JLEB..

"AKKHHH... Hiks sakit hiks lepakan hiks sakithh..."

"Sstt.. tenang baby sakitnya hanya sebentar, tahan sedikit lagih sshh... masih perawan hmm" Sai melihat cairan merah keluar merembes dari hole Davin.

Sai mulai memaju mundurkan pinggulnya dengan stabil. Ray pun sedang menyiapkan penisnya di depan mulut Davin.

"Suck my di*k!"

Davin terus menggeleng menolak untuk mengulum pen*s Ray yang berukuran sama tidak normalnya seperti Sai.

Ray melirik Sai seperti memberi kode untuk membantunya, dengan keras Sai menghentakkan pinggulnya hingga Davin menjerit keras, melihat kesempatan Ray langsung memasukkan pen*snya ke dalam mulut Davin. Geraman tertahan Davin menambah kenikmatan pada selatan tubuh Ray yang berada di mulutnya.

Davin terus menangis, rasanya sangat sakit saat Sai memasukan pen*is nya kedalam lubang keringnya itu. Dia merasa tidak terima bahwa dia sedang di lecehkan oleh dua orang itu, tapi melawanpun dia tidak akan menang.

Davin hanya berdoa semoga ini hanya mimpi buruknya saja dan akan segera terbangun di kasur kesayangan pagi hari.

"Arghh.. shh.. lubangmu sempith Ahh... gw mau keluar"

"Gw juga aahh.. hisap terush babyhh.."

Akkhhh...

Mereka keluar bersamaan. Tapi satu kali cum tentu belum cukup untuk Ray dan Sai. Merek mengubah posisi dengan Sai yang duduk di kursi dengan Davin di pangkuannya menghadap ke depan. Davin yang sudah lemas hanya bisa bersandar di dada bidang Sai dengan pangutan yang bahkan belum terlepas.

Sai mengeluarkan pen*s nya sehingga tersisa kepalanya saja untuk memberi ruang agar Ray bisa masuk. Ray menyiapkan diri di depan Davin, memasukan satu jarinya untuk meregangkan lubang itu dan dengan sekali hentakan memasukkan pen*snya.

AAKKHHH...

"S-SAKITHH HISK SAKITHH... keluarkan hiks... Sakithh..." Tangis Davin menggema di ruang kelas.

"SHH.. akhh.. sangathh.. sempith Ahh" geram Ray.

Sai yang tidak tega melihat Davin kesakitan mencoba melumat bibirnya untuk mengalihkan rasa sakit. Ray pun ikut andil dengan menghisap puting merah muda Davin. Merasa mulai tenang Sai dan Ray mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan.

"Akhh.. Ahh berhenti Ahh hiks stophh" Tolaknya dengan berusaha mendorong Ray yang berada di depannya itu. Namun nihil dosen muda itu bahkan tidak mundur satu inci pun.

"Hhhh.. nikmati saja babyyhh.." Davin tidak munafik Geraman rendah lelaki asing di belakangnya terdengar sangat seksi, di tambah tangannya yang sedari tadi bermain dengan kejantanan miliknya yang tidak seberapa besarnya itu. Dunia memang tidak adil kepadanya, kenapa milik kedua lelaki yang sedang melecehkannya terlihat sangan besar dan panjang sedangkan miliknya kecil bahkan terlihat imut. Huh! Davin sangat kesal.

"Ahh.. perihhh.. Ahh pipishhh.." cairan Davin keluar dengan bebesapa tembakan kecil mengotori perutnya dan juga perut Ray.

"Kami belum keluar baby.."

Mereka berdua bahkan tidak membiarkan Davin menikmati pelepasan nya, dan langsung menggenjot lubang itu dengan cepat dan keras.

Davin yang masih sensitif bahkan tidak sanggup untuk mendesah lagi. Ia hanya bisa menggeleng kepalanya yang bersandar pada bahu Sai dengan mata menggulir ke atas menyisakan bagian putihnya saja dan mulut terbuka.

My Two Baddies||bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang