"Ih! Kak Caka jangan ngeledek!"
Caka mencubit pipi Alana pelan, "Cute."
Bilal memperhatikan itu, dia menunjuk-nunjuk keduanya heboh. "Apenih! Apenih! Kalian jadian?!!!" tuduh Bilal.
Alana menggeleng, "E- enggak! Apa sih! Emangnya nggak boleh mesra-mesraan sama calon pacar? Sirik aja Kak Labil!" oceh Alana gugup takut ketahuan.
Caka diam saja memperhatikan Alana yang sedang mencari banyak alasan. Dia terlihat semakin lucu jika berbohong seperti itu. My girl's so cute, batin Caka.
Nadir diam seribu bahasa, gadis itu melirik sinis Alana kemudian kembali sibuk sendiri. Nadir mengarah pada Zea, "Zea ikut gue ke kamar mandi yuk!"
Zea melirik Alvarez, "Kak Alvarez aku antar Kak Nadir, ya?"
"Iya, nanti langsung ke lapangan aja," ujar Alvarez mengusap lembut puncak kepala Zea. "Nadir jagain cewek gue jangan sampai lecet. Lo gue dorong dari lantai 10 kalau buat cewek gue lecet." Peringat Alvarez kepada Nadir.
"Yaelah nih bulol satu juga! Zea mau ke kamar mandi, bukan mau silat. Pake acara takut lecet, alay lo!" hardik Bilal merasa gemas.
Alana menatap punggung Nadir dan Zea, dia sudah biasa menerima perlakuan itu. Jika tidak didekati karena ada maksud, ya pasti ditinggalkan tanpa alasan yang jelas. Dia jadi merindukan Lala, sahabatnya yang pergi tanpa jejak.
"Kita nggak ajak Kak Alana, juga, Kak?" tanya Zea melirik ke belakang. Zea hendak mengajak Alana, namun Nadir merangkul lengan Zea dan menariknya untuk terus melangkah.
"Nggak usah, biarin aja," balas Nadir tersenyum ramah ke arah Zea. Berbanding terbalik dengan niatnya. Dia tidak mau terlalu dekat dengan gadis itu.
Caka memperhatikan itu, dia mengambil tas ransel Alana. "Gue bawain ranselnya."
"Hah? Enggak usah, Kak. Berat."
Caka mengambil paksa tanpa mau berdebat. Dia membawa dua tas, kemudian melingkarkan tangannya pada pinggang Alana. Caka mendekat ke telinga Alana seraya berbisik, "Ranselnya ganggu tangan gue rangkul pinggang lo."
Remasan tangan Caka pada pinggang Alana membuat gadis itu berusaha bernapas dengan teratur. Sisi itu baru pertama kalinya Alana lihat dari Caka. Ia berjalan mendahului Alvarez dan Bilal yang menatap curiga dirinya.
"Mereka jadian nggak sih?" tanya Bilal kepada Alvarez curiga.
"Kalau jadian, Alana pasti udah pengumuman di semua sosial media dia."
"Caka jadi aneh nggak sih? Pegang-pegang Alana kayak gitu?" Alis Bilal mengerut tidak suka.
"Yaelah cuma rangkul doang. Gue juga sering rangkul Alana. Biasa aja."
"Rangkulnya di pinggang, Al!"
"Ish! Bacot mulu. Lo suka Alana? Gelagatnya kayak cemburu gini?"
Bilal gelagapan. Dia tertawa jenaka, "Gue? Enggak lah! Ngapain juga?"
❤︎❤︎❤︎
Caka mengantar Alana duduk di kursi tribun paling depan. Caka juga meletakkan tas Alana di kursi kosong sampingnya. Dia berjongkok di depan Alana, matanya menatap dalam-dalam mata Alana. "Nanti suruh Zea duduk di samping lo, samping Zea pasti Nadir. Kursi yang udah gue kasih tas bilang aja ada orang. Paham?"
Alana mengangguk mengerti. Dia hendak tanya alasannya, namun Caka segera memotongnya. "Jangan tanya. Lakuin aja apa yang gue mau. Lo nggak mungkin bantah kemauan gue, kan?" tanya Caka memamerkan senyumnya. Senyum penuh arti. Lucunya Alana merasa tertekan jika Caka menatapnya setajam saat ini.
