55. Hari ke-27: Tuduhan

Start from the beginning
                                    

Harsa hanya menurut dan diam saat telapak tangannya di posisikan sejajar di atas meja, dan Satria yang bersiap memukul tangannya. Harsa hanya menatap nanar pada om, tante juga sepupu nya yang hanya diam tanpa mengucapkan sesuatu.

Ctas

Ctas

Ctas

Ctas

Ctas

Harsa tidak bergeming meskipun telapak tangannya di pukul menggunakan rotan kecil oleh Satria, tidak ada ringisan yang keluar meskipun beberapa kali terlihat tangan pemuda itu gemetar.

Ctas

Ctas

Ctas

Ctas

Ctas

"Papa udah, udah!" Yudhis yang tidak tahan melihat hal itu langsung menghentikan sang papa untuk menghukum Harsa.

"Yudhis minggir! Biarin papa kasih pelajar ke sepupu kamu yang gak tau diri ini!" Yudhis menggeleng.

"Cukup pa, belum tentu mas Harsa yang ambil, papa belum cari lagi di kamar." Satria mendengus dan segera mendorong Yudhis menyingkir.

"Papa sudah cari tadi dan gak ada, dan cuma sepupu gak tau diri kamu ini yang ada di rumah." Satria kembali mengangkat rotan nya dan memukulkan pada telapak tangan Harsa.

Ctas

Ctas

Ctas

"Seharusnya dia sadar kalau dia disini itu cuma parasit! Bahkan dia gak ada waktu bunda nya meninggal!"

Deg

"Cukup mas! Kamu gak ada hak buat ngomong gitu ke Harsa!" Hala yang tidak tahan lagi akhirnya menghentikan Satria.

"Yudhis bawa mas kamu ke kamar nya." Yudhis langsung bergerak cepat menarik tangan Harsa untuk beranjak dari sana.

Yudhis membawa Harsa yang hanya diam ke kamar nya, pemuda tinggi itu berusaha agar tidak menyentuh telapak tangan Harsa yang terlihat memerah karena sentuhan rotan.

"Mas Harsa, maafin papa." Harsa hanya diam tanpa merespon Yudhis, hal itu mengingatkan Yudhis pada kejadian dengan Saji.

"Mas Harsa." Harsa perlahan menatap ke arah Yudhis.

"Gak papa, aku yang salah." Yudhis menggeleng, dia tau jika Harsa tidak akan melakukan hal yang di tuduhkan papa nya itu.

"Mas Harsa, lihat tangannya, biar aku obati." Harsa menggeleng dan mengulas senyum pada Yudhis.

"Gak usah, biar aku obati sendiri. Kamu ke depan aja, nanti om Satria makin marah sama aku."
.
.
.
.
.
Harsa sengaja duduk bersandar pada pintu kamar agar tidak ada yang bisa masuk ke kamar nya, ya meskipun Harsa sudah mengunci pintu kamar nya. Bahkan Harsa sengaja menutup jendela kamarnya, Harsa sedang tidak ingin mendengar suara apapun dari luar.

Harsa hanya diam, telinganya tertutup earphone yang terhubung dengan sebuah alat perekam kecil. Harsa bahkan tidak mengobati telapak tangannya yang terluka.

"Harsa di tuduh maling bun, padahal Harsa gak pernah masuk-masuk apa lagi nyentuh barang yang lain." Harsa bergumam lirih sambil menatap lekat pada telapak tangannya.

"Kenapa orang-orang suka nuduh Harsa maling sih bun? Padahal Harsa gak pernah nyakitin mereka. Apa kehadiran Harsa ganggu mereka ya? Apa Harsa harus pulang ke rumah bapak?" Harsa menekuk kakinya dan menjadikan kedua lututnya sebagai sandaran dagu.

"Tapi bapak di penjara bun, ibuk Anggun pasti gak akan biarin Harsa hidup kalau Harsa pulang. Terus Harsa harus gimana ya bun? Bunda gak mau ketemu Harsa gitu?" Harsa berharap jika dia bisa bertemu dengan sang bunda meskipun sebentar.

Bratadikara's houseWhere stories live. Discover now