Rasanya seperti masih bermimpi. Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat setelah bertemu Shesa. Ia jadi memiliki alasan untuk terus bekerja dan pulang. Apalagi sekarang ada dua anak laki-laki yang menjadi penyemangatnya. Terasa semakin bahagia dan lengkap.
Yudistira ingin diberi hidup yang lebih lama. Ingin melihat perkembangan putra-putranya, ingin merasakan momen mengantarkan buah hatinya itu masuk sekolah. Berpikir seperti ini membuatnya sedih. Huft... Bagaimana jika nanti belum sempat merasakan itu semua, dirinya sudah harus meninggalkan keluarga kecil ini?
Meninggalkan Kama, meninggalkan Kemal dan yang paling berat adalah meninggalkan Shesa. Apakah nanti wanitanya itu akan mencari laki-laki baru untuk dicintai?
Bunyi pintu terbuka membuat pikiran Yudis buyar begitu saja. Dilihatnya Shesa keluar dari kamar mandi sambil mengenakan daster merah muda yang tampak pas di badan wanitanya itu.
Yudis melemparkan senyumnya, dibalas dengan cara yang sama oleh sang istri.
"Mandi gih, mas. Gantian aku yang jaga anak-anak."
Laki-laki itu mengangguk. Sambil bangkit dari tidurnya, Yudistira melangkah. Namun tak langsung menuju kamar mandi melainkan menghampiri wanitanya terlebih dahulu.
"Sayang, mas mau ngomong serius."
"Ngomong apa, mas ganteng?"
"Mas baru kepikiran. Kan mas udah tua. Emm... Kalo nanti mas udah ga ada, sayang bakal nikah lagi ya?" Dengan takut Yudistira bertanya. Sebenarnya lebih takut akan jawaban yang dilontarkan Shesa untuknya.
Raut terkejut ditampilkan Shesa. Tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti ini dari suaminya. Perempuan itu saling tatap beberapa detik dengan sang suami sebelum akhirnya menjawab.
"Mas Yudis ini ngomong apa sih. Masa nanya kayak gitu."
"Ah, sayang, tinggal jawab aja." kata Yudistira sambil mengerucutkan bibirnya.
"Aku ga ada pikiran ke sana, mas. Kalaupun nanti kita pisah, kayaknya aku ga akan nikah lagi. Mungkin lebih fokus ngurus anak-anak dan ngurus diri sendiri." jawab Shesa penuh keyakinan. Menurutnya menikah hanya sekali dilakukan. Meskipun nanti ada kenyataan pahit saling meninggalkan, ia berjanji tidak akan ada sosok yang bisa menggantikan suaminya itu.
Yudistira memasang wajah terharu nya. Laki-laki itu memeluk sang istri.
"Makasih banyak ya, sayang."
"Iya, mass." Shesa menepuk-nepuk punggung pria nya itu.
"Kamu ga mau nikah lagi apa karena ga ada cowo lain yang kontolnya segede punya mas?"
Seketika Shesa mendorong suaminya itu. Matanya melotot dengan kedua tangan di pinggang. Persis seperti ibu-ibu yang tengah memarahi anaknya karena berbuat nakal.
"Mandi aja sana!" serunya sambil semakin melotot dengan telunjuk menunjuk kamar mandi.
Yudistira yang ketakutan, ngacir ke kamar mandi dengan kecepatan kilat.
• • •
"Papa punya baju baru nihh buat adek."
Lagi-lagi, keramaian dibawa oleh Yudis. Kali ini laki-laki itu baru pulang kerja. Sambil membawa tas kerjanya dan satu kantung terbuat dari kertas di tangan kanan. Hendak membawanya ke tempat tidur, tempat buah hatinya dibaringkan.
"Bersih-bersih dulu, mas." peringat Shesa.
Yudistira mengangguk. Sebelum lanjut memberikan hadiah untuk putranya, kaki pria itu berganti haluan menjadi lurus ke kamar mandi. Membersihkan diri dan berganti baju di sana. Hingga saat keluar sudah tercium wangi segar juga tubuh bersih dari kuman yang mungkin terbawa.
Dengan langkah cepatnya, laki-laki itu menuju kasur. Membawa barang yang sempat ia tinggalkan. Yudistira mengeluarkan sesuatu dari kantung kertas itu. Dibentangkannya kaos mungil untuk si adek yang masih baru.
"Taraaaa~~ baju baruu." Yudis menggoyang-goyangkannya di atas sang putra sehingga Kemal bisa melihatnya.
Anak kecil itu tertawa lebar.
"Adek uga punya ya. Sama don." (Adek juga punya ya. Sama dong). Kata Kama yang tampak bersemangat melihat baju untuk adiknya itu sama dengan miliknya dan papa. Bahkan sama dengan mama juga.
"Iya dong! Kan kita keluarga, jadi bajunya harus samaa." ujar Yudis. Dirinya masih dengan sibuk menunjukkan pakaian baru untuk putra kecilnya itu.
Sampai tiba-tiba ada suara erangan dari bayi mungil di antara mereka itu. Erangan yang membuat mama, papa bahkan sang kakak menengok bersamaan.
Si adek menunjukkan wajah yang hendak menangis. Segera saja Shesa mengangkat buah hatinya itu. Pasti putra kecilnya ini ingin susu. Sebagai teman pengantar ke alam mimpi.
Istri Yudistira itu membuka tiga kancing dasternya lalu mengeluarkan gundukan payudara besar dari dalam sana. Sang suami yang melihat hal itu hanya bisa menelan ludah kasar. Sementara Kama yang kepo, mengintip adiknya yang tengah menyusu itu.
"Mamaa,"
"Iya, sayang?" balas Shesa, menengok ke arah putra sulungnya.
"Adek enen?" (Adek nenen?)
"Iya, sayang, adek lagi nenen." Mama muda itu menepuk-nepuk pantat Kemal yang terlihat sudah memejamkan mata. Tak terganggu dengan perbincangan antara kakak dan bundanya.
Kama mengangguk-angguk. Matanya masih mengamati bagaimana saudaranya menyusu, lalu gantian menatap papa. Begitu terus hingga beberapa kali. Sebelum akhirnya anak kecil itu kembali melontarkan pertanyaan.
"Papa boyeh nen, ma?" ( Papa boleh nenen, ma?)
Pertanyaan mengejutkan dengan nada polos itu tiba-tiba meluncur dari bibir Kama. Entah dari mana datangnya inspirasi sehingga anak kecil itu bertanya demikian.
"Eh? Engga dong, sayang. Papa mana boleh nenen. Kan papa udah besar." jawab Shesa sambil tersenyum manis. Senyumnya seperti mencoba meyakinkan Kama akan apa yang dikatakannya. Sementara itu, sempat ia lirik Yudistira hanya menahan senyumnya. Dasar!
Kama kembali mengangguk-angguk paham. Namun pandangannya tetap fokus menatap bergantian antara papa dan adiknya.
"Api katana papa cuka nen." (Tapi katanya, papa suka nenen).
Ucapan Kama yang satu ini membuat mamanya melotot. Tatapan tajamnya langsung mengarah pada sang suami. Dipelototi nya pria itu habis-habisan. Yudistira hanya mengkerut takut.
"Emang Kama kata siapa?"
Telunjuk mungil Kama menunjuk papanya. Yudis yang ditunjuk tampak seperti kucing yang hendak dimandikan. Takut setengah mati.
"Katana papa cuka cucu dali mama." (Katanya papa suka susu dari mama).
"Oh, itu maksudnya papa suka dibikinin susu sama mama. Kama tau kan kadang mama juga suka bikinin Kama susu? Nah, papa suka susu kayak gitu." jelas Shesa. Tak lupa dengan senyumnya yang meyakinkan.
Kama tampak percaya. Seolah yakin sekali dengan kata-kata mamanya itu. Ia duduk untuk mengamati adik lebih dekat. Telunjuknya menyentuh pipi gembul Kemal yang sedang menyusu sambil tertawa kecil.
Sementara Shesa, perempuan itu langsung memelototi Yudistira. Membuat suaminya ketakutan.
Ditariknya Yudistira supaya mendekat. Shesa mendekatkan bibir ke telinga sang suami untuk membisikkan sesuatu.
"Teledor banget ya, ngomong gitu sampe anaknya tau. Awas aja, kalo mas Yudis minta nenen lagi, ga akan aku kasih."
Duh. Mati Yudis.
————
panjang banget ini part nya 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend's Dad
Romance⚠️ CHEATIN'STORY 🚫 MATURE CONTENT ⚠️ SEGERA TINGGALKAN LAPAK INI JIKA ANDA PHOBIA : 1. PERSELINGKUHAN 2. AGEGAP RELATIONSHIP (HUBUNGAN BERBEDA USIA) 3. KONTEN DEWASA Sinopsis : Ditawari menjadi selingkuhan seseorang? Sudah biasa dan banyak lakon p...
[61]
Mulai dari awal