"Bohong atau engga, percaya atau engga, gue ga berhak ngasih tahu alasan apa dibalik semua itu." Rafa membungkam tuntas obrolannya dengan Gavin. Dia tidak ingin melibatkan Gavin di dalam masalah ini dan berakhir merepotkan sahabatnya itu setiap saat.
"Masalah Ghata biar gue yang atasi."
"Lo ga bisa nyembunyiin masalah lo sendiri." Gavin menatapnya sekilas. Dia kembali menatap ke arah depan dengan dua tangan yang melipat tenang di depan dada. "Sekalipun lo ga mau ngasih tahu alasan dan masalah apa yang lo sembunyikan dari gue, gue bisa tahu dalam waktu dekat tanpa lo sangka."
Rafa terkekeh cepat. Senyumnya tertarik begitu saja setelah mendengar ucapan Gavin barusan. "Lo sampai tahu, lo hebat."
"Tunggu lima jam kedepan." Gavin tersenyum penuh arti.
"Kita lihat seberapa hebat kemampuan lo." Rafa menjawabnya singkat.
🦋
086XXXX
"Masih mengingat suara saudara kembarmu?"
"Aku berada di sekelilingmu, Rafa."
"Wanitamu cantik."
"Mari bermain bersama."
Rafa membaca singkat deretan pesan itu dengan tangan yang terkepal kuat. Dia lekas menutup kembali ponselnya dan menyisakan warna gelap yang kentara. Cowok itu menatap kosong ke arah depan seolah tengah memikirkan sebuah cara untuk bisa menyelesaikan semua ini. Tidak mungkin jika dia harus merepotkan Arzi kembali.
"Kak!"
Atensi Rafa teralihkan. Dia menatap ke arah samping dimana Ghata datang bersama dengan Ghio. Cowok itu lekas memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Duduk di kursi panjang taman dibawah naungan pohon besar rindang, posisi badan Rafa perlahan menggeser dan menyisakan ruang untuk mereka berdua duduk.
"Lo kenapa ga pulang?"
Rafa menatapnya sekilas. Dia sudah memprediksi akan satu pertanyaan itu yang mengharuskannya untuk segera menjawab.
"Kak Rafa ga mau ketemu lo kali." Suara Ghio ikut berbaur menjawab pertanyaan Ghata yang belum mendapatkan jawaban. Cowok itu mendengkus kesal karena berakhir menjadi bahan geplakan Ghata yang tidak main-main.
"Sakit bego!"
Rafa menggelengkan kepalanya kecil ketika melihat akan hal itu. "Gue tinggal di rumah Kakek."
Ghata menatapnya cepat. Dua matanya menatap lekat tatapan elang di depannya seolah mengatakan jika itu adalah kebohongan.
"Maksud lo?" Kening Ghata mengerut.
"Gue tinggal di rumah Kakek." Rafa kembali memperjelas ucapannya. Tubuhnya lekas bangkit dan berdiri membelakangi kedua remaja Laki-laki di belakangnya itu. "Gue ga bakalan pulang ke rumah itu lagi." Kepala Rafa berbalik. Dia menatap keduanya bergantian dan menatap Ghata dengan tatapan yang penuh arti. "Baik-baik di rumah selama gue ga ada."
"Lo ga mau pulang ke rumah?" Nada suara Ghata terdengar sedikit menyentak. "Kasih gue alasan kenapa lo berani ninggalin rumah. Lo mau buat Mama sama Papa kecewa?"
YOU ARE READING
Al-Birru (DIROMBAK)
Teen Fiction📌 GA FOLLOW GA ELIT 📌 "Kembali pulang jika lelahmu sudah usai." Rafa masih ingat jika ia terlahir bersama. Rafa juga masih ingat akan penyebab berubahnya sikap sang Papa terhadap dirinya. Umur tujuh belas tahun dimana semuanya berubah dengan begit...
BAB 19 || SEKELILINGMU ADALAH AKU
Start from the beginning