki bisa nari. Lingkungan kita aja yang terlalu kuno yang nganggep itu hal aneh" ucap Jungmin.
"Iya.." jawab Seokjin sambil mengangguk.
"Kursus tari modern atau kontemporer menurut aku itu bagus buat anak laki-laki. Tapi kamu lihat dulu minatnya, tunggu semintanya dia aja, Jangan dipaksa"
Lagi, Seokjin mengangguk. Tapi kali ini dengan mata berkaca-kaca.
"Andai aja keadaanku ga kayak gini, aku pasti bawa kamu juga supaya kita bisa besarin anak kita sama-sama. Aku ga mau pisah sama kamu, Min..." ucap Seokjin dengan suara bergetar.
Dengan kedua tangannya, Jungmin kini menangkup wajah Seokjin.
"Jin, aku juga ga pernah mau pisah dari kamu, apalagi pisah sama anak aku yang aku kandung selama 9 bulan, tapi keadaan kita memang sulit banget sekarang. Kita terima aja apa yang udah diatur orangtua. Anggep aja pengorbanan kita ini buat membayar kekecewaan mereka ke kita...
Aku percaya kamu, Jin. Kamu pasti bisa jadi Papa yang baik meskipun didepan dia kamu harus jadi Kakaknya" ucap Jungmin menyinggung pilihan yang ditawarkan Bunda Seokjin.
Dimana dari pilihan itu Seokjin lebih memilih untuk menjadi Kakak bagi si anak daripada anak itu harus berakhir di panti asuhan.
Bersamaan dengan itu, terdengar pintu di ketuk dan dibuka lalu tampaklah seorang suster yang tersenyum ramah kepada mereka.
"Mas Seokjin, Bundanya udah nunggu. Adeknya udah siap dibawa pulang" kata perawat itu.
"Oh iya Sus, makasih. Saya kesana sekarang"
Perawat itu mengangguk lalu pergi. Dan kini Seokjin kembali menatap Jungmin.
"Aku pergi ya, Min. Aku bawa adek" pamit Seokjin.
Dengan mata berkaca-kaca Jungmin mengangguk. "Jaga dia baik-baik ya, Jin"
"Pasti. Kamu juga jaga diri baik-baik ya"
Jungmin mengangguk.
Dengan raut penuh kepedihan, perlahan Seokjin mengulurkan tangan, menangkup pipi kanan Jungmin dan memberikan kecupan lembut di bibir tipis gadis bermata bulat itu.
Kecupan lembut yang kemudian berubah menjadi ciuman hangat dari keduanya yang sepenuh hati disertai uraian airmata dari kedua mata mereka.
Hari itu Seokjin dan Jungmin mengakhiri hubungan mereka dan melanjutkan hidup masing-masing.
.
Di mobil dalam perjalanan...
Bunda duduk di depan menemani Ayah yang mengemudi. Sementara di bangku belakang Seokjin mendekap bayi kecilnya yang bulat, merah dan tampan itu sembari tangannya memegang secarik kertas keterangan lahir dari rumah sakit.
Saat itu untuk pertama kalinya, Seokjin membaca nama putranya yang masih memakai marga ibu kandungnya.
Jeon Jungkook.
"Bagus banget Mama kasih kamu nama, nak. Tapi mulai besok nama kamu berubah jadi Kim Jungkook. Pakai marga Papa. Oke?" bisik Seokjin pada bayinya yang tertidur nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAYON ( REVISI )
FanfictionDia dipanggil adik karena dia yang termuda dirumah. Kakak keduanya adalah teman yang siap untuk mengajaknya sedikit 'nakal' sementara Kakak sulungnya bagaikan sosok Ayah kedua baginya. Dia sederhana namun membawa banyak kisah bagaikan pensil krayon...
33. Dulu Dan Sekarang
Mulai dari awal