Yudhanta diam diam tertawa melihat valensia, dia menurunkan valensia tepat disamping montornya.

Yudhanta mulai menaiki montornya dan menatap valensia yang diam bagaikan pantung di samping jalanan. Ia menepuk jok belakangnya mengisyaratkan agar valensia menaikinya.

"cepat naik"

Seakan tersadar valensia segera naik Dengan bantuan yudhanta.

"sudah?" tanya yudhanta dibalas angukan dari valensia.

Sebelum pergi yudha membenarkan posisi sepionnya agar bisa melihat valensia, setelah selesai membenarkan letak sepion ia segera menancapkan gas ke suatu tempat.

Valensia sendiri takut terjadi apa apa, otak kecilnya kini penuh dengan pikiran buruk bagaimana jika ia terluka? Bagaimana jika kakeknya khwatir? Bagaimana jika ia nanti diculik? Dan bagaimana lainnya.

Yudhanta menyerit heran kenapa anak ini tak memegangnya? Apa ia tak takut terjatuh? Untung saja dirinya memelankan kecepatan montornya.

Sejenak dipikirannya terbesit ide gila yang entah kapan sudah bersarang pada otaknya. Dengan sengaja ia mengehentikan montornya secara tiba tiba membuat valensia dengan reflek memeluk erat perutnya.

"Kesempatan dalam kelebaran nih" Pikir valensia.

"Kenapa tiba tiba menghentikan?"

"ada kucing lewat tadi, makannya pegangan!! untung saja saya mengendarainya dengan pelan" Ucap Yudhanta datar dan sedikit keras.

Valensia menunduk takut, ia juga mengencangkan pelukan pada perut orang yang sedang membocengkannya, dirinya hanya takut jika tiba tiba jatuh.

Tak lama kemudian valensia melihat yudhanta membawanya ke arah jalan yang penuh pepohonan.

Oke pikiran si gembul ini sudah bermacam macam lagi, bagaimana jika ia dipukuli lalu dibuang? Bahkan ia meneteskan air mata dan menangis tanpa suara.

Yudhanta menghentikan laju montornya ditengah tengah pohon, ia segera menyuruh valensia turun.

Dengan ragu valensia turun menunggu apa yang akan dilakukan orang tinggi didepannya ini.

Setelah melihat valensia turun, ia ikut turun dan melepas helmnya, dengan lembut ia menarik tangan valensia dan membawanya ke arah lain.

Ia tau bahwa calon miliknya ini ketakutan bahkan menangis tapi apa boleh buat? Setidaknya ia akan memberi sedikit pelajaran kepada miliknya.

Setelah ditempat yang sudah dirinya rencanakan ia segera meneriaki teman temannya.

"nyalakan!!!"

Tak lama kemudian deru montor terdengar dan tak lama kemudian valensia cahaya itu melingkarinya, dirinya juga dapat melihat yudhanta bertekuk lutut layak pangeran di negeri dongeng.

Entah kenapa firasat valensia tak enak dan benar saja firasatnya tak salah lagi.

"saya tau ini terlalu cepat, bahkan kita baru mengenal kemarin saat diri anda menabrak saya secara tak sengaja, tapi saya benar benar ingin mengikat anda dalam sebuah hubungan, so valensia will you be mine?" Yudhanta mendongak menatap valensia lekat, sedangkan valensia melonggo mendengar penuturan dari kakak orang yang ia cintai.

"m-maaf tap-"

"saya tak menerima penolakan val, mulai sekarang valensia milik ketua geng black shadow Yudhanta putra mahendra " Ucap yudhanta tak lupa ia berdiri memeluk erat valensia yang kini sudah menjadi miliknya.

Mata kecil valensia menatap seseorang yang ia kenali, ia tau bahwa seseorang itu menahan amarah, bahkan ia mendengar deru montor itu pergi meninggalkan mereka.

"dian" gumam valensia lirih.

Devana menatap datar ketuanya, lalu ia mengalihkan pandangannya pada valensia yang kini melengkungkan bibir tebalnya, ia tau gadis kecil itu sedih.

"dasar egois" srakas devana dalam hati.

Inilah yang tidak ia sukai dari sikap ketuanya yaitu seenaknya merebut milik orang lain bahkan itu dari adiknya sekaligus.

Anggota lain menatap kepergian wakil ketua itu dengan bingung.

"ada apa ini?" pikir mereka bersama.

Yudhanta menangkup pipi gembil valensia lalu dirinya mengecup kening valensia.

"hiks salah...harusnya dian bukan dia" yudhanta sadar bahwa miliknya menangis.

Ia menggusap lelehan bening dari pipi gembil itu, dirinya tidak suka air mata sialan itu membuat miliknya sedih.

"siapa yang membuatmu sedih? Katakan" ucap yudhanta dengan nada lembut.

"KAU SIALAN, KAU YANG MEMBUAT KESAYANGNKU BERSEDIH BRENGSEK!!!"teriak devana dalan hati.

Ia tak habis fikir dimana otak yudhanta sekarang, devana tanpa sadar mengepalkan tangannya kuat, jika saja aryana tak mengengam tangannya sudah dipastikan tangan devana terluka.

Devana menghela nafasnya kasar dan menatap kekasihnya dengan senyum kecil.

Valensia yang mendengar perkataan yudhanta menggeleng kecil.

"t-tidak ada yang membuatku sedih" ia tersenyum sedu menatap yudhanta.

Yudhanta tersenyum kecil lalu mengenggam tangan yang lebih kecil darinya itu untuk pergi meninggalkan kawasan pepohonan itu.

Saat dirinya sudah diatas montor milik kekasihnya, valensia melamun. ia melihat sorot mata ardian yang tampak kecewa dan penuh kesedihan itu, walau terhalang gelap ia tau pria yang disukainya disana, ia melihat dian menangis.

Seakan satu perasaan kedua orang itu menangis dalam waktu yang sama, saking tidak kuatnya menahan tangis valensia menumpahkan kesedihannya dengan memeluk sang kekasih erat dan ia beranggapan bahwa yang ia peluk itu adalah ardian.

"saya tau itu salah, maaf membuatmu sedih tapi diriku memang ingin memilikmu val, maafkan kakak ardian" ucapnya dalam hati.

Ia tahu itu egois tapi mau bagaimana lagi? Dirinya tak ingin melihat sang adik bahagia dengan wanita yang ia cintai walau lebih dulu ardian dari pada dirinya.

"maafin valen dian"bisiknya tanpa sadar.

YUDHANTA PUTRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang