25. Si Gadis Cantik

Mulai dari awal
                                    

Saat akan memutar knop pintu kamar, ia tersadar akan satu hal. Semalaman, ia tidur di kamar milik Cyntia. Pantas saja ia mencium aroma yang khas dan berbeda dari bau dikamarnya.

Pintu terbuka, menampilkan suasana rumah yang terlihat tertata rapi tanpa ada debu atau kotoran sedikitpun seperti yang ia pikirkan. Siapa lagi jika bukan ulah Naila dan Raffi? Mereka selalu membuatnya merasa tidak enak hati, Gafi rasa ia terlalu sering merepotkan kedua temannya itu.

Ia melanjutkan langkahnya menuju sofa yang ada di ruang keluarga, berniat untuk menonton TV. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya begitu saja diatas sofa empuk itu. Jujur ia belum mengerti sepenuhnya cara duduk dengan benar dan aman saat menggunakan cructh

Ia meraih remote yang ada dimeja, dan menekan tombol merah dipojok kiri remote guna menyalakan televisi. Ia beberapa kali mengganti saluran, kebanyakan acara tv sekarang cukup membosankan apalagi acara tv dipagi hari yang lebih banyak menyajikan berita.

Ia menghela nafas gusar untuk kesekian kalinya, karena lagi-lagi acara tv yang ia temui adalah kabar berita. Membosankan!

"Ditemukan mayat seorang laki-laki berusia 16 tahun yang tergeletak didepan rumahnya, dengan luka tusuk dibagian perutnya. Pihak kepolisian masih mencari jejak pelaku sampai sekarang ini--"

Tik!

Ia kembali mengganti saluran.

"Seorang gadis remaja yang terduga menjadi pelaku pembunuhan terhadap pemuda inisial F kabur dari wilayah tempat tinggalnya--"

Terlalu banyak kabar yang memberitakan tentang pembunuhan seorang pemuda, hingga akhirnya Gafi pun tertarik untuk sekedar mendengarkan isu-isu dari publik atau pihak kepolisian.

Banyak yang berkata bahwa si pembunuh ini adalah seseorang dengan gangguan mental atau penderita psikopat. Sedangkan dari orang-orang terdekat korban menyatakan bahwa si pelaku pembunuhan memiliki dendam dengan korban hingga pelaku tega membunuhnya, entahlah siapa yang benar?

Tak lama setelah berita itu berlalu, layar televisi menampilkan tayangan serial kartun spongebob squarepants, yang sontak membuat Gafi berseru ria.

Drrtttzzzz.....

Dering notifikasi dihandphone-nya mengganggu konsentrasi Gafi menonton serial kartun favoritnya. Sebenarnya malas juga untuk meladeni notifikasi itu, tapi semakin lama semakin brutal saja sepertinya.

Ia mengambil benda pipih yang ada disaku celananya, lalu menghidupkannya. Beribu notifikasi muncul dari grup kelasnya, entah apa yang sedang mereka permasalahkan.

Dari 2.675 pesan ia baru membaca pesan pertama yang pastinya menjadi pokok topik dari pembicaraan panjang ini.

_viza_: info! Katanya Bu Devi ada anak baru dikelas kita!

/sylv/:  Iyakah?

_xyzvinz: Yoi! Cewek broh!

°mrsa.a°: //send picture

_xyzvinz: Gila! Cantik banget!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_xyzvinz: Gila! Cantik banget!

~yssoi~: Bolehlah ditambah ke list

/sylv/: Masih cantik gue kali!

•raafal_: //repiled to °mrsa.a°
                 Minimal jangan liat dari tampangnya doang

_xyzvinz: Cih! Bilang aja lo pengen nyrobot duluan!

Gafi memandangi foto itu selama beberapa saat, sebelum akhirnya menghapus foto itu.

"Lebih cantik Naila" Gumamnya tanpa sadar.

...

Setelah bel akhir pelajaran berbunyi, seluruh siswa/siswi SMA MERAH PUTIH langsung berhamburan keluar kelas dan berdesakan mengambil kendaraan mereka masing-masing yang ada diparkiran. Begitu pula dengannya.

Ia dapat bernafas lega, saat motornya dapat dikeluarkan tanpa masalah berdesakan sama sekali. Baru saja ia akan tancap gas pulang kerumahnya, ia dicegat oleh cowok berperawakan tinggi. Ia mendengus kesal, dan terpaksa harus kembali mematikan mesin motornya.

"Kenapa?" Ketusnya.

"Gue nebeng dong"

"Hih! Ogah!" Ia kira bukan permintaan seperti ini yang akan seseorang itu katakan. Menyesal ia menghentikan motornya tadi.

"Motor gue dipinjem Vino, gue nggak bisa pulang"

"Dih! Yaudah sana jalan kaki, ngapain nebeng ce--" 

"Oke, makasih!"

"Lah?!!"  Cowok itu, sudah duduk di jok belakang, lengkap dengan helm full face yang bertengger dikepalanya. Entahlah, tapi ini terlalu memalukan baginya.

"Sialan!" Dengan terpaksa, ia harus membonceng cowok itu sampai kerumahnya, meski rumah mereka masih satu arah, ia tetap ogah memberi tebengan untuk cowok itu, lagipula ia juga bukan driver ojol.

Sepanjang perjalanan keduanya terdiam, tanpa melempar topik atau apapun yang dapat mengisi kekosongan singkat ini.

"Loh? Naila! Gang rumah kita udah kelewat kan?!"

"Iya emang, terus kenapa?" Jawabnya santai.

"Puter balik lah! Lo mau kemana, woy!" Naila sedikit kesal dengannya, sudah syukur diberi tebengan gratis tapi ia masih banyak protes.

"Lo lupa? Tadi lo disuruh ngapain?"

"Lah emang gue disuruh ngapa-- Oiya, makasih, La!" Naila benar-benar tak habis pikir dengan sifat anak satu ini yang sering pikun. Bahkan hal penting seperti ini saja ia sudah melupakannya, padahal baru tadi siang ia diberi tanggung jawab itu.

Mereka berdua telah sampai di depan sebuah rumah dengan dominasi warna cat putih pada dindingnya. Naila melangkah ria, memasuki pekarangan rumah itu, lalu mengetuk pintu sambil memanggil sang pemilik rumah beberapa kali dengan suara cemprengnya.

Sang pemilik rumah membukakan pintu, dengan salah satu jari menyumpal lubang telinganya. "Jangan teriak-teriak 'kan bisa, Nai!" Keluhnya.

Naila malah cengar-cengir tidak jelas.

"Hoi! Ngapain diem disitu?" Panggil Gafi, sang pemilik rumah.

Ia melangkah mendekati Gafi lalu menyerahkan surat kepadanya, "Nih, buat lo"

"Apa ini?" Tanya Gafi bingung. Raffi hanya mengedikkan bahunya, ia sendiri tidak tau apa yang ada didalamnya.

Gafi membuka amplop surat itu, dan membacanya sekilas, sebelum akhirnya meremas lalu membuang surat itu kesembarang arah. "Sialan!!"

Bersambung....

Fight(alone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang