Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini motor Gallio berhenti di halaman rumah Katty. Katty masih diam menyender di pundaknya. Panas. Itu yang di rasakan pundak Gallio saat ini. Agaknya, Katty demam.

"Katt," panggil Gallio menepuk bahu Katty yang masih diboncengnya.

Katty melenguh, kemudian membuka matanya. "Dimana ini?" Tanyanya kemudian, masih setengah sadar.

"Di surga."

"Kok bisa? Kapan gue matinya?" Panik Katty langsung turun dari motor Gallio.

"Ini rumah lo, Katt," ujar Gallio terkekeh melihat wajah Katty yang panik.

Katty berdecak, memukul bahu Gallio pelan.

"Mau ke rumah sakit gak? Badan lo panas," ucap Gallio yang masih duduk di atas motornya.

Katty menggeleng. "Gak mau, takut."

"Banyak takutnya. Cemen," cibir Gallio.

"Dih, biarin. Kok lo ngeselin?" Bibir Katty mengerucut kesal.

"Emang. Udah, sana masuk," titah cowok itu.

"Sendirian dong," gumam katty pelan, namun masih dapat didengar oleh Gallio.

"Mau gue temenin?"

"Mau, tapi lo kan harus sekolah. Jadi gak usah, gapapa gue sendiri aja."

"Bisa izin. Lo masuk dulu, gue mau beli makanan," ujar Gallio.

Katty tersenyum lebar. "Oke, gue nitip seblak ya, levelnya 7 aja. Terus sama es kelapa. Kalo ada beliin juga cilor sama maklor, pedesnya 5 sendok aja. Oke Bro?"

Gallio menatap Katty tajam. Bisa-bisanya gadis sinting ini memesan makanan seperti itu saat sedang sakit? Gallio tidak habis pikir dengan otak Katty.

"Gak ada. Gue mau beli bubur, gak usah minta aneh-aneh. Kalo gak gue tinggal sendirian lo disini," ancam Gallio.

Katty bedecak. "Gak asik! Padahal gue lagi ngidam," kesal Katty.

"Lo gak hamil, gak usah macem-macem."

"Iya iya!"

"Udah sana masuk, jangan kunci pintu kalo mau tidur."

"Emang kenapa?"

"Ya, gue gak bisa masuk, oon!"

"Oh iya juga, ya."

Gallio memutar bola matanya malas. Kemudian dia mulai menyalakan motornya.

"Gall, jangan bubur dong," pinta Katty memelas.

"Mau apa?"

"Nasi Padang, ya? Yang kemarin kita beli, pengen itu. Kalo bubur gue gak bakal makan."

Gallio diam, namun tidak lama dia mengangguk. Lalu motor cowok itu melaju meninggalkan Katty yang masih diam di depan rumahnya.

"Mimpi apa gue punya pacar? Crush gue lagi," gumam Katty.

•••

Gallio kembali dengan membawa dua bungkus nasi Padang. Dia juga tadi sempat mampir ke apotik membeli obat demam untuk Katty. Kemudian cowok itu turun dari motornya, berjalan ke arah pintu Katty yang sedikit terbuka.

Benar sih Katty tidak mengunci pintunya, tapi tidak membiarkan pintu itu terbuka juga, kan? Bagaimana kalau ada maling atau orang jahat masuk kedalam?

Tunggu? Apa Katty baik-baik saja?

Gallio berlari masuk kedalam, suasananya sangat hening. Entah dimana Katty sekarang berada. Penerangan minim membuat hawa jadi tidak enak.

"Katty," panggil Gallio. "Lo dimana?"

Tidak ada sahutan. Gallio jadi takut terjadi sesuatu pada Katty. Kemudian dengan berjalan cepat, dia menuju kamar gadis itu walaupun Gallio tidak mengetahuinya, tapi dia berusaha mencari keberadaan Katty.

Gallio memasuki pintu bercat putih dengan hiasan lucu yang menurutnya itu kamar Katty. Setelah masuk, betapa terkejutnya Gallio saat melihat Katty terkapar tak berdaya di lantai. Dengan panik Gallio menghampiri Katty.

"Katt? Hey, bangun," panggilnya menepuk-nepuk pipi Katty yang panas.

Namun tidak ada tanda-tanda gadis itu membuka mata. Dengan perasaan panik Gallio membopong tubuh Katty ke kasur gadis itu. Setelah Katty terbaring di kasur, Gallio mengamati wajah Katty yang terlihat damai saat memejamkan mata.

"Cantik," gumam Gallio pelan.

Gallio bangkit dari duduknya, dia mencari kain untuk mengompres Katty. Setelah dapat, cowok itu pergi kamar mandi untuk membasahi kainnya.

Sedangkan Katty yang terbaring, mengintip dengan satu matanya. Ya, Katty sebenarnya tidak pingsan, dia hanya ingin melihat seberapa peduli Gallio terhadapnya. Mata Katty dengan cepat tertutup lagi saat Gallio keluar dari kamar mandi.

Cowok itu memeras kain yang sudah di basahi air, lalu menempelkan kain itu di dahi Katty. Gallio mengelus lembut rambut Katty yang tergerai.

"Rasa gue ke lo baru 15%, Katt. Gue belum bisa ngelupain dia, maafin gue."

Katty yang mendengar itu terkejut dalam diam. Tapi dia berusaha tenang, mencoba membiarkan Gallio menceritakan apa saja. Walaupun rasanya sesak, tapi tak apa. Katty siap menerimanya.

"Gue masih belum bisa ngebuka hati lebih lebar buat lo, bodoh banget." Tiba-tiba Gallio tertawa. "Padahal lo udah cukup sempurna, walaupun kadang sinting."

Dalam hati Katty mengumpat. Sinting apanya? Orang Katty sangat waras. Walaupun kadang-kadang.

"Gue suka sama dia dari dulu, tapi dia anggap gue sahabat. Gue harus apa? Gue sayang sama kalian berdua, walupun sayang gue ke dia lebih banyak. Tapi dia tetep gak sadar sama itu."

Hati Katty mencelos mendengarnya. Kenapa rasanya sangat menyakitkan? Bagaimana mungkin Gallio menerima Katty saat hatinya masih mengharapkan orang lain? Dan bodohnya, kenapa perasaannya pada Gallio tidak berkurang?

"Besok lusa dia pulang ke Indo, gue harus gimana? Perasaan gue buat dia masih banyak, gue takut nyakitin lo." Gallio menghela napas berat.

"Lo udah nyakitin gue, Gall." Batin Katty menjawab.

"Kalo Lily sakit, lo jangan sakit, Katt." Gallio mengelus lembut pipi Katty.

"Jadi Katty yang nyebelin, ya? Jangan diem kayak gini. Gue gak suka," ucapnya

Katty tertegun saat merasakan pipinya di kecup lembut oleh bibir Gallio. Jantungnya berdetak tidak karuan. Rasanya dia mau berteriak saat ini juga. Namun, aktingnya harus lebih di dalami agar mengetahui apa saja yang ada pada diri Gallio.

"Gue tau lo cuma pura-pura pingsan."

•••

To be continued

Hayoloh ketauan😀😃

Hayoloh ketauan😀😃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Katty or Lily? (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang