Matanya terus mengikuti pergerakan si cantik. Melihat bagaimana sosok itu bercanda dengan teman-temannya, melihat dia sesekali terkekeh pelan.

Dia. Lee Heeseung.

Pria yang membuat Jake pusing tujuh keliling. Membuatnya jatuh sedalam-dalamnya.

Pertama kali Jake melihat Heeseung, si Lee sudah terlihat sangat memesona.

Membuat Jake terus menerus mengambil kesempatan untuk melirik si cantik. Mengagumi parasnya yang terlalu indah untuk menjadi nyata.

Mata bulat yang berbinar indah, seolah menyimpan ribuan bintang di baliknya. Menjebak Jake untuk terpukau.

Bibir mungil yang melengkung indah menampilkan senyum termanis yang membuat Jake rasanya mabuk.

Tubuh ramping yang mengundang untuk dipeluk, direngkuh ke dalam dekapan hangat.

Semua.

Semua bagian dari Heeseung itu terlalu indah.

Melihat Heeseung dari kejauhan, kecantikannya, pesonanya, keindahannya -- ah, menyiksa.

Jake sudah terlalu mendamba. Memimpikan Heeseung berada di pelukannya, menjadi miliknya.

Ketika sang jelita berada di dekatnya, Jake bisa merasa nafasnya sesak. Mati-matian menahan diri untuk tidak menarik Heeseung ke arahnya -- untuk menjadi milik Jake seorang.

Jantungnya berdebar begitu cepat, seolah memompa terlalu banyak darah ke seluruh bagian tubuhnya. Membuat Jake terengah, merinding.

Jake ingin Heeseung hanya untuk dirinya.


BITE ME

Gawat.

Sunghoon menemukan kumpulan surat dari J yang tersimpan rapi di laci mejanya.

Heeseung tadi meminta Sunghoon mencarikan kertas yang dibutuhkan -- lupa kalau surat-surat cinta berada di tempat yang sama.

Sunghoon marah. Membentak dan menuduh Heeseung berselingkuh.

"Aku cuma gak tega, Hoon. Bukan berarti aku bales perasaan dia -- enggak! Aku bahkan gatau dia siapa" Suara Heeseung melirih, tak berani menatap kekasihnya yang tampak terluka.

Sunghoon memandangi surat-surat itu sekali lagi, berdecih ketika membaca untaian kalimat cinta di sana.

"Gak bisa gitu, Heeseung. Kamu harus tegas nolak dia"

Kedua pasang mata itu bertatapan, "Kalau kamu simpen surat sama barang dari dia, sama aja ngasih harapan"

Si manis mengangguk lesu. Dia paham betul maksud Sunghoon. Hanya saja, J sudah terlalu lama terlibat dalam hidupnya.


BITE ME

Heeseung membaca setiap kalimat yang dia tulis. Memastikan bahwa setiap katanya tak menyakiti sang penerima surat.

Halo, J.

Aku baca semua suratmu. Aku juga terima hadiahmu, terimakasih ya.

Terimakasih juga sudah menyukaiku, walaupun aku bahkan tidak tau kamu siapa hehehe.
Tapi mungkin kamu belum tau, aku sudah punya pacar.

Jadi maaf, tentu aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku harap kamu mengerti.

— Heeseung.

Setelah menarik nafas panjang, Heeseung meletakkan surat itu di atas meja. Ia berharap esok pagi J akan melihatnya.

Heeseung tak menyadari kalau ada lelaki yang mengamati dari kejauhan, dengan terburu-buru mendatangi meja yang ditinggalkan oleh pujaan hatinya.

Nafasnya tersendat ketika kalimat penolakan dibaca. Heeseung membuat kata-katanya sehalus yang dia bisa.

Tapi penolakan mana yang tidak menyakitkan?

BITE ME


Heeseung tersentak. Tubuhnya segera terduduk di atas kasur asing itu.

Mata bulatnya memeriksa seluruh ruangan dengan panik, ini bukan kamarnya.

Ketika pintu terbuka, Heeseung langsung terperanjat dan memeluk lututnya sendiri di sudut kasur.

"Siapa -- who the fuck are you?!" Heeseung berteriak ketika lelaki itu duduk di sebelahnya.

"Calm down, cantik"

Lelaki itu mengeluarkan selembar kertas, meletakkannya di hadapan Heeseung.

Heeseung membaca baris pertama dan nafasnya langsung tercekat. Itu adalah surat penolakan yang dia berikan pada J.

"J?" Panggilnya pelan dan ragu-ragu. Air mata sudah siap menetes.

Si tampan mengangguk dan tersenyum, "Jake, sayang"

Tangan Jake bergerak menuju leher Heeseung, membuat lelaki manis itu tersentak mengantisipasi.

Rupanya Jake menyentuh kalung dengan liontin berbentuk hati tak utuh yang masih terpasang cantik di leher Heeseung.

Tangannya yang lain bergerak meraih sesuatu di kantong. Mengeluarkan kalung yang mirip dengan milik Heeseung.

Oh, rupanya liontin mereka melengkapi satu sama lain.

Heeseung masih tenggelam dalam pikirannya ketika Jake memajukan tubuhnya, sebuah lengan melingkari pinggang ramping sang terkasih.

Heeseung belum sempat berucap apa-apa ketika Jake menyatukan bibir mereka, mengecupnya lembut.

Nafas si Lee langsung terengah, marah dengan tindakan tak tau diri itu. Dada Jake didorong keras sampai menjauhi dirinya.

Heeseung mengusap pipinya yang dibasahi air mata dengan kasar, "Aku mau pulang! Aku -- hiks aku mau pulang, please"

Jake menggeleng. Memeluk Heeseung erat tanda tak ingin melepasnya.

"Aku sudah terlalu lama membayangkan kamu menjadi milikku. Berada di pelukanku -- bukankah pinggangmu sangat cocok untuk kurengkuh?" Jake berbisik di telinga Heeseung.

"Heeseung aku sudah merindukan ini sangat lama. Please kiss me, bite me, make me yours -- and you'll be mine"

Heeseung memukul dan mendorong tubuh Jake, "Aku sudah punya Sunghoon, dasar gila!"

Jake tak memberi jawab. Membiarkan kesayangannya menangis sampai lelah.

Dia berhasil mendapatkan Heeseung. Dan Jake tidak akan pernah melepaskannya.

Jake sudah menyerahkan hatinya pada Heeseung. Jatuh sedalam-dalamnya pada pesona sang jelita.

Jake tak peduli kalau penolakan Heeseung membuatnya terikat, tersiksa, sakit. Selama itu bersama Heeseung, Jake mau.

Heeseung bagaikan cahaya di tengah kelamnya kehidupan. Menciptakan beribu warna indah di hidup Jake.

Heeseung menyelamatkannya dari dunia yang kian hancur. Menjaga Jake tetap _hidup.

Heeseung. Hanya Heeseung.

Takdirnya adalah bersama Heeseung. Dan Jake tidak mau tau -- Jake juga harus menjadi akhir cerita cinta Heeseung.

Jake akan membuat Heeseung sama cintanya, sama sayangnya, sama gilanya.

Tidak peduli Sunghoon -- cintanya Heeseung. Tidak peduli siapapun.

Hanya ada Jake dan Heeseung.



END

[9th] Dark Blood Songfic || JAKESEUNG || Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang