Anya jelas tak terbiasa dengan hawa dingin. Ia segera menghapus idenya soal bergabung dengan organisasi pencinta alam. Ia pasti akan jadi orang paling lemah jika tetap memaksa ikut. Walau alam tak melulu soal gunung, tapi Anya tahu kegiatan mereka kebanyakan berhubungan dengan gunung.
“Kamu gak bawa sarung tangan?” Suara rendah milik Sanan menyapa telinganya.
“Ada di tas, lupa dibawa.”
“Pake punyaku kalau gitu.” Sanan memberikan sarung tangannya beserta beanie abu-abu yang semula dipakainya.
“Gak usah Nan, kamu aja yang pake. Kamu pasti dingin juga kan?”
“Gapapa pake aja, aku udah terbiasa. Rumahku lebih dingin dari ini.”
“Wah, iya kah? Rumahmu dimana emang?” Anya menerima sarung tangan dan beanie abu-abu itu dengan senang hati.
“Wonosobo.”
“Kaya pernah denger.”
“Dieng.”
“Oh, Wah! Rumahmu disitu?”
“Iya sekitar situ.”
“Aku denger suhunya pernah sampai nol derajat?”
“Iya.”
“Gila. Aku udah mati kayanya kalau tinggal di sana.”
Tanpa diduga, tawa pelan menguar dari mulut Sanan. Anya sampai terpaku melihat tawanya. Jarang-jarang Sanan berekspresi seperti itu.
Kalau dilihat-lihat manis juga.
Eh?
“Jangan diketawain dong. Aku kan nggak terbiasa di tempat dingin,” kata Anya tanpa nada tersinggung. Tatapannya masih berfokus pada wajah Sanan.
“Kapan-kapan kamu harus main ke tempatku. Di sana ada festival tahunan, kalau tahun ini udah dilaksanain awal September kemarin. Jadi, kalau mau kamu bisa datang tahun depan.”
“Belum lama ini kamu udah ngajak aku ke Karimun loh.”
“Kamu punya waktu empat tahun untuk mengeksplor wisata di sekitar sini. Aku siap jadi guide kamu kalau kamu mau.”
“Wah, sebuah kehormatan.”
“Ehem!” Irshad berdehem dari belakang dan menepuk pundak mereka berdua. “Sobat, jangan lupa kalau ini malam keakraban jurusan bukan malam keakraban kalian berdua.”
“Kita cuma ngobrol.”
“Iya ngobrol, tapi cuma berdua.”
“Yaudah sini kalau mau ikut ngobrol.”
“Gak usah. Perhatiin aja ke depan, pensinya udah mau mulai.”
Anya mendesis. Tanpa disuruh pun ia akan memperhatikan. Tadi ia mengobrol untuk mengisi waktu luang selagi kelompok lain bersiap-siap.
❃❃❃
Selain kelompok 1 yang membawakan drama, tak ada lagi penampilan yang menarik bagi Anya. Meski begitu dia tetap memperhatikan sambil mencoba menahan kantuk yang mulai menghantuinya.
Dingin-dingin begini enaknya selimutan di kamar sambil nonton, bukannya kumpul di ruang terbuka dan menikmati kabut yang mengurung mereka.
Anya tak habis pikir siapa yang ngasih ide buat pentas seni di tengah udara dingin. Lebih masuk akal kalau mereka sambil membuat api unggun dan mengelilinginya sambil bernyanyi seperti anak pramuka.
Omong-omong Anya belum pernah melihat api unggun secara langsung.
“Yuk siap-siap, habis ini kita tampil.” Ucapan Irshad sukses membuat Anya refleks menegakkan tubuh.
Setelah penampilan kelompok 14 selesai, Irshad membimbing teman-temannya maju ke atas panggung dan mengantur posisi. Kemal dan Sanan berdiri di ujung kanan dan kiri, sementara Irshad duduk di dekat Sanan sambil memangku gitar yang sudah disediakan panitia.
Irshad sempat melirik ke arah penonton yang tampaknya tak tertarik dengan mereka. Beberapa terlihat memeluk lutut sambil membenamkan wajah di sana dan memejamkan mata. Beberapa asik mengobrol, ada juga yang memperhatikan dengan wajah bosan.
Irshad menghela napas sebelum mulai memetik gitarnya. Nada yang begitu familiar pun terdengar, disusul penggalan lirik yang dinyanyikan teman-temannya.
Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini ingin itu banyak sekaliSecara serempak, tiap-tiap pasang mata di depan sana mulai melirik ke arah mereka. Tampaknya kelompok Irshad berhasil menarik perhatian.
Irshad menyeringai sambil terus memetik gitarnya dengan jumawa.
Semua semua semua
dapat dikabulkan
dapat dikabukan
dengan kantong ajaib
Aku ingin terbang bebas diangkasa“Hey baling-baling bambu!” Suara Kemal bersatu dengan suara penonton yang ikut menyahuti.
Hal itu sukses membuat kelompok 15 terkejut karena tak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu.
Meski Doraemon lebih familiar untuk anak-anak 90-an, tapi ternyata masih banyak dari mereka yang mengetahuinya. Mungkin karena masih ditayangkan di televisi setiap hari minggu.
La la la aku aku sayang sekali
Doraemon.Mereka berujung bernyanyi bersama selama dua menit lebih dan mendapatkan tepuk tangan meriah begitu selesai.
Kelompok 15 turun dengan wajah puas dan kembali ke tempat mereka.
“Pilihan lagu kita gak salah, keren banget kita barusan,” kata Irshad penuh sanjungan.
“Iya bener. Kali ini terpaksa aku akuin,” balas Anya. Irshad jadi semakin besar kepala karenanya.
Pentas seni pun kembali dilanjutkan dengan penampilan penutup dari para panitia yang membawakan sebuah drama bertema pelakor.
Setelah itu selesai mereka baru diperbolehkan istirahat. Acara ramah tamah bersama alumni akan dilaksanakan besok pagi sebagai agenda terakhir dari serangkai Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus.
Dengan kata lain mereka akan segera terlepas dari genggaman para panitia menyebalkan dan menjadi mahasiswa baru geografi seutuhnya.
Meme yg sangat mewakili 😭
❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃❃
Sukabumi, 17 Januari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Oritsuru [ᴇɴᴅ]
Teen FictionKatanya kalau kita membuat seribu bangau, harapan kita akan terkabul. Campus Life | Romance Written on : 01 January-01 May 2023 ©Dkatriana
❃ Malam Keakraban
Mulai dari awal