"Iya, aku nggak bakalan tanya dan nurut sama mau Kak Caka."
"Good girl," tatapan Caka berubah setelah Alana memberikan jawaban yang membuat Caka puas.
"Caka, dicari pelatih," ujar salah satu teman tim Caka. Dia adalah ketua tim basket IHS, sebelum pertandingan dimulai, Caka selalu melakukan diskusi singkat dengan pelatih mereka.
"Gue pergi dulu," ujar Caka berdiri dari hadapan Alana dan pergi untuk menemui pelatih.
Zea dan Nadir datang. Alvarez segera menghampiri keduanya. "Nggak lecet pacar lo," jelas Nadir sebelum Alvarez melayangkan banyak pertanyaan.
Seperti yang diprediksi Caka. Zea, Alvarez suruh duduk di samping Alana, lalu Nadir di samping Zea. Mereka bertiga duduk di tribun paling depan. Selang beberapa menit, Penonton sudah banyak mengisi tribun. Kebanyakan dari sekolah lawan. Supporter dari IHS hanya 30% dari seluruh penonton lapangan basket indoor sekolah lawan.
Alana melambai ke arah Caka yang selesai berbincang dengan pelatih. Caka membalas dengan senyuman singkat, sebelum kembali serius mengumpulkan anggotanya. Alvarez dan Bilal ikut berkumpul. Mereka melingkar untuk membahas strategi yang akan disusun.
Seorang laki-laki tiba-tiba datang menghampiri Alana. Dia duduk di samping Alana, berjarak ransel yang Caka letakkan di samping kekasihnya. Dia mengenakan jersey basket yang berbeda dengan IHS, bisa ditebak bahwa dia tim basket sekolah lawan.
"Alana, kan?" tanya cowok itu.
Merasa namanya dipanggil, Alana menoleh dan mengangguk. Dia tidak heran ada yang mengenalnya mengingat popularitas Alana tidak bisa diragukan.
"Lo cantik aslinya daripada di foto," ujar cowok itu.
"Ada urusan apa, ya?" tanya Alana tanpa basa-basi. Dia muak sekali dipuji cantik, kecuali jika dipuji oleh Caka. Terdengar seperti bualan jika didengar dari mulut laki-laki tidak dikenal.
"Gue follow Instagram lo. Dan gue sering lihat muka si Caka di sana. Kalian pacaran?" tanya cowok itu.
"Kak Caka? Enggak, kita nggak pacaran. Gue suka sama dia."
"Mendingan jangan suka Caka, dia berengsek soalnya. Perebut pacar orang. Gue tebak dia udah HS sama cewek gue, yang sekarang udah jadi mantan."
Alana tidak suka mendengarnya, "Maksud lo apa ngomong kayak gitu?! Kak Caka nggak mungkin kayak gitu!"
"Caka itu nggak sebaik kelihatannya. Lo mending hati-hati sama dia."
"Apaan sih! Kita nggak kenal! Nggak usah sok kenal terus jelek-jelekin Kak Caka di depan gue. Percuma, gue lebih percaya Kak Caka!"
Cowok itu mengulurkan tangannya di depan Alana, "Kalau gitu kita kenalan dulu. Gue Gabrian, gue—" Ucapan Gabrian terhenti saat sebuah bola basket mengenai kepalanya. "Bangsat!" umpatnya kesal.
Dia menoleh ke arah bola terlempar, dan pelakunya sedang berdiri menghadap ke arahnya dari lapangan. Dia tersenyum mengejek ke arah Gabrian. "Shut the fuck up!" Gerakan mulut Caka yang dipahami oleh Gabrian.
- To be continued -
❤︎ Next 3K vote dan komen. Jadi jangan lupa votenya ya ❤︎
Caka jadi agak serem ga si Pinow 😮💨 menurut kalian Caka itu red flag or green flag?
Maaf kalau ada typo, aku ga sempat edit 🍓☁️ 🎀🌷🎀💗 see you 🧸💗🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry Cloud [End]
Romance(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA "Kita nggak pacaran, tapi Kak Caka punya aku!" Alana tersenyum lebar. la adalah tuan putri di dunia nata, tidak ada yang tidak bisa dia dapatkan kecuali Caka Elvano. Berbagai macam cara ia lakukan untuk me...
27 - Be a Good Girl
Mulai dari awal