Tanpa tahu Allen justru diam-diam meminta maaf pada Tuhan atas kebohongannya pada sang ibu.
"Maaf ma, Allen bukan lagi anak yang baik," terlalu payah untuk jujur hingga hanya berani berucap dalam batin.
Aku merasa takut dengan hasil dan reaksi. Aku memang terlalu penakut jika banyak orang kecewa atas apa yang aku lakukan sekarang.
Tidak, ini bukan hanya tentang diriku saja melainkan tentang mereka yang menyayangiku. Yang menaruh harapan besar terhadapku.
🔗🔗🔗
"MY BABY BUNNY SWEETIE!"
"Tuhan, tolong aku ku tak dapat menahan rasa didadaku~"
Baru satu langkah memasuki markas, Allen sudah disambut dengan teriakan tidak jelas oleh Kaze dan Abel yang berjoget-joget seperti orang gila.
"Mohon maaf, markas gue gak ngizinin buat nampung pasien odgj."
"Buset cimol omongan lo sekarang bikin jantung gue terbelah menjadi dua sekarang" sahut Kaze dramatis memegangi dadanya.
"Bagus, satunya dijual buat gue sama Allen beli mobil nanti," sahut Abel sedangkan Allen hanya tertawa menepuk heboh lengan Kaze yang merengut.
"Lo berdua tumben kesini duluan. Ada apa?" tanya Allen seraya meminum teh berperisa blackcurrant. Haus coy.
"Tadinya sih mau tidur siang aja gue, tapi malah susah anjir. Yaudah gue kesini deh" jawab Abel ikut duduk disebelahnya memakan kacang sukro.
"Lo tidur aja susah apalagi bahagia cuk," timpal Kaze si paling pandai meroasting.
"Jangan lupa berkaca ya cuk" balas Abel tak kalah pedasnya. Pretty savage 1:1.
Markas yang dijadikan rumah kedua bagi mereka bertiga tempati sekarang memang memiliki banyak cerita disana. Tetesan air mata dan canda tawa pernah ada untuk menjadi kenangan yang tak akan lekang oleh waktu.
"Abel katanya lagi naksir sama cewek geng sebelah? Spill dong proses pedekatenya gimana," ucap Allen menopang dagunya persis seperti anak kecil yang antusias mendengarkan cerita dongeng.
Haduh, kalau Abel tidak ingat Allen mempunyai kekasih sudah ia gigit pipi bakpaonya sekarang.
"Kagak dapet apa-apa sih mol. Cuma dapet jatuhnya doang, cintanya kagak," balas Abel lesu dengan wajah persis orang susah sukses membuat Kaze tertawa puas.
"Hahaha apes bener lo bel!"
"Kok bisa sih? Gue liat kemarin lo masih bisa cengengesan jalan sama dia tuh," Allen mengernyit heran.
Memang kisah percintaan Abel dari dulu selalu saja ada halangannya. Padahal aura seorang Isabel Izzy ini tidak terlalu buruk. Lebih baik dari kata sempurna malahan.
"Gue ditikung anjir! Huhuhu~ sedih banget gue," dengan modusnya Abel memeluk manja pada Allen.
Oh, jangan kaget. Dua sahabatnya memang kerap bertingkah laku seperti ini dan Allen sendiri tidak mempermasalahkan.
"Lu ditikung? Bales bego, puter balik tabrak dari depan," ucap Allen tidak terima dengan nadanya yang berapi-api.
Bibir yang mengerucut dan mata yang menyipit tajam seolah ia memperlihatkan sisi mengerikannya.
Mengerikan darimana?
"Jujur ya, gue capek dengan kelucuan lo. So, mau gak jadi pacar gue?" bodohnya Abel malah berucap seperti itu yang membuat Kaze tidak segan menampol wajahnya.
"Ketahuan Jimmy bisa habis lo."
Allen hanya tertawa melihat keributan keduanya. "Ada sirkuit gak malam ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Act Paradigm [SUDAH TERBIT]
FanfictionGoresan kisah dari pena hitam yang bukan menorehkan genre klasik bukan fluffy dan bukan pula angst. Ini hanyalah dua insan yang sudah memiliki namun tak pernah merasakan dimiliki. [Adapted from alternate universe 'Three Act Paradigm' on twitter] © M...
LAP 2 : Semesta Dan Jawabannya
Mulai dari awal