12

214 28 0
                                    




"Jin, kau yakin sudah membawa berkas-berkas ini semua?"

Namjoon terlihat sedang membulak balik beberapa map cokelat berisikan data pasien Choi Sooyoung di atas mejanya.

"Kenapa Namjoon? Aku sudah membawa semuanya, tidak ada yang tertinggal di ruang prakteknya"

"Ada satu berkas yang hilang" Ia mendongak menatap partnernya bingung.

Seokjin memiringkan kepalanya, keningnya berkerut.

"Dari mana kau tahu?"

"Nomor serinya. Satu file berhuruf S hilang dari kumpulannya"

Seokjin menelan ludah perlahan.

"Mungkin pelaku mengambilnya?" Ia berusaha tenang.

"Mungkin" Jawabnya singkat sambil masih menata map-map coklat itu kembali.

"Namjoon...."

"Mau berjalan-jalan sebentar? Hari ini cerah lho.." Seokjin tersenyum menatap partnernya yang tengah sibuk.

Namjoon mendongak, menghela napas dan ikut tersenyum. Cekungan di pipinya selalu membuat Seokjin terpana.

Ia menundukkan wajahnya yang mulai memerah.

"I'm sorry Jin...."

"Mungkin aku terlalu terobsesi pada kasus ini"

Ia berjalan ke belakang Seokjin dan melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. Menenggelamkan wajahnya di leher jenjangnya dan menghirup aroma vanilla yang lembut dari tubuh pria itu.





Mereka tiba di taman kota setelah berjalan beberapa meter. Duduk di bangku taman sambil menghabiskan hotdognya.

"Jin.."

"Maaf jika aku harus bertanya..." Namjoon mengelap tangannya dengan tissue dan mencondongkan badannya.

Seokjin tersentak. Rasa khawatir tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia membulatkan mata dan memperhatikan pria di hadapannya.

"Apakah kita....you know...." Namjoon setengah berbisik.

Seokjin yang bingung dengan pertanyaan itu hanya memiringkan kepalanya.

"Mmmm....do you love me? A-atau kejadian kemarin...mmmm.... hanya...." Namjoon melanjutkan kalimatnya terbata sambil menunduk malu.

"Wha....ahahahahahahaha.....kukira kau mau bertanya apa" Seketika rasa khawatir Seokjin hilang dan berganti dengan tawa.

"Namjoon...." Seokjin menatapnya lembut.

"Waktu kau melindungiku di jalan itu aku merasa aman mengetahui ada seseorang yang benar-benar peduli dengan nyawaku"

"Dan aku sangat..sangat khawatir ketika kau terluka karena melindungiku"

"Inilah alasanku tidak memiliki partner...."

"Aku kehilangan partnerku beberapa tahun lalu saat bertugas"

"Tapi aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas"

"Yang aku tahu adalah...partnerku adalah kelemahanku"

Sebagian ingatannya seperti membawa kenangan buruk.

"Maaf....bagaimana kau kehilangan partnermu? Namjoon bertanya dengan hati-hati.

Pertanyaan itu sontak membuat Seokjin bergidik.


"Kau suka?"

"Suka sekali" Seokjin tersenyum memandangi benda yang melingkar di jari manisnya.

"Kalau aku punya uang lebih aku akan menggantinya dengan yang mahal hahahaha...."

"Jangan....aku suka ini"




"Jin?" Namjoon menggenggam tangannya yang bergetar.

Seokjin menepisnya tanpa sadar.

"Hey...kau kenapa?" Namjoon menatap wajahnya khawatir.

"Maaf kau bilang apa tadi?"





"Detektif Kim!" Seorang petugas melambai ke arah mereka.

Keduanya segera menghampiri dan mengikuti petugas yang berjalan cepat menuju lapangan parkir di sebelah kantor.

Namjoon berbincang dengan petugas itu sementara Seokjin terus berjalan menuju para polisi yang berdiri melingkari sebuah kotak kecil.

Mereka melirik dan bergerak mundur menjauh ketika Seokjin datang.



"Tulang jari manusia dengan sebuah cincin?" Namjoon mengulang pernyataan dari petugas itu.

"Apakah itu jari asli? Kau sudah minta forensik untuk memeriksanya?"

"Cincin itu, detektif....." Ucapan petugas itu terhenti.

Ia dan Namjoon sama-sama menatap Seokjin yang tengah berlutut memandangi kotak berisi tulang itu.


Dari jarak yang tidak terlalu jauh Namjoon bisa melihat wajah kaget Seokjin.

Ia memakai sarung tangan karetnya dan mengeluarkan isi dari kotak kecil yang masih berada di rumput.

Mengangkat dan mengamatinya sebelum melemparnya kembali ke dalam kotak.

Ia membelalak kemudian berdiri melepas sarung tangan dan menutup mulut dengan punggung tangannya kemudian tersedak.



"Kim Seokjin. Si adrenaline junkie itu......"

"Ketakutan?"

Tatapan Namjoon mengikuti Seokjin yang langsung berbalik dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu.


"Cincin itu berukirkan inisial nama"

"KSJ"

Sang petugas meneruskan kalimatnya.

"KSJ.........Kim Seokjin...."

Namjoon menoleh sesaat padanya dan langsung berlari mengejar partnernya yang sudah menghilang dari pandangannya.

ChasedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang