Jaemin mengambil nya. Lantas memeriksa nya walau ia sangat malas.

Namun, alisnya tiba tiba mengkerut saat membaca isi berkas itu.

"Bukankah ini...."
.
.
.
.
.
"Jadi kau sudah mengungkapkan perasaanmu?"
Tanya seorang gadis berambut sebahu saat menyodorkan segelas jus apel pada Jimin.

Jimin menggeleng dengan wajah putus asa nya.

"Kau diam saja? Bagaimana kalau dia keburu disambar orang."

"Tidak. Dia sulit untuk menyukai seseorang sepertinya. Atau mungkin belum move on dari kekasihnya."
Ucap Jimin lesu.

Temannya yang bingung tampak memberi ide untuk membuat Jimin sedikit terhibur.

"Jimin-ah. Ayo kita pergi. Kebetulan aku akan bertemu kolega ku. Dia lajang. Ku pikir dia cocok untukmu."
Ucap gadis itu saat duduk merayu Jimin.

"Aish. Kau malah ingin menjodohkanku."
Dengus Jimin.

"Tak ada salahnya mencoba."

"Ani. Aku tetap ingin dengan lelaki pilihanku."

"Itu terserah keputusan mu. Aku tak memaksa. Tapi hanya bertemu tidak ada salahnya bukan? Dia juga rekan kerja ku. Jadi kita bertemu sebentar untuk pekerjaan."

Jimin masih tampak berpikir. Yah untuk menambah kenalan apa salah nya.

"Baiklah. Tapi hanya bertemu. Aku tak ingin dijodohkan."

"Tentu."

Akhirnya Jimin dan temannya itu pergi menuju kantor milik teman Jimin.

Kantor ini sebenarnya rahasia. Itu karena pekerjaan teman Jimin ini bukan main main. Dia seorang hacker ternama. Ia bisa membobol atau pun mencuri berkas penting milik oranglain.

Polisi telah lama mencari keberadaan perusahaan milik teman Jimin ini. Namun sayang, ayah Jimin dengan sangat rapi bids menyembunyikan keberadaan teman Jimin itu.

Saat tiba. Tak ada seragam kantor maupun loby. Disana hanya ada sebuah bar dengan restoran didalamnya.

Jimin mengikuti dengan santai kemana temannya itu melangkah. Ia pergi ke sebuah pintu yang tak banyak orang tahu. Mereka berdua memasuki pintu itu. Dan disini barulah terlihat.

Orang orang tampak sibuk dengan komputer dihadapannya.

"Maaf Nona. Ada yang menunggu didalam."
Ucap salah satu staf saat menghampiri teman Jimin ini datang.

"eung aku segera kesana."

"Aku ke toilet sebentar."
Pamit Jimin.

Saat Jimin pergi ke toilet. Temannya memasuki sebuah ruangan. Disana terdapat seseorang tengah duduk bersandar sambil memainkan ponsel ditangannya.

"Kau lama menunggu ku?"

"Ani. Aku baru saja tiba."

"Ryujin-ah. Apa ada seseorang menemuimu akhir akhir ini?"

Gadis bernama Ryujin itu mengerutkan kening. Mencoba berpikir apa yang dimaksud oleh tamu nya.
"Seseorang seperti apa?"

Lelaki itu memutar bola matanya.
"Tentu saja seperti manusia."

Ryujin terkikik. Bisa bisa anak ini membuat lelucon.

"Apa orang itu membahas tentang surat kuasa perusahaan?"
Tanya Ryujin disela tertawa nya.

"Eung. Apa dia kemari?"

Ceklek.

Belum Ryujin menjawab seseorang tiba tiba masuk ke dalam ruangannya.

"Ryujin-ah aku minta....."
Ucapan orang masuk barusan tiba tiba terhenti saat ia tak sengaja menatap seseorang tengah duduk.

"Kau?"
Orang itu juga terkejut.

Sedang Ryujin memandang bingung ke dua orang didepannya.

"Sedang apa kau disini?"
Tanya Jimin.

"Aku ada urusan pekerjaan."

"Pekerjaan? Dengan Ryujin?"

"Eung. Kau sedang apa disini?"

"Aku teman Ryujin. Dia mengajakku datang ke sini."
Dan disaat itu Jimin baru ingat apa yang Ryujin katakan saat dirumah. Apakah dia yang dimaksud Ryujin?

"Wait. Jadi kalian saling kenal? Jeno. Kau mengenal Jimin?"

Jeno hanya mengangguk. Begitupun dengan Jimin.

"Ternyata dunia sempit sekali."

Jimin mendekati Ryujin. Dan menarik ke arah pojok ruangan.

"Ryujin-ah. Apa dia yang kau maksud?"
Bisik Jimin.

"Eung. Tampan bukan?"

Jimin kikuk dan salah tingkah.
"Aku minta pembalut cepat."
Ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Ryujin terenyum. Melihat gelagat temannya yang sepertinya tertarik.
"Dilaci. Cari saja."

Jimin bergegas dan mencari. Setelah mendapati apa yang dia cari Jimin segera pergi. Tentu saja untuk memakai pembalut nya.

"Sejak kapan kau mengenal Karina?"
Tanya Ryujin saat Jimin pergi.

Alis Jeno mengerut.
"Karina??"

"Eung. Dia Karina. Kau pasti tau siapa dia."

Mata Jeno terbelalak.
"Dia Karina? Si penembak jitu anak mafia ternama itu?"

"Kupikir kau sudah mengetahuinya."

Jeno seketika terdiam. Jadi gadis yang selama ini dia pikir manja adalah anak seorang mafia. Dan dia seorang penembak jitu.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku."
Lanjut Ryujin.

"Emm. Agak rumit sebenarnya. Kami bertemu karena tak sengaja."

Ryujin mengangkat bahu nya.
"Yah. Aku tak ingin mendengar nya lagi. Nanti Karina akan menceritakan nya sendiri."

Tak berapa lama Jimin masuk. Dia gugup sebenarnya. Tingkah nya terlihat sekali ia sedang kikuk.

"Apa yang kau maksud adalah Lee Donghyuk? Yang perusahaan nya direbut paksa?"
Tanya Ryujin saat menatap layar laptopnya.

"Eung. Benar."
Ucap Jeno dengan tatapan nya tertuju pada Jimin.

"Aku masih belum bisa membobol data data nya. Mungkin besok."
Lanjut Ryujin.

"Hei. Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Tanya Jimin saat dirinya merasa sedang ditatap oleh Jeno.

Jeno menggeleng. Tangannya menahan dagunya. Sedangkan tatapan nya masih seperti sedang menyelidiki Jimin.

Jimin kembali salah tingkah. Ia berjalan mendekati Ryujin yang tengah duduk di kursi kerjanya.

"Ryujin-ah. Aku pergi sebentar. Aku ada janji dengan temanku."
Bisik Jimin.

"Eung. Hati hatilah. Eits. Kau berhutang penjelasan padaku tentang Jeno."
Bisik Ryujin.

"Aish. Ne. Ne. Aku akan menceritakan nya nanti. Bye."

Jimin berlalu begitu saja. Sedangkan Jeno masih menatap kepergian Jimin dari pandangan nya.

"Dia sudah pergi kau masih saja menatap pintu."

"Penampilannya saat beraksi dan hari biasa sangat berbeda."

Ryujin tersenyum miring.
"Sepertinya kau mulai tertarik."

"Aish. Aniya. Aku hanya... Hanya tak percaya."
Ngotot Jeno.

"Hahaha. Tak usah begitu reaksimu. Semakin meyakinkan saja."
Ryujin menertawakan Jeno yang terlihat salah tingkah.

Jeno merasa kesal.
"Kau menjebakku."
.
.
.
.
.
.
TBC
.
Part segini dulu.
.
Di season ini satu persatu tokoh akan diceritakan sampai tuntas.
Jadi part Jaemin-Yena akan terbagi. Tapi tetap berhubungan.
.
Cmiiiiiwwwww 😊

2. Mr. Na || For The Last 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang