Geumran memeriksa keadaan sekitar dengan waspada, dia mendadak tidak sabar. Wajahnya memerah. Dia tidak melepaskan genggaman tangannya pada Yerim, justru mencengkram dengan kuat. Dari sisi manapun dilihat, dia sedang emosi. Padahal menurut Yerim tidak ada yang perlu membuatnya begitu.
"Aku memintamu untuk diam tapi kau justru terus bicara yang tidak-tidak. Kenapa? Apa yang mau kau tanyakan?"
Yerim menatap keheranan. "Apa aku perlu mengulang pertanyaanku?"
"Ish!" Geumran menghempas tangan Yerim. "Kenapa? Apa yang kau mau tahu?"
"Aku hanya ingin tahu kau masih perawan atau tidak. Jawabanmu akan jadi pertimbanganku untuk pertanyaan selanjutnya."
Geumran berkacak pinggang. "Kenapa? Apa Bomin mengajakmu melakukan itu? Atau jangan-jangan kau sudah tidur dengannya?"
Yerim menggeleng. "Tenang, aku tidak semudah itu."
"Oh, ya Tuhan." Kaki Geumran lemas, dia berjongkok untuk mengistirahat kaki-kakinya yang tegang. Seluruh tubuhnya terasa lebih ringan. Rupanya dia memikirkan itu sejak tadi. Butuh beberapa saat baginya untuk kembali berdiri. Dan ketika dia melakukan itu, dia langsung meraih kedua tangan Yerim dan menggenggamnya dengan sepenuh hati. "Aku lega. Kukira kau bertanya begitu karena Bomin sudah melakukan sesuatu padamu."
"Aku memang berencana melakukannya."
"Kim Yerim!" Tangan gadis itu dihempas lagi. "Jangan gila! Bukankah sudah aku peringatkan. Kau boleh berkencan dengan pria manapun, tapi bukan mereka. Mereka itu busuk, jelek, zero, nol besar. Tidak, tidak boleh. Sampai kapanpun tidak boleh. Kau tidak boleh percaya dengan kata-kata cinta dan tipu daya mereka. Kau dengar aku, ya? Jangan pernah!
Yerim menghela napas, dalam hati dia setuju. Geumran pasti akan melarangnya. Dia juga sudah tahu kalau dia akan menggunakan seribu alasan untuk menahan keinginan gila itu. Namun dia juga tahu darimana asalnya pengetahuan kawannya itu. "Aku sudah tahu, Geumran-a."
"Tahu apa?"
"Tentang masa lalumu dan mereka. Kau bukan sekedar teman sekolah, kan?"
Geumran seketika pucat.
"Aku juga tahu tentang Baron."
Kengerian tercipta di wajah gadis itu, matanya terbelalak. Mereka seperti lupa dengan fungsinya, terbuka lebar menatap Yerim tak percaya. Bola mata itu bergetar, sama seperti bibir yang sedang berjuang keras untuk bicara. Namun tidak ada yang berhasil. Satu-satunya yang keluar hanya air mata, perlahan-lahan memenuhi wajah gadis itu.
"B-bagaimana k-kau tahu--?"
Yerim menarik Geumran ke dalam pelukannya. Dekapan itu erat, pelan-pelan dia mengusap punggung sang kawan. Tangisan pecah di sana. Suara raungan tenggelam dalam pelukan, hanya dia yang bisa mendengar itu. Hatinya terasa sakit, air mata turun bagai bilah pisau yang mengiris. Bisa dia mengerti, mengapa mereka terus keluar bahkan setelah semua ini.
Masih terisak, di dalam pelukan, Geumran terbata-bata hanya untuk menjelaskan. "Yerim-a, kau tidak mengerti."
"Aku tahu. Tidak apa-apa. Rahasiamu aman bersamaku. Maaf karena mengungkitnya. Apa kau mau bercerita? Aku akan dengarkan."
Cerita panjang yang menguras air mata dimulai, Geumran tidak bisa menghentikan air matanya saat bercerita. Tidak ia duga sebelumnya, seseorang akan menemukan masa lalu itu. Sudah lama sekali ia dikejar-kejar rasa takut, dan baru sebentar rasanya dia bangkit dari keterpurukan.
Yerim di sisi lain menjadi pendengar yang baik. Dia merasa bisa memahami perasaan sang kawan, sedikit banyak mereka punya pengalaman serupa. Disakiti oleh orang yang dipercaya itu memang menyakitkan, dan wajar apabila sikap Geumran terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-
Fanfiction🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 HOTTER, BADDER, BRAVER Kim Yerim bersama kawan-kawan barunya memutuskan untuk membalas dendam pada orang-orang jahat di masa lalu. Namun, akankah semua berjalan sesuai rencana? .Kim Yerim (OC) .Lee Heeseung (ENHY...
Chapter Six: Unforgiven Girls - 1
Mulai dari awal