Azura berdecak kesal. Mau tak mau, ia berdiri dan mengambil tas sekolahnya. Mengabaikan panggilan kedua temannya, ia berjalan pergi meninggalkan kelas. Membolos seperti yang disuruh oleh Jefian tadi pagi.
.
.
.Begitu tiba di taman belakang sekolah, Azura langsung bisa melihat Jefian yang sedang bersandar ke tembok dengan rokok menyala di tangannya. Melihat kedatangan Azura, membuat Jefian menyeringai.
“Hai, babu. Cepet juga lo nyampe.”
Azura berdecak kecil dan menatap pemuda itu sinis, “ngapain?” tanya gadis itu langsung.
“Boloslah, apa lagi?” balas Jefian tanpa dosa.
“Enggak bisa di batalin aja gitu? Sumpah ya, gue enggak pernah bolos. Kalo sampe guru-guru tau, bisa dipanggil ke BK gue besok.”
“Apa muka gue terlihat peduli?” ucap Jefian acuh.
“Jef, lo mungkin enggak peduli sama pendidikan lo, tapi gue peduli. Gue enggak mau bikin usaha gue buat belajar selama ini menghasilkan hal yang jelek. Gue mau sukses di masa depan dan untuk itu gue mau sekolah bener-bener.”
Jefian menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya hingga padam. Melihat itu, Azura langsung menatap pemuda itu bingung.
“Lo ngapain sih? Mau ngerokok tapi rokoknya masih baru malah lo inj—uhhh!” Azura tak sempat menyelesaikan ucapannya karena tiba-tiba saja Jefian mencengkram dagunya lumayan keras.
“Gue inget tadi malem ada yang ngomong bakal jadi babu gue. Apa sekarang zamannya babu buat nyeramahin majikan?” tanya Jefian dengan senyuman yang mungkin bagi sebagian perempuan adalah senyuman manis, tapi bagi Azura itu senyuman mengerikan.
“Uhh ... Lepas!”
Azura berusaha melepaskan cengkraman tangan Jefian dari dagunya. Melihat gadis itu kesulitan menandingi kekuatan tangannya, membuat Jefian menyeringai.
“Sekarang, ikut gue. Sebagai majikan yang baik, gue mau bawa babu gue ini seneng-seneng.” Jefian melepaskan tangannya dari dagu Azura dan beralih menarik pergelangan tangan Azura kemudian menyeretnya pergi melalui pintu gerbang yang sudah terbengkalai di taman belakang sekolah.
.
.
.Kalau Azura belum pernah bilang kalau Jefian itu bajingan? Maka, kali ini Azura akan mendeklarasikan kalau Jefian adalah bajingan super kelas atas. Pemuda itu membawanya ke tempat karaoke yang sebenarnya ilegal untuk dimasuki anak di bawah umur. Entah bagaimana Jefian bisa mendapatkan koneksi, karena saat masuk kemari penjaga di depan bahkan manager di sana langsung menyambutnya dengan tangan terbuka.
Kini, Azura hanya duduk memperhatikan bagaimana Jefian menyanyi dengan nada berteriak-teriak sambil meminum soda bir kalengan yang disediakan oleh petugas karaoke. Inilah kenapa Azura menyebutkan kalau Jefian adalah bajingan.
Begitu lagu habis, Jefian duduk dan mengabaikan lagu-lagu rock yang mengalun tanpa berniat bernyanyi lagi. Kini ia duduk sambil membuka kaleng bir yang baru.
“Jef, pulang yok? Gue laper,” ucap Azura.
Jefian menatap gadis itu, “tuh ada cemilan. Minum ada juga. Udahlah ntaran aja baliknya. Bang Cakra juga balik besok. Pulang malem juga enggak masalah, toh rumah Bang Cakra kagak pake jam malem.”
Azura berdecak kecil, ia bukannya benar-benar lapar. Ia hanya tak suka berada di tempat asing ini. Ia merasa tak nyaman. Jefian sendiri juga bukannya bodoh, ia peka kalau gadis di sampingnya itu tak merasa nyaman, tapi apakah ia peduli? Tidak, bung!
“Nih, cobain.” Jefian menyodorkan bir kaleng pada Azura.
“Gue enggak minum,” tolak Azura.
“Cuma soda biasa. Lo liat gue udah minum hampir lima kaleng, ’kan? Gue enggak mabuk tuh. Ya, karena ini cuma soda biasa. Cobain deh. Hidup tuh cuma sekali, lo kalo enggak menikmati sekarang ya kapan lagi?” ucap Jefian. Sesat memang.
“Enggak. Gue enggak minum sembarangan.” Tetap pada pendiriannya, Azura menolak.
Jefian meletakkan kaleng yang ia sodorkan ke Azura dan beralih meminum kaleng miliknya. Sejenak tiba-tiba muncul ide jahil di kepala Jefian.
Ngerjain anak teladan kayaknya seru. Batinnya menyeringai.
Azura membuka ponselnya dengan perasaan bosan. Lebih baik ia melihat-lihat sosmed daripada mati kebosanan di sana. Saat sedang asyik melihat story teman-temannya, tiba-tiba saja Jefian menarik tekuknya dan sebelum sempat Azura merespon, bibir Jefian sudah lebih dulu mencium bibirnya. Keterkejutan Azura tak berlangsung lama karena di dalam mulutnya, ia merasakan air yang berasa pahit pedas dan sedikit manis tiba-tiba saja masuk di dalam mulutnya.
Sialan! Batinnya.
Azura mendorong Jefian menjauh hingga ciuman mereka terlepas. Mengabaikan Jefian yang menyeringai lebar, Azura tengah terbatuk-batuk kecil karena terpaksa menelan bir yang dioper oleh Jefian melalui ciuman tadi. Gadis itu bersumpah akan membalas Jefian nanti.
°•° To be Continued °•°
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDS WITH BENEFITS ✔
RomanceUsai dikhianati oleh pacarnya, Azura meyakini bahwa sekarang tak ada lagi namanya hubungan yang benar-benar murni karena cinta. Hubungannya yang telah begitu lama ia jalin dengan pacarnya harus rusak karena kebodohan pemuda itu yang dengan seenaknya...
FWB : 10
Mulai dari awal