Gadis kecil berambut sebahu yang tersenyum bahagia dengan tertawa khasnya. Di sampingnya sosok pemuda jangkung yang tengah menggenggam erat tangan gadis kecil itu. Mereka akan berjalan menyebrang. Lalu sang pemuda jangkung itu segera menggendong gadis mungil itu.

"Tasya." Itu yang di ingat Hyera, anak kecil yang terus menemaninya di rumah sakit, gadis kecil yang selalu bertanya bagaimana keadaannya, gadis kecil yang selalu ia pikirkan dan ia rindukan. Tapi siapa pemuda itu? Bahkan di ingatan Hyera tentang pemuda itu juga sangat familiar. Siapa dia?

Hyera langsung berdiri mengambil dua kresek penuh dan menuju ke arah pemuda yang sedang menggendong Tasya. Hyera berada pas di depan pemuda itu menghalangi jalannya.

Pemuda jangkung itu hanya tersenyum dan menatap Hyera.

"Hei, kau?.. " suara ramah itu terdengar di gendang telinga Hyera. Suaranya sangat tak asing. Tapi hyera belum bisa mengingatnya dia siapa.

Hyera mengabaikannya dan mencoba menarik lengan Tasya yang tidak membalik ke arahnya, lalu seketika Tasya berbalik dan langsung tersenyum lebar melihat sosok yang di kenalnya.

"Ba'... Hyera!" teriak Tasya, anak mungil itu langsung meminta di turunkan. Setelah di turunkan dari gendongan pemuda itu, Tasya langsung memeluk kaki jenjang milik Hyera.

Langsung saja Hyera melepaskan genggaman kereseknya dan memeluk erat Tasya di bawahnya.

"Ba'...! Tasya rindu!" tangis Tasya ketika Hyera membalas pelukannya.

Hyera mengelus rambut Tasya dengan kasih sayang. "Aku juga merindukanmu. Sangat rindu." Hyera tak melepas pelukannya, rasanya anam kecil yang ia peluk itu juga mengeratkan pelukannya.

Tasya. Itu nama yang Hyera tau, entah dari mana ia berasal, karena Hyera juga belum di beritahu olehnya. Anak kecil cantik dan menggemaskan itu berumur lima setengah tahun. Anak yang di kenal tanpa rasa malu dan pemberani, Hyera sangat merindukannya.

Tasya pun melepaskan pelukan eratnya lalu menatap Hyera dengan pandangan air matanya yang menetes di pelupuk pipinya.

"Ba'... Hyera. Ayah, ayah meninggalkanku. Hikksss" Tasya langsung memeluk kembali Hyera dan menangis sepuasnya di sana, di bahu Hyera. Hyera merasakan bahunya kini sudah di banjiri air mata anak mungil itu. Langsung saja Hyera melepaskan pelukannya dan menatap Tasya sendu.

"Hei, jangan menangis ya, kamu harus kuat, ayah mu pasti sedih jika kau ikut sedih." perkataan Hyera membuat diri sendiri aneh, perkataan itu juga pernah di ucapkan sahabatnya, yaitu Anindia yang sedang menenangkannya sewaktu ayahnya meninggal dunia. Rasanya seperti dejavu.

Dengan tanggap Hyera mengusap pipi halus milik Tasya dan menenangkan dengan beberapa kata agar anak itu tak merasa sedih lagi, ya sangat berat jika di bayangkan. Seorang anak kecil yang belum menginjak usia remaja harus mengalami kenyataan pahit di hidupnya, kedua orang tuanya tidak ada, Hyera tidak tau Tasya mempunyai saudara atau tidak.

Pemuda yang di sampingnya hanya menatap dan hanya diam, melihat semua yang Hyera lakukan terhadap Tasya, menggumam dan tersenyum. Hyera orang yang pandai dalam menenangkan anak kecil.

Tak lama Hyera pun melihat ke arah atas guna melihat pemuda yang hanya menatapnya.

"Itu siapa Tasya?" tanya Hyera penasaran, sepengetahuan Hyera dia jarang sekali terlihat di sekitaran Rumah Sakit, bahkan hampir tak pernah melihat pemuda yang umurnya bisa di perkirakan sama dengan dirinya.

Tasya pun melihat ke arah yang di maksud, lalu tersenyum ke arah lawan bicaranya.

"Dia kakakku,"

Ucapan Tasya berhasil membuat Hyera tertegun, sorot matanya bertanya-tanya, semenjak kapan Tasya mempunyai kakak? Dia bahkan tidak tau itu,

Hyera langsung berdiri dan membukukan tubuhnya, menyapa sosok pemuda yang sejak tadi berada di sampingnya.

"Terimakasih sudah ada di dekat Tasya."

Hyera kaget, pemuda itu menarik bahunya dan langsung tersenyum hangat kepadannya, perasaan tanya pun berkeliaran di benak Hyera. Siapa? Sepertinya aku penah bertemu tapi dimana? Batin Hyera.

"Sudahlah, kau membungkuk sudah dua kali, aku merasa tak enak." Ujar pemuda itu.

Dua kali? Itu kapan? Hyera bertanya juga.

"Sebelumnya kita pernah bertemu?" Tanya Hyera, dia sudah tidak bisa menahan penasarannya kala itu.

Pemuda itu tersenyum kikuk, dan mengangguk samar.

"Di sini tidak enak, bagaimana jika ke caffe di sebelah sana?" Tunjuk pemuda itu ke arah Cafe yang di maksud.

Hyera juga tak keberatan dia langsung saja mengiyakan, karena Hyera rindu dengan gadis yang kini sedang memegang erat tanggannya. Hyera harus mencari tahu, dimana gadis itu tinggal sekarang dan bersama siapa.

Sampai melupakan Elvio yang notabenenya suaminya sendiri, lupa bahwa dirinya harus pulang cepat.

Minimal Follow, bantu Vote dan Komen lah gaes... Kan Gratis! 🤧

 Kan Gratis! 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear V ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang