17. Udah Biasa ✔️

Mulai dari awal
                                    

"Hm,"

"Kenapa sering keluar malem? Lo masih marah ke gue? Gue minta maaf." Lili menatap ke arah Gema.

"Lo nggak salah Kak. Gue cuma bosen di rumah. Tentang itu, lupain aja. Mau gue nggak setuju pun, Lo juga nggak akan peduli." Gema membenarkan duduknya dan mulai makan.

"Jangan kayak gini, gue nggak suka sama perubahan Lo." Lirih Lili sedih.

Tanpa sadar, senyum samar terbit di bibirnya.

"Itu mungkin perasaan Lo aja Kak. Gue tetep Gema adik Lo, nggak pernah berubah."

"Lo berubah. Lo nggak akan keluar tiap malem dan Lo juga udah nggak banyak bicara ke gue kayak dulu." Lili sedih. Itu pasti.

"Terus Lo mau apa Kak?"

Lili terdiam.

"Gue mau Lo kayak dulu lagi. Jangan berubah. Gue udah biasa sama sikap Lo yang dulu dan gue ngerasa nggak enak sama perubahan Lo yang sekarang." Jujur Lili.

"Gue tau gue emang nggak bisa ubah keputusan gue buat nggak tinggal di Deket kampus." Lili mengenal nafas pelan.

"Apa Lo nggak kasihan ke gue tiap hari harus pulang pergi? Apa lagi gue nanti niat mau aktif dalam organisasi. Nggak mungkin kan gue harus selalu pulang malem." Lanjutnya.

Gema menatap Kakaknya acuh tak acuh. "Oke,"

"Lo udah nggak lagi terpaksa setuju kan?" Lili tersenyum dan sudah senang tapi mendengar Gema mengatakan hal- hal aneh lagi membuat senyumnya menghilang seketika.

"Hmm, gue bakal setuju dengan syarat. Lo nggak boleh nolak kalau gue mau peluk, gandeng, dan suapi Lo makan. Itu aja kok yang gue mau. Terserah Lo mau setuju atau nggak." Gema tersenyum ke arah Kakaknya.

"Kita bicara nanti." Lili menatap ke arah Intan yang sedang berjalan ke arahnya.

Intan duduk di depan Gema, menatap pemuda itu yang tampak serius makan dan sama sekali tidak memperdulikannya.

Keadaan hening. Dia tidak tau kenapa merasa bahwa seharusnya memang dia tidak pernah ada di sini.

"Gem, nanti malam Lo sibuk?" Setelah sekian lama diam, Akhirnya Intan berani berbicara saat melihat Gema sudah menyelesaikan makannya.

"Lo bisa anterin gue ke Mall? Ada yang mau gue beli nanti malam. Gimana? Lo mau?" Lili menatap Intan yang menatap Gema penuh harap. Dia jadi kasihan.

"Maaf, gue nggak bisa,"

"Emang Lo sibuk apa?" Lili menyahut.

"Gue mau habisin waktu gue sama Lo Kak. Gue pengen sebelum tidur peluk dan usap punggung Lo. Bukan Lo nggak bisa tidur tanpa Gue?" Katanya santai.

Intan tertegun. Begitu juga dengan Lili yang sudah menatap Gema tajam.

"Ka-kalian tidur bareng?"

"Nggak!"

"Ya."

"Gem!" Peringat Lili dan menatap Gema tajam.

"Kenapa Kak? Apa salah kita tidur bareng? Kalau Lo nggak bisa tidur tanpa Gue, akuin aja kak. Kenapa harus malu- malu? Kalau Lo nggak tidur bareng gue, bareng siapa lagi? Ohw ya Tan, Lo juga harus tau Kakak gue ini manja banget." Gema tersenyum ke arah Intan.

"Dia harus gue peluk sebelum tidur, terus punggung nya gue usap dan Kakak gue ini masih harus kelon dulu biar tidurnya nyenyak. Gue udah kayak punya bayi aja." Gema terkekeh. Ini adalah kalimat terpanjang yang keluar dari mulut Gema saat bicara dengan Intan.

Tapi kali ini tidak ada raut bahagia yang Intan tunjukkan. Malah, kedua matanya memerah, dan Lili dapat jelas melihat kedua tangannya terkepal erat.

"Gema! Cukup!" Lili bergerak ke arah Gema berniat membawanya pergi. Tapi tangannya malah di cengkram dan di tarik Paksa untuk duduk di pangkuannya.

"GEMA ANJING! LEPAS!!" Gema malah mengeratkan tangannya di pinggang sang Kakak. Menekannya agar tidak bisa pergi.

"Lo lihat? Hal ini udah biasa kita lakuin. "

Cup

Lili membeku.

"Bahkan hal ini juga udah biasa. Bahkan sering."

***

Aku up ulang loh. Kali ini ceritanya udah selesai🥳 maaf yah nanti versi Wattpad nya cuma aku up sampai bab 20.

Lebihnya kalian bisa baca versi pdfnya🤩

Tertarik?

Chat aja nomer Wa dibawah ini.

082333770245

GEMA (Ending) Tersedia Pdf!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang