Dan begitulah kejadian memalukan itu terjadi, Bella sampai malu tiap kali bertemu dengan Marfel. Kembali di mana Bella bertanya pada sahabatnya ini.

"Itu... ojek gue sih, dia sebulan lalu ngungkapin cinta terus gue terima." Kata Rasya jujur.

"Yah, gak akan aneh sih guemah ama anak SULTAN KAYAK LO!" Jawab Bella meninggikan nada di bagian kata Sultan.

Bella sudah menebak kebiasaan Rasya, ini sebenarnya di lakukannya untuk membuat kekasihnya yang juga seorang direktur seperti kakak sulungnya itu cemburu. Sikap tsunderenya itu membuat Rasya jengkel, Kayla dan Bella tahu hubungan mereka. Tapi tidak lebih dari ini, sebab Rasya hanya menjelaskan seperti itu dan ketika di tanya dia tidak menjawab maka mereka tidak akan memaksa.

"Udah gue kira," imbuh Kayla sambil angguk-angguk penuh pemakluman.

Rasya memukul bahu Bella dan mendorong dahi Kayla, "Ishhh! Sekarang jam kosong sampe mata kuliah terakhir. Kita makan saja yuk, ke kantin atau kemana begitu. Belanja juga gapapa, gue teraktir deh, pakai ATM kakak gue ini." Ujar Rasya mulai jengkel dan menaruh kepalanya di atas meja.

"Kantin aja." Suara Kayla setelah sekian lama hanya diam dengan bosan memerhatikan kedua sahabatnya.

"Oke, gue traktir." Jawab Rasya.

"Yeyyyy, makan enak lagi kalau begitu." Timpal Bella yang langsung berdiri dengan riang gembira.

Mendengar hal itu Rasya langsung memicingkan matanya kearah Bella,"Emang kapan lu makan nggak enak sejak ngekos bareng gue?"

"Hehehehe..."Bella memukul dengan gerakan meleyot macam banci, memukul tangan Rasya.

Hal itu sontak membuat Rasya langsung girang, dia berbicara dengan nada julid kearah Kayla.

"Lu tau nggak? Kalau dia ini di manjain ama kakak gue?!! Parah sih, dateng ke kosan bukan buat nengokin gue adiknya tapi—"

Bella tutup mulut Rasya dengan gerakan serampangan dan menaruh jari telunjuknya yang lain ke mulutnya sendiri sambil bilang,"Ssshttt!! nggak boleh, ini rahasia ilahi."

"Tai!"

"Eh! Eh! Rasya nggak boleh ngomong kasar, itu nggak cocok sama sifat lembut kamu!" imbuh Rasya lagi.

.....

Di kantin ketiganya duduk di kanting, tepat di depan warung minuman yang di pegang oleh Tono. Dia seumuran dengan Kayla, walau begitu dia sangat dekat dengan para mahasiswa tertutama dengan Rasya, tentu karena yang membantu memberikan dia pekerjaan dan dana untuk membuka warung di kantin kampus trmpat suaminya bekerja adalah Rasya.

Dia adalah lelaki yang di temukan di dekat kosannya, dia emmang kenal tapi hany asekedar kenal. Sampai di mana dia melihat Tono bawa tas ransel dan duduk di pinggir jalan, sampai besok dan besoknya lagi.

Ternyata dia di usir dari kontrakannya, terus nggak punya uang untuk balik. Ponsel dan atmnya di maling, dia hany apunya pakaian untuk ganti dan ijasah SMP yang jarang ada yang mau terima. Singkatnya seperti itu kisahnya.

"Mau pesen minuman apa Rasya?" tanya Bella mengambil menu di atas meja.

Rasya sudah hapal dengan pesanannya hanya menatap cat kukunya menilai akan ganti lagi atau tidak menyebutkan, "Aku mau pesan es kopi, pake cincau nggak usah di tambah gula!"

Saat itu, bersamaan dengan pesanan yang sedang di catat oleh Tono beberapa kelompok dosen datang yang salah satunya adalah Yasa. Dia melihat sosok istrinya segera, tubuh gemuk dan pakaiannya. Lagipula dia tidak akan mungkin melupakan punggung sang istri yang selalu dia ciumi tiap malamnya setelah bercinta, memikirkan itu dia menggeleng dan tersenyum tanpa sadar memalingkan wajah.

"Eh, mau kulit ayam saus pedas manis ya." Ujar Bella lagi melihat menu.

"Tambah dim sum dong!" kata Rasya dengan nada naik satu oktaf.

"Gue mau bakso, kuah bakso selalu jadi senjata kalau ngantuk. Kayaknya enak nih, seger!" tukas Rasya.

Kayla belum memesan, tepat dengan itu Yasa yang ikut bersama tiga dosen senior itu memilih tempat duduk di dekat meja sang istri. Hanya berjarak satu meja kosong, dia bisa mendengar suara teman-temannya dan juga posisi duduknya yang mendahadap punggung Kayla.

"Yasa, kamu mau pesan apa?"Tanya suara halus itu di sisinya.

Dia adalah Laila, wanita yang seumuran dengannya dan juga salah satu dosen fakultas pendidikan.

"Aku pesan soto ayam sama es teh manis," Jawabnya memalingkan wajah sebentar.

Di meja Kayla bersuara,"Kalau gue mesen es capucino cincau, jangan lupa gulanya nggak usah di tambahin."

"Oke, apalagi?" Ujar Tono mencatat pesanan.

Sebab dia di kantin hanya sendirian tanpa asisten, belum bisa menggaji untuk satu orang selain dirinya sendiri.

"Terus sama abangnya setengah deh." Kata Kayla dengan kekehan gombal, tak menyadari ada mata tajam yang terkejut mendengar gombalan istrinya. 

Aku Milik Pak Dosen. [Rewrite]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang