"Tuh 'kan gue bilang juga apa, dia psikopat," ucap Hani.

"Nggak, dia tuh pasti lagi nyamar buat nangkep yang aslinya," balas Marko tak mau kalah.

Hani berdecak. "Percaya sama gue."

"Nggak, feeling lo tuh selalu salah soalnya."

"Enak ajaa, bukannya lo yang sering meleset?"

"Nyenyenyee."

"Tuh 'kan ngeyel. Gue gelitikin nih."

Hani tertawa seraya berusaha menghindari serangan Marko. "Iya, iya ampun. Hahah Mark! Stop it!" Marko pun kembali duduk tegak di posisinya yang semula.

Sea yang berusaha untuk fokus menonton series pun akhirnya gagal, ia melirik Marko dan Hani sekilas. Sepertinya kehadiran dirinya ada di waktu yang tidak tepat. Sea pun perlahan meregangkan tubuhnya, ia menguap dan bersikap pura-pura mengantuk.

"Gue masuk duluan ya. Udah ngantuk banget."

Perkataan Sea sontak mengalihkan perhatian Marko dan Hani yang semula tak mengacuhkannya.

"Oh, oke. Have a good rest Se ...." ucap Marko menatap Sea, sejenak Sea juga terdiam hanya memandang Marko. Sinar matanya, sikapnya, ekspresinya, dia bukan Marko yang Sea kenal selama ini.

Sea pun mengangguk samar lalu beranjak berdiri.

"Good night, Sea."

Tatapan Sea beralih pada Hani, ia tersenyum tipis dan segera pergi menuju kamarnya. Begitu berbaring di ranjang, Sea mengubur wajahnya di bantal dengan posisi telungkup. Ia berusaha mengubur semua rasa tak nyaman yang muncul di benaknya.

***

"Udah lama banget ya Se, mamah nggak ke sini."

Saat pagi menuju siang, Sea dikejutkan dengan kabar kedatangan Mamah mertuanya. Untungnya saat itu Hani tidak berada di rumah, karena ia sedang pergi berbelanja kebutuhan rumah dengan Marko. Begitu Mega datang Sea pun buru-buru mengabari Marko agar tidak pulang lebih dulu sampai Mega meninggalkan rumah.

"Hehe iyaa, Mamah abis dari mana?" Sea membuntuti Mega yang pergi menuju dapur untuk menaruh buah-buahan yang ia bawa.

"Abis dari pasar, terus tadi mamah liat ada banyak buah-buahan segar, akhirnya beli deh keinget kamu yang suka bikin juice." Mega menaruh buah-buahan itu di keranjang plastik untuk dicucinya lebih dulu.

"Sea aja Mah." Sea dengan sigap mengambil alih.

"Marko kemana?" Mega celingak-celinguk.

"Lagi belanja ke supermarket Mah, belanja bahan makanan."

"Ooh ... syukurlah, semenjak nikah sama kamu dia banyak berubah loh. Dulu tuh apa-apa maunya selaluuu disiapin sama Bi Darmi. Manja banget," cibir Mega berhasil membuat Sea tertawa.

"Kamu gimana kabarnya Se? Sehat-sehat aja 'kan?"

"Sehat Mah ... Mamah sendiri gimana?"

"Sehat. Paling cuma pegel sedikit aja karena bolak-balik Singapur."

"Oh iya, gimana kondisi Eyang Teja, Mah?"

"Sudah baikan, dokternya bilang lusa udah boleh pulang."

"Wah ... syukur deh kalo gitu. Sea minta maaf ya mah belum bisa nengok ke sana, dan nemenin Mamah jagain Eyang."

Mega lantas mengelus lengan Sea. "Loh, nggak apa-apa Se ... Mamah juga ngerti di sini kamu dan Marko sibuk kerja, apalagi semenjak Marko sudah jadi CEO. Pasti anak itu makin berkurang waktunya buat kamu."

My Stranger Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang