Dan sekarang kara berada di depan gerbang rumah Vanya. sebenarnya ia ingin masuk dan meminta izin kepada orang tua Vanya, namun Vanya melarangnya karena orang tuanya tidak ada, sedang pergi ke luar kota untuk menghadiri pernikahan saudaranya.
"Udah lama?" tanya Vanya saat sampai di depan gerbang.
"Nggak, barusan."
Kemudian mereka berangkat, Vanya tidak tahu kara akan membawanya kemana, semua apa kata kara yang menyetir. Dan saat diperjalanan, tak lupa mereka juga mengobrol untuk mengisi kesunyian diantara mereka, meskipun kara harus ekstra sabar ketika Vanya tidak mendengar perkataannya.
"Lo udah izin kan?" tanya kara.
"Hah?"
"Lo udah izin sama nyokap bokap lo?" ucap Kara sedikit menaikkan suaranya.
"Gimana mau izin, orang gada."
"Ya kan lu bisa kabarin lewat chat."
"Hah? Apa?" Vanya memajukan telinganya.
"Lo, bisa kabarin lewat chat." kara sedikit berteriak.
"Apanya?" ucap Vanya tak kalah teriak.
"Nggak, gapapa." ketus Kara yang membuat Vanya bingung.
Mereka pun sampai di sebuah taman bunga yang sangat indah dan cantik. Memang pagi-pagi seperti ini paling enak menikmati indahnya alam yang tuhan ciptakan.
"Wahh, bagus banget." ucap Vanya tak berhenti kagum."Ihh, ada bunga mawar juga. Kesukaan gue."
"Oh ya?" Vanya mengangguk antusias saking senangnya.
"Cantik banget, warna kesukaan gue." Vanya menghirup bunga mawar yang berwarna merah muda tersebut. Lalu ia kembali berjalan dan menikmati bunga-bunga yang bermekaran dan dengan warna-warna yang sangat cantik, tidak terlalu mencolok.
Kara senang melihat wajah bahagia Vanya seperti sekarang ini, ia bersyukur Vanya bukan perempuan yang banyak mau meskipun keluarganya tergolong orang berada, tapi ia sudah senang meskipun hanya dibawa ke taman seperti ini.
"Lo seneng?" tanya Kara sambil menatap Vanya yang sedang keasikan menghirup bunga-bunga.
"Seneng banget lah, gue udah jarang ke taman bunga kek gini."
"Syukur deh. Kalo Lo udah puas bilang, gue masih mau ngajak lo jalan-jalan."
"Kemana?" Vanya memiringkan kepalanya.
Kara tersenyum melihat tingkah lucu Vanya."Nanti juga Lo tau."
Akhirnya setelah puas bermain, berfoto-foto dengan bunga-bunga, Kara mengajak Vanya ke sebuah toko dan meminjam sepeda, ia berniat ingin mengajak Vanya jalan-jalan dengan menggunakan sepeda.
"Lo serius mau jalan-jalan pake sepeda?" Kara mengangguk.
"Naik." ucap Kara saat Vanya hanya menatapnya dengan tatapan ragu.
Akhirnya mereka pun melintasi jalanan dengan sepedanya dan bersenang-senang. Kara memilih membawa Vanya berjalan-jalan ke danau.
"Tuhan, saya senaangg." teriak Vanya saat berada diatas sepeda, dan karena memang disana sepi. Dan teriakan Vanya membuat kara tersenyum, ia merasa berhasil membuatnya bahagia meskipun dengan cara yang sederhana.
"Tuhan, tolong selalu buat dia bahagia!" Kara ikut berteriak dan membuat Vanya terdiam malu setelah mendengar ucapannya.
"Kenapa lo pengen gue bahagia?" tanya Vanya.
"Karna, ketika lo bahagia, gue juga ikut bahagia." Kara menoleh sekilas sambil tersenyum.
Setelah bermain-main di taman bunga, menaiki sepeda sekitar 20 menit an, akhirnya adzan dhuhur sudah berkumandang, mereka pun mencari masjid terdekat dan sholat di sana.
"Gue masih mau ngajak lo jalan-jalan, lo gapapa kan?"
"Iya, gue gapapa."
"Gak capek?"
"Capek sih, dikit."
"Yaudah, kita cari makan dulu."
Kara melajukan motornya dan mereka pun berhenti disebuah cafe, sebenarnya kara ingin mengajak Vanya mencoba makanan-makanan kaki lima, namun setelah mengingat cuaca yang sangat panas karena memang masih siang, akhirnya kara lebih memilih makan di cafe.
Dan setelah selesai mengisi perut, ternyata kara masih belum puas mengajak Vanya berjalan-jalan, ia memutuskan untuk pergi ke mall untuk membeli buku, karena memang novelnya sudah ia baca semua, jadi waktunya untuk membeli yang baru.
Kara berkeliling mencari-cari yang ingin ia baca, akhirnya ia membeli novel tentang sejarah, pengetahuan umum, dan masih banyak lagi.
Setelah kara mendapatkan yang ia mau, akhirnya ia mencari Vanya, setelah ketemu, ia melihat Vanya yang sedang menggapai buku yang ia inginkan namun ia tidak sampai.
Dan kara pun menghampirinya berniat ingin membantunya, namun saat hendak membantunya, Vanya terjatuh ke belakang, karena kehilangan keseimbangan saat melompat hendak menggapai buku yang ia mau, Kara langsung berlari ke arahnya, dan hap! akhirnya kara berhasil menangkapnya.
Vanya sekarang berada di dekapan kara, seperti pada adegan-adegan romantis di film, mereka saling menatap satu sama lain cukup lama.
"Kenapa jantung gue jadi kenceng, ya?" kata Vanya dalam hatinya.
"Sempurna." ucap Kara saat menatap mata indah milik Vanya.
"Gue kenapa? Sadar Vanya sadar."
"Lo harus gue milikin, gue jamin itu. Gak ada satu pun yang boleh milikin lo selain gue! Saskara." ucap Kara dalam hati.
***
GIMANA PART INI,SERU GA?
JANGAN LUPA ☆ AND KOMENNYA YA BESTIEE!!Kalian mau cerita ini sad end atau happy and?
Kalian tau cerita ini dari mana?
Kalian tim sad end atau happy end nih?
Komen dibawah ya ")
KAMU SEDANG MEMBACA
SASKARA
Teen FictionSaskara Adhitama Nareswara, panggil saja dia Saskara, tapi orang terdekatnya biasa memanggilnya Kara. Cowo yang terkenal dengan segudang prestasi, sikapnya yang hangat dan sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya. Ia bertemu dengan perempuan ya...