Ada yang bergerombol, berdua, juga sendiri. Ada yang mengerjakan tugas dengan laptop dan buku terbuka, ada yang berbincang keras, ada yang tampaknya sedang berpacaran, lalu ada juga yang terlihat sedang asyik tidur-tiduran di atas rumput dengan buku menutup wajah. Sejauh ini El menyukai apa yang dia lihat. Lingkungan ini tidak buruk untuk Rynka.
Ah, masa kuliah, El merindukannya. Tapi masa kuliahnya tidak diisi dengan hal-hal seperti ini.
Kampusnya dulu bukan kampus mewah. Tamannya tidak seluas dan sesegar ini. Dulu pun dia terlalu sibuk bekerja sampai tak sempat mendapat banyak teman. Nongkrong di taman kampus seperti ini bukan hal yang bisa dia lakukan dulu. Dia suka belajar, tapi masa kuliah agak menyedihkan untuk diingat. Di masa itu, hanya kebersamaannya dengan Jessica lah yang bisa dibilang sebagai memori bahagia.
Kemudian perhatiannya jatuh pada sosok familier. Aris sedang duduk di atas rumput, tampak berbincang semangat dengan lawan bicaranya—yang sempat El lihat di luar kampus tadi, sepertinya itu adalah temannya.
Sudut bibir El terangkat sedikit. Dia memutuskan untuk menghampiri perlahan, duduk di bangku yang berada beberapa langkah di belakang Aris dan temannya itu—kebetulan bangkunya kosong.
Sekarang El duduk di belakang Aris, menatap punggung dan rambut hitam wanita itu. Dia bertatapan dengan Sarah yang duduk menghadap Aris sekaligus padanya.
Sarah menyadari kehadiran El. Sarah sempat terkejut dan mengerutkan dahi lama, tapi Aris tak mengamati perubahan wajah temannya karena terlalu sibuk berceloteh mengeluarkan isi hati yang menggunung.
Sarah memutuskan untuk diam saja. Melihat ekspresi El yang tersenyum ramah membuatnya yakin pria itu bukan orang jahat. Apalagi tadi jelas-jelas pria itu keluar dari mobil keren dan bahkan disambut oleh NYU sendiri.
Kalau Sarah adalah wanita norak, sudah pasti dia terus memperhatikan El. Pasalnya lelaki itu benar-benar atraktif. Garis wajahnya tegas dan wibawanya terlihat jelas. Setelan kemejanya pun membuatnya terlihat penting. Sebisa mungkin dia berusaha mengalihkan pandangan dan tidak melirik pria itu lagi.
"Kau tidak mendengarkanku," Aris berucap dengan nada menyerah. "Perempuan dan laki-laki bisa kok bersahabat tanpa melibatkan perasaan! Kau tahu tidak apa itu cinta platonik? Kau bisa mencintai temanmu, baik dia perempuan atau laki-laki, tanpa sama sekali melibatkan bumbu romansa apalagi hasrat bercinta!"
"Aku sih tidak mempercayai itu ya. Berdasarkan pengalamanku sendiri, kau bisa saja menganggap mereka hanya teman, tapi sebenarnya mereka ingin memiliki hubungan denganmu, paling tidak ingin menidurimu lah!"
"Kau membicarakan ini tentang teman lelaki atau teman wanita?"
"Hm, sebenarnya dua-duanya sih."
"Apakah itu berarti, bisa saja kau diam-diam menaruh perasaan padaku?" Mata Aris menyipit skeptis.
Sarah berdecak. "Jangan salah paham. Kau bukan seleraku. Memang bisa saja teman wanita menyimpan rasa untukmu, tapi di sini aku lebih membahas teman pria."
"Sudahlah Sarah, ucapanmu itu tidak berdasar."
"Hei, justru ini ada buktinya."
"Apa?" Aris menantang.
"Pengalamanku sendiri!"
"Pengalamanmu nyata untukmu, bukan untuk semua orang," Aris berujar malas. "Tidak semua lelaki mengharapkan sesuatu dari teman wanitanya. Banyak dari mereka bisa membentuk pertemanan tulus di mana ada timbal-balik positif atau simbiosis mutualisme dari pertemanan dengan wanita."
"Tidak usah berlagak bijak denganku." Sarah mengibas telapak di depan wajah. "Sudah kualami sendiri soalnya. Walau lelaki tidak menyimpan rasa, pasti setidaknya pernah berfantasi meniduri teman wanitanya. Walau hanya sekali, pasti pernah. Percaya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cake & Cakey
Romance⚠️ 21+++ _______ Setelah mendengar kekasih dan sahabat terdekatnya mendesah bersama di tengah persenggamaan hebat, Searis Amaya hilang akal sehat lalu tidur dengan Rigel Batawirya. Lucu, pergulatan ranjang antara Aris dan Rigel itu terjadi padahal m...
44 | satu malam
Mulai dari awal