Dominic menyugar rambutnya dengan frustrasi. Pilihan yang benar-benar sulit. Mungkin ia bisa memilih pilihan kedua dengan catatan mewanti-wanti Isabella dengan ancaman. Masalahnya Dominic tidak yakin gadis pembakang itu akan ketir dan menurut. Namun sepertinya Dominic tak punya pilihan lain.

***

Hari ini Sabtu. Isabella tak perlu memasak untuk keluarga Dominic. Jadi pagi yang cerah ini ia gunakan untuk membersihkan kebun bunga, yang dibantu oleh Setyo dan Damar. Lalu membersihkan seluruh rumah.

Menjelang pukul sembilan, Isabella sarapan bersama Setyo dan Damar di ruang makan. Saat itulah terdengar suara pintu depan dibuka dan derap langkah kaki yang kian mendekat. Isabella menebak, yang datang adalah Dominic. Selain Setyo dan Damar, hanya pria itu yang memiliki akses rumah ini.

Obrolan yang sedang berlangsung di ruang makan pun terhenti. Ketiganya sontak memandang ke sosok yang baru muncul itu.

Ada getar halus menyapa dada Isabella. Pagi ini Dominic terlihat sangat tampan dan gagah dengan pakaian santainya yang berupa celana jins panjang berwarna biru pudar dan kaus oblong. Rambut pria itu tampak sedikit acak-acakan. Mungkin disebabkan oleh angin, atau pun Dominic beberapa kali mengacak rambutnya.

Jika penyebabnya adalah yang kedua, itu artinya Dominic sedang frustrasi. Karena apa? Apa dia memikirkan berliannya?

Raut santai Dominic seketika berubah. Bukan hanya itu, kedua tangannya mengepal, membuat buku-buku jarinya memutih.

Wajah tak suka yang Dominic tunjukkan membuat Setyo dan Damar sontak berdiri.

Isabella mengerut kening samar. Apa yang membuat suasana hati Dominic tiba-tiba berubah?

"Pagi, Pak Dominic," sapa Setyo dan Damar nyaris bersamaan.

Dominic sama sekali tidak membalas. Tatapannya fokus pada Isabella.

Merasakan tatapan tajam sang penawan yang terhunus padanya, Isabella menjadi canggung. Mengapa Dominic menatapnya demikian? Apa ia berbuat salah? Atau pria itu berubah pikiran dan berniat menjualnya kepada pria hidung belang?

Rasa cemas seketika menyelimuti Isabella. Tanpa sadar ia menggigit bibir dan melihat Dominic menyipitkan mata melihat ke arah bibirnya.

Suasana sangat hening. Tidak terdengar suara apa pun dari Setyo dan Damar. Isabella curiga kedua pengawal itu bahkan lupa untuk bernapas. Apa Dominic sangat kejam sehingga keduanya sangat takut?

"Tinggalkan kami."

Suara Dominic datar, tapi entah mengapa nada memerintah begitu kental di sana. Isabella melirik Setyo dan Damar yang langsung meninggalkan ruang makan.

Isabella mengalihkan tatapannya pada Dominic dan bertanya dengan tak sabar. "Ada apa, Dominic? Kau berubah pikiran?"

Dominic yang masih berdiri sekitar tiga meter jauhnya dari Isabella, hanya menatap gadis itu tanpa kata.

Hal itu membuat Isabella kian tak tenang. "Kau berniat ingkar janji, Dominic?" Napas Isabella perlahan mulai memberat. "Aku tak percaya kau lelaki pengecut! Kau berjanji tak akan menjualku ke pria hidung belang asalkan aku menuruti semua keinginanmu!" nada suara Isabella meninggi, perpaduan antara takut, panik, dan marah.

Dominic melangkah maju dan kini, memperpendek jarak yang terbentang di antara keduanya. Pria itu membungkuk dengan kedua tangan bertopang di meja, membuat wajah mereka menjadi sangat dekat.

"Apa aku ada bilang begitu?" Dominic menatap Isabella lekat-lekat.

Dari dekat, Isabella bisa melihat mata tajam Dominic yang sangat gelap. Ia juga bisa mencium aroma maskulin pria itu. Anehnya jantung Isabella jadi berdegup lebih kencang.
"Ja-jadi apa?"

Dominic menyeringai dan menarik diri menjauh.

Isabella memandang Dominic yang setia menatapnya lekat-lekat.

Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan dan Dominic masih juga tidak membuka mulut, Isabella tak tahan lagi. "Apa?" kejarnya.

"Ibuku ingin bertemu denganmu."

Jawaban Dominic sangat tak terduga. Isabella melongo. Apa yang Dominic katakan?

Butuh waktu untuk Isabella memahami perkataan Dominic. Setelah mengerti, Isabella mengerut kening dan memandang Dominic dengan cermat. Apa pria itu sedang mabuk hingga berbicara mengawur? Namun Isabella tidak mencium adanya aroma alkhohol. "Ibumu?"

Dominic hanya menatap Isabella tanpa kata.

"Kenapa ibumu ingin bertemu denganku?" tanya Isabella bingung.

Raut wajah Dominic perlahan berubah menjadi kesal. "Karena dia berpikir kau calon menantunya!"

"Aku? Calon menantunya?" Isabella menunjuk ke wajah sendiri dengan telunjuk. Keningnya berkerut kian dalam. Apa yang membuat ibu Dominic berpikir bahwa Isabella adalah calon menantunya? Isabella yakin ia tak pernah bertemu ibu Dominic, sama yakinnya dengan ia tak kenal Dominic sampai-sampai menjalin hubungan istimewa dengan pria itu yang membuatnya berada di posisi sebagai calon menantu ibu Dominic.

Apa ini ada hubungannya dengan amnesia lakunarnya? Apa semua tentang Dominic terhapus dari ingatannya?

Tanpa sadar Isabella meremas jari-jemarinya dengan gelisah. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Ia tak yakin harus bertindak bagaimana? Menyangkal atau bertanya lebih banyak lagi pada Dominic hanya akan menimbulkan perdebatan yang lebih panjang, yang tentunya sangat menguras emosi. Dominic bisa saja semakin kesal.

Isabella lelah. Belum lagi dengan ketidakpastian kondisi ingatannya. Benarkah ingatannya tentang Dominic semuanya hilang karena kecelakaan waktu itu? Atau Dominic salah mengidentifikasi orang? Entah bagaimana wajah katerine sangat mirip dengannya?

"Baiklah. Kapan?" Isabella akhirnya bersuara.

Dominic diam-diam menghela napas lega. "Siang ini."

"Oke," Isabella mengangguk.

"Bagus!" Dominic berdecak puas. "Aku akan menjemputmu pukul sebelas." Ia kembali berjalan mendekati Isabella. Kali ini kedua tangannya tidak bertopang di meja, melainkan tangan kanannya menyentuh dagu gadis itu. "Tapi ingat, Isabella, jangan coba-coba melarikan diri."

Suara Dominic datar tapi membuat Isabella bergidik ngeri.

***

PART 17-36 SUDAH TERSEDIA DI KARYA KARSA!

bersambung ....

jangan lupa love dan komen ya teman2

makasih

700 votes, 70 komen, langsung update next part

Instagram/youtube: evathink

Ebook tamat novel2 Evathink tersedia di GOOGLE PLAY BUKU & KARYA KARSA

untuk VERSI PDF, bisa order pada EVATHINK: WA 08125517788




Over PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang