Serfia mengambil satu medali yang tergantung disana, senyumnya terangkat, "Mama kok baru tau kamu punya piala sama medali sebanyak ini?"
"Mama sibuk sama kerjaan."
Serfia terdiam. Benar juga kata anak nya. Ia duduk di pinggi ranjang. Namun matanya menangkap foto pigura yang berada di atas nakas tampat tidur anaknya.
Ia mengambil pigura bingkai disana, dan terpampanglah foto Haidar bersama seorang wanita. Mereka berdua menggunakan seragam sekolah dan bergandengan tangan. Serfia tersenyum, "Gadis yang cantik. Siapa nih?"
Haidar yang semula sibuk dengan handphone nya kini beralih menatap mama nya dan merebut foto yang dipegang mama nya dengan panik. "Ekhemm i-itu bukan siapa siapa."
"Ey gausah malu gitu ah sama mama. Kapan kapan bawa kesini dong, mama mau kenalan."
Haidar menggaruk kepala nya kikuk.
Serfia mengelus kepala anak sulung nya, "Apapun yang dikatakan ayah mu, ambil baik nya saja. Yang buruk tidak usah hiraukan. Tetap fokus melangkah kedepan. Katanya mau jadi atlet renang yang hebat hm? apapun keputusan Haidar, mama dukung."
Haidar terdiam. Lalu ia memeluk mama nya erat. "Makasih ma."
Serfia mengusap lembut surai anak sulung nya, "Mandi dulu gih, mama udah siapin makanan. Pasti belum makan kan?"
Haidar mengangguk, lalu turun kebawah. Ia cuek saat melewati ayah nya yang sedang menonton tv. Ia tetap berjalan seolah tidak ada orang disana.
"Berhenti disitu."
Haidar menghentikan langkah nya kala suara ayah nya mengintrupsi.
"Mau kemana? balapan lagi?"
Haidar hanya membalasnya dengan dengusan. Lalu ia berjalan menuju kamar mandi, namun ucapan Papa nga membuat ia menghentikan langkah nya.
"Besok ikut ayah ke rumah Kakek. Tidak ada penolakan."
***
Keesokan hari nya....
Dan disinilah Haidar, berdiri didepan gerbang mewah bak istana kerajaan. Jantung nya berdegup kencang, pertanda ia gugup untuk bertemu dengan pemilik asli rumah ini.
"Ngapain bengong disitu? sini masuk."
Haidar tersadar dari lamunan nya kala suara ayah nya terdengar. Bisa ia lihat ayah nya berdiri di samping mobil yang sudah beliau parkir di halaman. Bisa dibilang halaman rumah mewah ini sangat luas. Melebihi halaman rumah nya.
Ia memilih untuk menaiki motor nya sendiri ketimbang naik mobil bersama ayah nya. Selain untuk menghindari rasa canggung, ia juga mempunyai janji dengan Shana sepulang dari rumah Kakeknya.
Akhirnya pun ia masuk, langsung disuguhkan dengan interior mewah dan ruang tamu yang luas.
"Waduh cucu ku ganteng banget gini."
Haidar tersenyum hangat lalu memeluk wanita yang usia nya tidak muda lagi. Beliau adalah nenek nya, nenek kesayangan nya. "Nenek apa kabar? sehat kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE TRACKS
Teen Fiction(Lintasan biru) "Apa jadi Atlet Renang itu sesuatu yang ga bisa dibanggain?" *** "Lantas lo mau apa?" kesal Haidar pada gadis di depan nya ini. "Besok lo harus tembak gue di rooftop sekolah." Gadis gila. *** Ini hanya kisah seorang atlet renang y...
11. Pilihan
Mulai dari awal