"Tidak." Jawab Sasuke seraya melanjutkan jalannya menuju parkiran.

Tidak berhenti membujuk, pria berambut kuning itu berjalan mengikuti Sasuke. "Ayolah, Teme. Shikamaru dan yang lainnya sudah menunggu disana. Kita harus merayakan kemenangan Tim basket kita."

"Sudah kubilang, aku tidak akan ikut, Dobe." Tegas Sasuke.

Pria yang dipanggil Dobe oleh Sasuke itu mencibir, "Baiklah, kalau begitu siap-siap saja aku akan membeberkan kebenaran tentang kau yang—"

Sontak saja Sasuke menghentikkan langkahnya dan langsung membekap mulut pria kuning itu dengan geram, "Baiklah... Baiklah... Aku akan ikut."

Kekehan karena berhasil membujuk Sasuke tak mampu disembunyikan oleh pria kuning itu. "Yosh! Aku akan nebeng mobilmu, Teme. Dan jangan lupa traktir aku nanti."

Sasuke mendelik tajam. Kini dia tahu tujuan sebenarnya si kuning ini memaksanya ikut.

.

.

.

.

.

Begitu sampai di restoran YakiniQ yang menjadi langganan mereka, Sasuke disambut oleh teman-teman yang berada satu tim basket dengannya. Mereka telah mengambil tempatnya masing-masing, menyisakan dua tempat untuk Sasuke dan si Kuning.

"Hey, kalian ini lama sekali, Sasuke, Naruto. Aku kan sudah tak sabar ingin makan." Sahut seorang pria bertubuh gempal bernama Chouji. Dia adalah yang paling doyan makan, tapi jangan salah, restoran YakiniQ ini juga sebenarnya adalah milik orang tuanya.

Naruto, pria yang sejak tadi menemani Sasuke itu mengambil tempat duduk disamping Neji, pria berambut panjang yang cukup pendiam namun sangat tegas. "Kau harusnya diet untuk menurunkan berat badanmu, Chouji. Jika berat badanmu terus bertambah, kau akan kesulitan untuk berlari saat dilapangan nanti."

"Justru karena aku sering berlari mengejar bola dilapangan, aku jadi memerlukan banyak asupan untuk memulihkan energiku yang hilang." Chouji berucap dengan tangan yang mulai bergerak lihai memanggang daging-daging segar.

"Hey, apa kalian tahu?" Pria bertato segitiga di pipinya membuka percakapan baru.

"Bagaimana aku tahu jika kau tidak memberitahuku, Kiba." Sahut Naruto.

Kiba mendengus sebal, "Rumor yang beredar di kampus."

"Ouh, soal Sasuke yang Homo dengan Naruto, ya?" Pria dengan kulit pucat dengan rambut klimis yang duduk di samping Sasuke itu menyaut dengan tenang. Delikan tajam dari Sasuke dan Naruto pun hanya ia balas dengan senyum tanpa dosa.

Naruto menggeram marah, "Hey, aku tidak homo, Sai. Aku masih menyukai wanita seksi." Terang Naruto.

"Tapi faktanya memang begitu, bodoh. Semua orang di kampus menyimpulkan jika kau dan Sasuke adalah Homo." Timpal Kiba lagi.

"Cih, mereka semua bodoh. Bisa-bisanya menyimpulkan hal yang sangat mustahil." Gerutu Naruto tak terima.

Pria nanas yang sejak tadi nampak menenggelamkan wajahnya pun kini mulai mendongak. Mata sayunya menatap Naruto, "Wajar saja mereka menyimpulkan seperti itu. Aku pun jika tidak tahu kebenarannya pasti akan menyimpulkan hal serupa dengan mereka. Kau pikir saja sendiri, Pria normal mana yang kemana-mana bersama seorang pria, terlebih pria nya terus itu-itu saja."

Kesal namun terdengar masuk akal, Naruto pun bungkam dengan bibir yang dipoutkan.

"Hey, hentikan bibirmu itu. Menjijikan sekali, tahu." Seru Kiba seraya mendorong-dorong bibir Naruto dengan sumpit yang tengah dipegangnya.

Universe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang