✨ 15. Pria Yang Jahat ✨

Mulai dari awal
                                    

"Sakti, jaga bicara kamu! Jangan kurang ajar seperti ini," ucap Om Haris pelan namun tegas.

Dan sungguh luar biasanya, Adel mengira Sakti akan patuh namun pria itu malah berdecak kencang. "Kan yang aku bilang fakta, Yah! Di sini sumpek, sempit, panas! Dan bisa-bisanya Ayah suruh aku menikahi gadis miskin ini!" seru Sakti beranjak berdiri sambil menunjuk Adel dengan wajah marah.

Adel terkejut sekali. Ibunya juga sudah pasti syok dan semakin menatap Sakti sinis.

"Anak kurang ajar!" desis sang ibu pelan dan mungkin hanya ia yang bisa mendengarnya.

"Sakti!" seru Om Haris sebagai gertakan agar Sakti tidak membuat ulah.

Jericho yang baru saja datang dengan barang-barang seserahan dibantu seorang supir tampak kebingungan melihat Sakti yang kembali duduk dengan wajah kesal dan juga Om Haris yang sedang mengusap dada agar bersabar.

"Bu Hernita, saya benar-benar minta maaf atas sikap Sakti tadi. Dia emang suka begitu, tolong jangan diambil hati ya? Saya yakin ke depannya Sakti akan bersikap lebih baik lagi, apa lagi setelah menjadi menantu ibu," ujar Tante Devina dengan lembut.

Ibunya pun kembali memasang senyum. "Iya Bu, nggak apa-apa kok. Saya juga sadar diri kalau rumah saya memang sempit, nanti kalau ada rejeki saya akan renovasi supaya kalau nanti Sakti menginap di sini jadi betah," ujar ibunya.

"Ck! Gue nggak akan pernah mau menginjakkan kaki lagi di sini!" ucap Sakti yang siapa sangka dapat Adel dengar. Namun yang lain memilih abai. Hingga akhirnya mereka pun sampai di topik pembicaraan yang membahas tentang pernikahan Adel dan Sakti.

"Saya mau mereka menikah secepatnya!" tutur sang ibu.

"Baik, saya juga tidak akan menunda-nunda pernikahan ini, karena bagaimana pun kandungan Adel akan semakin bertambah besar. Apa lagi yang ibu Hernita inginkan?" tanya Om Haris.

"Saya mau pernikahan ini diselenggarakan dengan mewah dan Adel dapat mahar seratus juta."

"Ibu!" Adel berseru lantaran apa yang diminta oleh ibunya itu sudah kelewat batas, seakan-akan sedang memanfaatkan situasi. "Bu, aku nggak perlu pernikahan mewah apa lagi sampai mahar sebesar itu," ucapnya lagi dengan wajah memohon.

"Ck! Nggak usah banyak drama deh. Kalau emang matre ya matre aja. Seratus juta buat bokap gue itu nominal yang kecil," Sakti mencemooh dan langsung dihadiahi pukulan di paha oleh Jericho. "Jaga omongan lo, Sak."

"Diam lo, Sat!" balas Sakti tidak mau kalah.

"Eh udah-udah, jangan ribut di sini ya. Baik ibu Hernita, sebelumnya saya meminta maaf pada ibu, untuk permintaan ibu yang ingin pernikahan Adel dan Sakti digelar secara mewah sepertinya kami tidak bisa kabulkan, bagaimana pun keduanya menikah bukan karena keinginan masing-masing tapi karena desakan dan juga mereka masih terlalu muda, saya tidak ingin kabar bahwa Adel sedang hamil ini diketahui lebih banyak orang lagi," ujar Tante Devina membuat Adel bisa bernafas lega.

Ya, dirinya memang tidak mau pernikahan ini banyak diketahui orang, terutama oleh Naomi dan juga Mama Adina. Adel masih belum siap bercerita pada mereka, mungkin menunggu waktu yang tepat nanti barulah ia bercerita tentang keadaannya kini.

"Yang istri saya katakan benar, lebih baik acara pernikahannya digelar secara sederhana saja. Untuk mahar seratus juga saya tidak keberatan. Sakti dan Adel akan menikah secara agama dan negara. Bagaimana kalau acara pernikahan ini kita gelar dua Minggu lagi?"

Adel tidak mengangguk atau pun menggeleng karena ibunya lebih dulu menyetujui tawaran Om Haris itu. Berbeda dengan Sakti yang melayangkan protes karena merasa keberatan.

"Yah, kenapa harus dua Minggu lagi?!"

"Oh, jadi kamu maunya pernikahan kamu dan Adel dilaksanakan dua hari lagi?" sahut Om Haris dengan ketus.

Result Of Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang