TSD (21) : Berjarak?

Mulai dari awal
                                    

"Ada apa, Bell?"

"Kepalaku mendadak pusing dan mataku berkunang-kunang, Kev," jawab Bella.

"Hm, sepertinya kau kelelahan dan banyak pikiran akhir-akhir ini, Bell. Sebab, aku lihat beberapa hari belakangan kau selalu banyak melamun," ucap Kevin.

"Iya, Kev. Mungkin begitu."

Mereka pun melanjutkan langkah dengan Kevin yang memegangi tangan Bella. Saat menaiki motor, Bella memeluk erat Kevin sembari menyandarkan tubuhnya. Dia merasa kesehatan tubuhnya mendadak menurun. Tidak aneh karena memang Bella seringkali merasa tertekan. Selama ini tubuhnya sudah menahan banyak sekali terpaan.

"Kau mau aku antar sampai dalam?" Tanya Kevin dan dijawab gelengan yang oleh Bella.

"Oke, kalau begitu aku pamit dulu. Langsung istirahat saja," ucap Kevin sembari mengacak rambut Bella. Tentu saja, Bella tersenyum sambil mengangguk.

"Bye, Bell," ucap Kevin.

"Bye, Kevin. Take care!" Bella sedikit berteriak. Ia lantas berjalan ke arah pintu dengan hati-hati.

Saat memasuki rumah, ia langsung disambut dengan Grace yang tengah menimang Freddie. Di sampingnya ada Xavier yang tengah memainkan mainan untuk Freddie. Bella tersenyum tipis. Mereka benar-benar sudah seperti keluarga bahagia. Kehadiran Bella saat ini hanya akan menjadi duri yang sewaktu-waktu bisa melukai Grace.

"Kau baru pulang, Bell?" Tanya Grace.

"Iya, Mom. Tadi aku ada tugas yang harus diselesaikan di sekolah. Jadi, aku pulang sedikit terlambat," jelas Bella. Grace mengangguk paham.

"Aku ke kamar dulu, Mom," ucap Bella. Dia melanjutkan langkahnya ke kamar dengan sedikit sempoyongan.

Setelah sampai di kamar, Bella langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Dia menyalakan shower dan duduk di bawahnya dengan kaki menekuk. Tadi, Xavier sama sekali tidak meliriknya. Itu adalah awal yang bagus. Tetapi, lagi-lagi hal itu malah menyakiti hati Bella. Apakah memang awalnya sesakit ini untuk merelakan seseorang yang dicintai?

"C'mon, Bell. Semua akan terlewati. Kau akan baik-baik saja," ucap Bella.

***

Sejak pulang, Bella tidak keluar kamar lagi. Bella tidak ikut makan malam. Xavier yang sedang berbaring di sebelah Grace pun merasa gelisah. Dia merasakan ada sesuatu hal yang terjadi pada Bella. Ia pun melirik Grace dan box bayi Freddie secara bergantian berkali-kali. Setelah merasa mereka tidur nyenyak, Xavier beranjak dari tidurnya. Baru memakai sendal, tangan Xavier dipegang.

"Kau mau kemana, Xav?" Tanya Grace.

"Ah, itu. Aku mau melihat keadaan Bella. Sejak pulang, dia tidak makan apapun. Apa kau tidak khawatir padanya?" Tanya Xavier. Grace pun ikut duduk.

"Hm, iya. Aku baru sadar. Tadi sore, dia juga terlihat aneh saat berjalan," ucap Grace.

"Kalau begitu, aku ke kamarnya sekarang. Kau jaga Freddie saja. Takut dia terbangun," ucap Xavier. Grace mengangguk dan kembali berbaring.

Xavier keluar kamar, lalu naik ke lantai dua. Saat memutar knop, pintu otomatis terbuka. Xavier menautkan alis. Bella tidak mengunci pintu kamar. Ia pun langsung masuk. Ia mendapati Bella tengah bergelung selimut. Ia pun duduk di sebelah Bella. Gadis itu tengah tertidur, tetapi tampak gelisah.

"Bell," panggil Xavier. Bella langsung membuka mata secara perlahan.

"Xavier," lirih Bella. Gadis itu berusaha bangun.

"Xav, aku sedang tidak enak badan. Aku tidak bisa bercinta malam ini," ucap Bella. Xavier menghela nafas.

"Kenapa kau berkata seperti itu? Apakah kedatanganku harus selalu diisi dengan seks?" Tanya Xavier.

"Memang selalu seperti itu, Xav," lirih Bella. Xavier merasa sedikit tertampar.

"Aku minta maaf. Kali ini aku datang untuk melihat kondisimu. Rupanya, kegelisahanku benar. Kau sepertinya sakit, Bell," ucap Xavier. Bella menghela nafas.

"Aku rasa, aku hanya demam biasa. Kau tidak perlu khawatir. Besok pagi juga akan sembuh," ucap Bella. Xavier bergeleng pelan.

"Kau belum makan sama sekali sejak pulang, Bell. Kondisimu tidak akan segera membaik jika hanya tidur. Kau harus makan sesuatu dan meminum obat. Mau aku ambilkan?"

"Tidak, Xav. Perutku tidak enak jika diisi makanan. Aku mau tidur saja," ucap Bella. Xavier menghela nafas. Bella masih saja keras kepala.

"Sedikit saja, Bell. Perutmu sangat kosong. Aku tidak mau kau semakin sakit," ucap Xavier. Bella bergeleng keras.

"Jangan memaksaku, Xav. Aku benar-benar tidak nafsu makan," ucap Bella.

"Hm, ya sudah jika itu maumu. Kalau begitu, kau kembali tidur saja. Langsung hubungi aku jika terjadi sesuatu. Selamat istirahat," ucap Xavier. Pria itu mengusap lembut sisi wajah Bella dan mengecup pucuk kepala Bella. Xavier lantas pergi. Mata Bella berkaca-kaca. Dia tidak melihat sedikitpun gairah dan antusias Xavier seperti biasanya. Dia seperti bukan melihat Xavier yang ia kenal. Xavier saat ini adalah Xavier saat pertama kali bertemu.

"Ayolah, Bella. Ini awal yang baik untuk akhir hubunganmu dengannya," ucap Bella mencoba meneguhkan dirinya sendiri. Setelah itu, ia kembali tidur. Ia berharap, besok pagi tubuhnya akan membaik. Bella paling tidak suka jika sakit karena ruang geraknya akan menjadi terbatas. Ia juga sangat malas jika harus mengonsumsi obat-obatan.

Tbc_________

A/N
Halo gaisss
How about this part?
Apakah kalian ada bayangan ending kayak apa?

The Step-Dad ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang