🦋 7. Bad Attitude

276 56 37
                                    

Ada keheningan yang begitu panjang di dalam mobil yang sedang melaju membelah udara kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada keheningan yang begitu panjang di dalam mobil yang sedang melaju membelah udara kosong. Satu-satunya suara yang terdengar adalah; dengkuran halus dari bocah 5 tahun di pangkuan Kanao, memeluknya dalam posisi tertelungkup.

Mobil mereka berhenti di belakang perlintasan rel kereta api yang sedang beroperasi. Sembari menunggu berakhirnya laju kereta, kedua manusia yang terjaga masih enggan membuka suara. Lebih nyaman pada keheningan yang masih tercipta di antara mereka.

Saat kanao diam saja sambil menatap ke luar dari kaca jendela mobil, diam-diam Tanjirou punya kesempatan menatapnya penuh perhatian. Tidak banyak yang berubah dari wanita yang kini punya seorang anak itu. Dia masih tetap berparas jelita. Bahkan garis wajahnya terkesan lebih keibuan dan mengguratkan sisi dewasa yang begitu memesona. Tubuhnya pun kian berisi pada proporsi yang tepat. Tidak begitu kurus dan kecil, selama Tanjirou bisa mengingatnya di masa sekolah mereka dulu.

Tanjirou sangat yakin, pikiran Kanao sedang teralihkan pada hal lain sampai tidak menyadari jika ia sedang diperhatikan seintens ini olehnya. Tanpa dinyana, lelaki berhelaian merah cukup berani untuk mencondongkan tubuhnya pada sisi wajah Kanao yang bisa ia jangkau.

Jemari Tanjirou mengelus pipi Kanao yang terasa kenyal dan lembut secara bersamaan.

"Apa pertemuan kita tidak membuatmu senang?"

Disingkirkannya dengan segera tangan Tanjirou yang masih enggan terlepas dari pipinya.

"Jangan menyentuhku lagi, BRENGSEK!"

Seringaian justru terbit, kian menyulut emosi Kanao terhadap lelaki yang kini beralih mencengkram dagunya secara paksa. Bersiap melakukan hal yang ia sukai pada bibir Kanao. Sabuk pengaman pun sudah ia buka entah sejak kapan. Tanpa sepengetahuan wanita cantik di kursi sebelahnya.

...


Ciuman itu pelan tetapi menuntut. Sesekali menggigit kecil bibir bawah Kanao yang tetap bungkam. Tak ingin memberi akses lebih pada benda lunak yang coba menerobos pertahanannya. Wajah Tanjirou lebih dimiringkan guna memperdalam ciuman mereka.

Tak ingin memaksa, ciuman pun akhirnya ia lerai setelah beberapa saat melumat sepihak bibir Kanao tanpa persetujuan sang empunya.
Diamatinya dalam diam wajah Kanao yang memerah marah diiringi lelehan air mata.
Pelukannya terhadap tubuh kecil Sumihiko makin mengerat. Seolah bocah yang sedang tidur itu adalah alasan terkuatnya untuk tidak keluar dari dalam mobil Tanjirou di tengah situasi seperti ini.

Kanao merutuki kebodohannya sendiri. Walaupun sudah bertahun-tahun berlalu, tetap saja aura intimidasi Tanjirou masih bekerja dengan kuat pada gadis itu. Menolak dan melakukan perlawanan pun rasanya akan sia-sia. Dari sekian opsi, ia lebih memilih memberikan serentetan umpatan pedas untuk pria brengsek itu di dalam benaknya.

Jika saja Sumihiko tidak merajuk dan menangis kencang saat di sekolah tadi, barangkali mereka berdua akan pulang seperti biasa. Naik bus berdua atau dijemput oleh Aoi.
Sialnya, putera kesayangannya ini justru luluh kala mendapati Tanjirou berusaha meredam tangisan hebohnya.

Maka jadilah, ia dan Sumihiko harus berakhir satu mobil akibat lelaki brengsek ini yang sok baik menawarkan mereka tumpangan pulang.

Jika ditolak oleh Kanao, dia tidak bisa membayangkan bagaimana tangisan Sumihiko akan menjadi dua kali lipat lebih lama dari yang seharusnya.

...


Ketika mobil Tanjirou terparkir di halaman depan rumahnya. Gegas Kanao membuka pintu mobil dengan Sumihiko di gendongannya. Belum sampai tangannya membuka pintu mobil, tangan Tanjirou justru mencekal pergelangan Kanao dengan cukup kuat. Merambat naik mengelus pelan punggung tangannya.

Senyum manis terpatri pada wajah Tanjirou yang tampak lebih tampan dengan garis rahang tegas.
"Aku pastikan ini bukan pertemuan terakhir kita. Aku sungguh ingin tahu, bagaimana kau bisa memiliki seorang anak yang sangat mirip denganku. Apa dia adalah... anakku? Yang entah bagaimana caranya?"

Kanao mendengus keras. Tertawa mengejek dengan nada sarkas. Tak ingin lebih lama berbasa-basi tidak penting. Ditepisnya tangan Tanjirou dengan kasar.

"Enyahlah Tanjirou Kamado! Bagiku, kau sudah lama MATI. Jadi tidak mungkin Sumihiko adalah anakmu. Jangan pernah bermimpi!"

Pintu mobil yang dibanting keras menandakan bentuk luapan amarah yang dilayangkan oleh Kanao kepada lelaki itu. Bergegas ia menapak ke dalam rumah tanpa ingin terlihat peduli pada Tanjirou yang masih setia mengikuti pergerakan mereka.

Berbanding terbalik dengan Tanjirou. Sang pria dewasa yang cukup matang tidak merubah ekspresi apapun di wajahnya. Tetap tersenyum kendati kedua presensi itu telah menghilang di balik pintu rumah.

Tanjirou bukan orang bodoh. Ada nada ketakutan samar dalam kalimat penyangkalan Kanao untuknya. Dia yakin, ibu muda itu pasti menyembunyikan sesuatu terkait anak yang berada dalam gendongannya.

Sumihiko Tsuyuri.

Ada sepotong rahasia tak terjamah yang harusnya ia ketahui mengenai bocah kecil yang mengkopi ciri fisiknya sewaktu kecil dulu.
Tekadnya kian membulat untuk menyambung lagi benang putus antara dirinya dan Kanao. Sekalian saja membuat ikatan baru pada sosok Sumihiko. Bocah kecil yang membuatnya ingin terseret sekali lagi pada pusaran kehidupan Kanao.

TBC...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
His Precious Butterfly ✔️ [ REVISI ✔️ ] || TanjiKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang