"Kapan lo nikahnya?"
"Kepo. Udah sana lo bantuin di depan. Katanya tugas lo jadi penerima tamu tapi malah ngeluyur nyari cewek."
Rafa tersenyum kecut, "Ya, kan, usaha, bang biar bisa nyusul bang Galang," ujarnya. "By the way, gue nggak mau dikenalin sama istri lo gitu? Ini pertama kalinya lo punya pasangan selama gue kenal lo."
"Ci, ini Rafa adeknya Galang."
"Rafa, kak." Rafa terlihat tersenyum lebar, tetapi ia hanya menangkupkan tangannya di dada sebagai tanda perkenalan.
"Oci," balas Oci singkat. Ia baru tersadar, tengilnya Rafa memang mirip dengan Galang. Mungkin Rafa lebih terlihat sedikit kalem ketimbang Galang.
"Udah kan? Sana pergi!" usir Radhit yang membuat Rafa berdecak.
"Iya, bang, iya," ujar Rafa lalu tatapannya beralih ke Oci. "Maaf, ya, kak, nggak niat godain, kok. Nggak tau juga kalau kakak istrinya bang Radhit."
"Iya, nggak papa."
Setelah Rafa pergi, keduanya kembali duduk, tetapi Radhit masih terus menggerutu. Entah apa yang Radhit gerutulan, Oci juga tidak bisa mendengarnya.
"Kenapa, mas?"
"Aku udah bilang, kan, kamu terlalu cantik, Ci." Satu kalimat yang diucapkan Radhit berhasil membuat Oci bersemu. "Udah lah, kamu jangan pisah dari aku," lanjutnya.
"Rafa baik, kok, dia ngasih aku snack." Oci membuka mini snack yang ada di pangkuannya untuk menyembunyikan rasa salah tingkahnya.
"Itu dia lagi modus," balas Radhit. "Dia emang lagi gencar-gencarnya nyari pasangan," lanjutnya.
"Ya udah, kan, dia juga udah tau kalau aku istri kamu," ujar Oci. "Cemburunya udahan dong," lanjutnya seraya terkekeh.
Oci kira Radhit akan mengelak, tetapi suaminya itu malah mengakuinya. "Iya, aku cemburu banget. Nggak suka lihat kamu sama cowok lain."
"Ya udah, lah, itu akadnya udah mau mulai. Jangan gitu wajahnya, nggak enak di nikahan orang," ujar Oci. Lagi-lagi ia berusaha menahan rasa salah tingkahnya.
Akad nikah Galang dan Cantika kali itu begitu mengharukan. Bahkan suara Galang bergetar saat mengucapkan qabul. Oci tidak tahu lika-liku mereka sebelum pernikahan, tetapi sepertinya rintangan mereka cukup berat. Radhit juga pernah bilang bahwa Galang dan Cantika memang sempat tidak direstui oleh nenek Galang karena Cantika yang memiliki darah Belanda. Nenek Galang hanya ingin cucunya menikah dengan wanita Jawa. Namun, semua itu sudah berlalu dan ucapan 'Sah' dari semua tamu adalah awal dari perjuangan mereka selanjutnya.
Oci dan Radhit naik ke atas pelaminan untuk memberi selamat kepada kedua mempelai. Sekaligus ingin mengabadikan momen ini.
"Selamat, bro!"
"Makasih banyak, Dhit." Kedua pria itu berpelukan. Persahabatan keduanya memang cukup mengharukan. Keduanya sama-sama saling menguatkan ketika masalah melanda.
"Selamat, Pak Galang." Kali ini Oci yang mengucapkannya.
"Makasih udah dateng, Ci. Btw, kalau di luar kantor jangan panggil gitu, lah. Gue berasa tua banget." Oci hanya tersenyum menanggapinya. Ia juga tidak mungkin memanggil atasannya dengan nama saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Traumas [End]
RomanceHanya dalam tiga hari, hidup Oceana berubah total. Ia yang awalnya merupakan seorang wanita dengan prinsip tidak akan pernah menikah tiba-tiba diharuskan menikah dengan seorang pria yang sangat ia kenal. Bukan teman, sahabat, ataupun pacar, tetapi a...
26. Mendapat teman baru
Mulai dari awal