"Ada yang mau kamu katakan sama saya?" tanya Noah sambil lalu berbalik.
Gladis hanya diam, dia bingung. Pastilah Gladis akan langsung di pecat oleh Noah.
"Mana berani sih dia ngaku," timpal Quincy merasa sebal.
"Gladis?"
"S-saya minta maaf, Pak. Saya mengaku salah," aku Gladis dengan menahan tangis.
"Kamu sudah tahu konsekuensinya kan?"
Gladis hanya diam, dadanya benar-benar terasa sesak.
"Saya minta maaf ... saya gak bisa memperkerjakan kamu lagi."
Gladis sudah menduga ini akan terjadi, tapi kenapa rasanya masih sakit. Dia benar-benar menyesal.
"Kamu boleh keluar, nanti Bu Sisi yang akan mengurus pesangon kamu."
Saat itulah Gladis menangis, dia pamit pada Noah dan segera keluar. Noah sendiri kini menghampiri Kiana yang sedari tadi hanya diam.
"We'll talk later, kamu boleh lanjut kerja Kian."
Kiana mendongak menatap wajah Noah, pria itu tak menunjukkan ekspresi apapun, membuat Kiana akhirnya menurut.
"Kakak gak mau bicarain soal tadi? Kenapa diem aja deh, Kakak harusnya—"
"Apa?" Noah menatap Quincy yang masih duduk lalu berkata.
"I didn't expect this, Queen. Kamu gak seharusnya kayak gitu," ucap Noah.
"Lho? Kakak mau aku diem aja liat Kiana di gituin?" balas Quincy sengit.
"No, tapi kamu gak harus sampai teriak-teriak kayak tadi kan? Kalau pengunjung dan yang lain sampai dengar gimana?" ada nada marah dalam ucapan Noah, bahkan tatapannya tajam.
"Tapi, Kak—"
"Kita bisa selesaikan ini baik-baik kok, yang jelas bukan dengan cara kamu."
Quincy mendengus kasar, dia bangkit lalu mengambil tasnya dan pergi tanpa mengucapkan apapun. Dia marah pada Noah.
"Mbak—"
"Biarin, Kian. Perbuatan dia itu emang salah, gak seharusnya Gladis di permalukan seperti tadi," ujarnya.
"Aku bukan belain Gladis kok, dia juga salah. Aku cuma gak mau ada keributan aja. Kalau bisa diselesaikan baik-baik kenapa enggak kan?"
Kiana hanya diam, jari-jemarinya masih saling tertaut karena gugup. "M-maaf ... ini salah aku,"
"Nope, ini bukan salah kamu."
Noah mengelus surai Kiana lembut seraya tersenyum. Katanya, "Jangan terlalu dipikirkan, Kian. Everything's gonna be alright." Lalu menarik Kiana untuk di peluknya.
***
Beberapa hari belakangan ini, agaknya hubungan antara Noah dan Quincy tak baik. Kiana tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka tampak saling diam—lebih tepatnya Quincy—tak banyak bicara.
Kiana khawatir, jika hal itu dikarenakan dirinya. Kiana jadi tak enak.
"Mbak Quincy masih marah ya, Mas?" tanya Kiana saat mereka tengah dalam perjalanan pulang dari restoran.
Noah menoleh sebentar. "Marah kenapa, Kian?"
"Mas berantem kan sama Mbak Quincy? Aku tahu kok," ujarnya.
"Nggak, Kian. Kita baik-baik aja, hehe." Noah terkekeh. Dia lalu mengusap-usap kepala Kiana—masih dengan senyumnya.
"Aku minta maaf, harusnya aku gak ngelibatin kalian."
"Ngapain minta maaf? Kamu gak salah, Kian."
Noah menggenggam tangan Kiana lalu berkata, "Memang benar Queen lagi diemin aku ... cuma bukan karena kamu kok. Udah gak usah di pikirin."
"Jangan marahan lagi sama Mbak Quincy ...," pinta Kiana.
"Kamu juga jangan marah-marah mulu, Mbak Quincy gak salah kok. Mungkin dia kepalang kesal aja," katanya seraya menggenggam tangan Noah, memintanya agar menurut.
Noah belum membalas, dia masih fokus ke jalanan. Berpikir. Mungkin kemarin Noah terlalu keras pada adiknya itu. Tapi, kan Quincy memang salah. Harusnya dia bisa bersikap profesional. Mereka berpendidikan dan cara seperti kemarin tidaklah berkelas bagi Noah.
Kalian harus tahu jika Noah adalah orang yang menganut; berpikir sebelum bertindak.
"Mas Noah," panggilnya.
"Iyaa ... nanti aku ngomong sama Queen."
Setelah mengatakan itu mereka saling pandang sebentar sebelum akhirnya Noah mencium tangan Kiana penuh sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love || 2020 || Non Revisi ✓
Romance#Brothe&SisterSeries (Noah Rivera) Kiana Gerbera hanyalah anak yatim piatu miskin yang berharap takdir akan membawanya dalam kebahagiaan. ©️ by decantdra ditulis: 2020 selesai: 170721
Chapter 017
Mulai dari awal