"Sayang...."
"Aku tidak bisa, maaf." segera dia melepaskan pelukan Jennie namun Jennie semakin mengeratkan pelukannya dibarengi isakan kecil, "Kau jahat. Tidak menyukaiku lagi? Apa setelah pergi bersama Hyeri kau berpaling dariku? Jahat, JAHAT!"
"Jen,"
Pipi mandu itu mengembung, wajahnya sungguh memelas, "hanya satu ciuman dan aku akan merasa lebih baik."
Hoyeon menggigit bibir bawahnya, apakah boleh?
"Sayang..."
Jantungnya berpacu duakali lebih cepat. Jennie menarik tengkuknya lebih dulu, kepalanya mulai miring dan menghapus jarak.
Chup.
Jung Hoyeon tak tau harus melakukan apa ketika bibir lembut milik Jennie mendarat di bibirnya. Tubuhnya terasa kaku dan merinding ketika Jennie mengelus leher belakangnya, area sensitifnya.
Jennie semakin mendekat dan mendorong tubuh Hoyeon berbaring. Hoyeon menelan salivanya dengan susah payah.
Bibir Jennie memang tidak bergerak— oh tidak, sekarang itu bergerak. Jennie memaksa bibir Hoyeon untuk terbuka membalas ciumannya tapi Hoyeon masih tak bergeming.
Jennie menjauh, hanya sedikit. Ia tatapan sendu kedua mata tajam Hoyeon yang membuat gadis itu terhipnotis begitu saja.
Jennie tersenyum kecil dan menggenggam tangan Hoyeon lalu mencium kembali Hoyeon.
Karena aksi tatapan yang entah kenapa begitu menghipnotis... Jung Hoyeon pada akhirnya membalas ciuman Jennie.
~~~
"Kenapa kau bangun sepagi ini?" Chaeyoung berbalik ketika melihat Hyeri datang dari arah belakang. Wajah gadis itu terlihat masih sangat mengantuk. Wajar, ini masih jam 5.
"Ayahmu bilang ketika matahari terbit akan terlihat cantik dari sini. Aku jadi penasaran."
Hyeri menggeleng heran melihat Chaeyoung tapi ia tetap duduk di sebelah gadis itu.
"Sudah hubungi Jennie?"
"Belum, sinyal disini sulit sekali."
Hyeri mengangguk menyetujui.
"Kalau begitu lusa kita pulang."
"Hm? Lusa Pulang? Apa tidak kecepatan?"
"Tidak, kita pulang. Aku tak sanggup berlama lama disini apa lagi sebentar lagi kita mau ujian..."
Chaeyoung hanya terdiam mendengarkan Hyeri berbicara, ia jadi teringat Jennie. Bagaimana gadisnya itu sekarang? Pasti Jennie sangat ambisius sekali belajar dan bisa saja ia jatuh sakit. Chaeyoung semakin khawatir akan itu. Ia tau sekali sifat konyol Jennie waktu sakit.
"Lihat, mataharinya terbit." Lamunan Chaeyoung buyar, ia menoleh ke depan. Matahari perlahan lahan mulai naik.
Mereka hanya diam melihat matahari hari yang terbit, terhanyut akan keindahannya.
"Jennie mendapatkan beasiswa di New Zealand."
Hyeri tak dapat sembunyikan rasa terkejut dan menoleh pada Chaeyoung, "Heol? New Zealand?!"
Chaeyoung tersenyum kecut dan mengangguk, "Iya, New Zealand. Aku tau itu dari Yoona ssaem."
"Yoona ssaem? Jennie tak memberitahumu?"
Chaeyoung menggeleng menjawab pertanyaan Hyeri.
"Kenapa?"
Chaeyoung menghela nafas panjang, "Jennie itu... Tipekal orang yang takut."
Hyeri memandang wajah sendu Chaeyoung, tak berniat berbicara lagi ketika melihat wajah lelah itu.
"Dia khawatir dengan segala hal dan tak bisa mengungkapkan kekhawatirannya karena rasa takut itu... Entah takut kehilangan atau takut di marahi. Dia sensitif." Jelas Chaeyoung di akhiri senyum dan menoleh pada Hyeri, "Kalau Jennie begitu, maka aku kebalikannya."
Hyeri mendengus tawa dan mengangguk menyetujui akan hal itu, "Ya, kau orang yang blak blakan."
Chaeyoung sejenak tertawa sebelum berbicara, "Tapi aku akan merasakan khawatir setelah membicarakannya, apakah yang aku beritahu itu salah atau tidaknya. Aku selalu memikirkannya di akhir." Ucapnya dan kembali menghela nafas, "Dan mungkin sepertinya... Harus aku yang berbicara duluan tentang itu."
[To be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby Admirer
FanfictionGXG • CHAENNIE • [Completed] 📍 Ruby Admirer Ruby, sosok perempuan bermata tajam bak kucing yang rajin mengisi puisi puisinya di mading sekolah. Puisi puisi yang maknanya begitu memporak porandakan hati sampai memikat hati seorang Park Chaeyoung yan...
28. Her Ridiculousness
Mulai dari awal