graced destiny.

Mulai dari awal
                                    

"Apa kau bisu?" desis pria itu dan menghempaskan tangannya yang mana membuat Hyungseok ingin menghela napas. Seperti biasa, Zin dan temperamennya.

Hyungseok melirik ke dua tangkai bunga daisy yang tergeletak di tanah. Ia menunduk dan meraih bunga tersebut lalu memberikannya pada Zin. "Maaf, ini milikmu"

Meraih dua tangkai bunga itu dengan kasar, Zin pun meletakkannya di samping pintu bersama dengan tangkai bunga lain yang sudah mengering. Ia mengabaikan eksistensi Hyungseok disana dan berlutut memandang foto yang sudah memudar diantara tumpukan tangkai bunga.

"Apakah kamu temannya?" Hyungseok merasakan hatinya menghangat ketika melihat ekspresi wajah sarat akan kesedihan di wajah Zin.

Sepertinya agak tidak benar, tetapi Hyungseok benar-benar senang karena ada orang yang bersedih akan kematiannya.

"Kau siapa?"

Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Zin, dan kepala batunya. Hyungseok mengulas senyum kecil. Ia mendudukkan diri di ambang pintu sehingga kini mereka berdua saling berhadapan.

"Aku Soma Keisuke. Teman Hyungseok"

Mendengar itu, Zin menaikkan sebelah alisnya merasa tidak percaya. Ditatap sedemikian rupa oleh Zin rupanya membuat Hyungseok gugup, takut jika omong kosongnya tidak terjual.

Memutar otak, ia pun kembali mengarang cerita secara impulsif. "Aku teman lamanya dari Seonukdo. Kita sempat berteman saat SMP sebelum aku pindah ke Jepang. Lalu, karena suatu hal aku kembali lagi ke Seoul untuk bersekolah. Aku memilih sekolah yang sama dengan Hyungseok karena aku merindukannya. Tapi—tapi..."

Hyungseok berusaha memutar otaknya lebih cepat, tetapi ia kehabisan ide. Ucapannya menjadi berulang-ulang di akhir dan nampaknya Zin menjadi agak salah paham tentang itu.

"Tidak perlu dilanjutkan. Aku tau maksudmu"

Melirik Zin yang masih tidak mau menatap balik padanya, ia mengulas senyum tipis. "Terima kasih"

"Kurasa kau tahu kan, kalau Hyungseok juga tinggal bersama dengan temannya yang bernama sama dengannya"

"Begitulah... Apakah kamu tahu sekarang dia pindah kemana? Aku ingin mengucapkan salam padanya"

Tatapan Zin yang semula tertuju pada potret buram diantara tumpukan bunga kering kini mulai tertuju pada Hyungseok yang berada dalam raga Keisuke.

"Dia juga mati"

Hyungseok tersentak. "Mati?"

Ia meremat jemari tangannya dan mencoba menyembunyikan dari jangkauan mata Zin. Batinnya mengulang ucapan teman sebangkunya kala masih memiliki dua tubuh.

Tubuh asliku ...mati

"Ya... dia menderita kelelahan. Kau pasti tidak tahu kalau Hyungseok gemuk itu tidak bersekolah dan harus bekerja di minimarket setiap malam. Abunya dibawa pulang oleh Ibunya ke Seonukdo"

"Takdir itu kejam bukan? Mereka berdua sama-sama mati hanya selang satu hari meskipun penyebab kematiannya jelas berbeda"

Setelah mengatakan itu, Zin mengerenyitkan dahinya. "Ck. Kenapa juga aku memberi tahumu soal ini. Oh, sebelumnya kau bilang sempat tinggal di Seonukdo kan? Apa dua Hyungseok itu berasal dari tempat yang sama?"

Hyungseok menegang. "Aku tidak tahu. Tapi aku hanya mengenal Hyungseok yang besar, kami tumbuh bersama"

Sejak menelan informasi tentang tubuh aslinya dari Zin, Hyungseok sama sekali tidak bisa fokus. Kenyataan terkait tubuh aslinya yang masih bernapas dan mungkin saja tertidur pulas tereliminasi begitu saja.

"Hei, kau baik?" Zin mengulurkan tangannya hendak menepuk bahu Hyungseok tetapi keburu ditepis.

"A-ah... M-maaf, Zin" Hyungseok menatap Zin sebentar lalu bangkit dan mulai pergi dari tempat itu meninggalkan temannya sendirian.

"Apa aku menyebutkan namaku sebelumnya?" Zin menatap langit yang sudah menggelap dengan tatapan berpikir. Ingatannya melayang ke memar yang ia sebabkan pada leher asing pria bernama Soma Keisuke itu.

"Tubuhnya ringkih. Aku merasa bisa mematahkan leher itu kapan saja" bisik Zin sambil mengingat sensasi jemarinya menggenggam tekstur ramping dan lembut dari leher Hyungseok.

"Kurasa aku harus meminta maaf kalau bertemu dengannya lagi"






Hyungseok menaiki bus umum untuk kembali menuju mansion milik Jonggun. Selama diperjalanan pikirannya mengembara tidak menentu.

Aku benar-benar berada di dunia yang kukenal. Bukan dunia novel atau komik remaja.

Tubuh asliku mati. Tapi Zin bilang, abu tubuh asliku ada bersama Ibu.

...Ibu?

Mengusap matanya yang kembali memanas, Hyungseok berbisik. "Ibu masih hidup. Aku bisa bertemu Ibu"







notes: siapa yang kemarin komen kalo anak gemes kita engga transmigrasi ke dunia lain? kalian semua betuuulll xixixi oiyaa visual buat hyungseok aku ganti ke og!hyungseok yang sekarang tapi dengan heightnya yang sekitar 175cm?

lucu banget liat height differencenya jonggun/hyungseok atau nomen/hyungseok😭 soalnya di manhwa orisinilnya og!hyungseok udah tumbuh tinggi hampir setara zin + vasco😭👍

morally grey | nomen ft. jonggun x hyungseok [✅️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang