Bab XLV

41.5K 2.4K 66
                                    

Keluarga kita pasti kumpul lagi, gue janji

...

Sudah hampir malam namun ayah belum juga pulang, Qila berulang kali melihat jam di kamarnya, ia lalu menghela napas dan segera bangkit dari posisi tidur. Sudah tiga hari ini kepalanya sakit seperti diperas secara paksa. Selain itu, tubuhnya pun sering terasa ngilu sampai tak bisa beraktivitas seperti biasanya.

Saat sampai di depan kamar Daniel, kepala Qila sedikit melongok ke dalam karena pintu terbuka sedikit, wangi citrus menguar lembut menyamarkan gaya serampangan Daniel yang bertolak belakang dengan kepribadiannya. Sejak mendengar info mengenai Dirga yang ditahan atas tuduhan pembunuhan berencana Daniel berubah. Ia tak lagi cerewet dan bertingkah menyebalkan. Rupanya abang keduanya itu diam-diam menghkawatirkan Dirga lebih besar dari yang Qila pikirkan.

Padahal Daniel dan Dirga seperti tikus dan kucing kalau sedang berdekatan. Jangan tanya siapa yang menjadi tikus dimata Qila, tentu saja Daniel!

"Niel?"

"Daniel?"

Tak ada sahutan dari pemilik kamar meskipun begitu samar Qila dengar terdapat suara musik mengalun dari dalam. "Aku masuk ya?"

Ah, sedang merokok di balkon kamar rupanya.

"Lagi galau ya? Putus dari Kak Rena?" Daniel tersentak kaget sampai langsung membuang rokok ke sembarang arah.

"Ngagetin aja untung jantung gue sehat." Tangannya mengibas-ngibas udara agar asap yang terkumpul hilang, Daniel takut Qila merasa sesak. "Kenapa kesini?"

"Dih sok lembut banget nada suaranya."

"Gue pites ya lo!" Qila tertawa setelah berhasil memancing Daniel untuk misuh. "Nah kalau gini baru Daniel, gak cocok muka kamu sedih gitu, mikirin apa sih?"

"Putus dari Kak Rena?" Qila mengulang pertanyaan sebelumnya yang tidak Daniel jawab.

"MONCONGNYA SEMBARANGAN!?" pekik Daniel melotot.

"Lagian tumben banget sih ngegalau gini." Qila mendekat dan turut menyandarkan kedua tangannya di pembatas balkon. "Hmmm adem."

Daniel melirik kaos tipis yang Qila kenakan. "Kenapa gak pake jaket? Ini udara dingin adem dari mananya sih?!"

Meskipun bibirnya menggerutu namun Daniel tetap melepas kemejanya dan disampirkan pada bahu Qila. "Kalau masuk angin gimana."

Bibir Qila tak berhenti tersenyum, ia bersyukur Daniel begitu memperhatikan dirinya melebihi apapun. "Kan ada kamu, apa gunanya abang kalau gak bisa disusahin."

"Motto hidup lo gak bener!" Daniel menjitak kepala Qila.

"Beneran berantem sama Kak Rena?" Qila masih penasaran. "Gara-gara kamu terlalu sibuk ngurusin aku ya?"

"Ngaco! Rena mana mungkin mikir gitu." Daniel membenarkan letak kemejanya dan kembali menjitak kepala Qila. "Yang ada gue kena damprat kalau main sama dia, terus diomelin 'Daniel lo harusnya perhatiin adek lo lah bla bla bla' sampe pening kepala gue kalau dia udah nyerocos kaya petasan gangsing."

Qila terbahak melihat Daniel yang begitu lancar menirukan perangai Rena. "Aku aduin Kak Rena mampus kamu."

Bukannya takut, Daniel justru memasang wajah mengejek, "Bilangin aja sono."

"Dingin gini kok pada diluar." Suara yang tak kalah dingin datang mengintrupsi pembicaraan mereka berdua.

"Gimana gak dingin, kulkas sih yang dateng," ejek Daniel pada Saka yang memutar bola matanya, kedua tangannya menggengam sebuah selimut karakter keropi.

Paradise (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang