1. Sambutan Iseng

Mulai dari awal
                                    

Bagi Irsan dan Anu yang memang makhluk nokturnal semi-human bermulut salon kondangan, tentu akan memberontak. Jiwa-jiwa kebebasan mengalir deras di dalam arteri mereka. Dan berakhir mencari info kontrakan, pilihan mereka jatuh kepada kontrakan SURYADI.

Untuk duo keong toxic ini sebenarnya enggak terlalu peduli sama fasilitasnya, mau tidur alas tikar, lampunya pakai obor sisa lebaran, atau mandi tapi musti nimba air di sumur peninggalan Majapahit juga enggak masalah. Bagian terpenting yang menjadi kualifikasi pemilihan tempat tinggal bagi mereka cuma satu, HARGANYA.

Dan di pagi hari Minggu ini, mereka sedang berada di teras calon tempat huni, menunggu penghuni lain yang katanya akan tiba sebentar lagi.

Di tengah leha-leha di antara tumpukan bawaan dan beban (hidup) mereka, tak lama seorang bocil datang. Tentunya sebagai member geng ternama dan tersohor se-kelurahan, duo ini langsung menyidak calon korban. Mana Irsan sudah sok-sok melinting bajunya, padahal doi pakai yukensi.

Namun saat ketiga bocah itu saling tatap, mendadak cengo di tempat.

“Eh?”

“Eh?”

“Eh?”

Mirip seperti meme spider-man (yang saling tunjuk-menunjuk itu), ketiganya nampak saling familiar.

“Ba-Bang Anu sama Bang Irsan, kan?” ucap bocil itu patah-patah, takut salah ngomong dan berakhir dengan lehernya yang patah.

Anu mengap sebentar sebelum buka suara, “lo yang waktu itu, kan? Yang salah adzan pas sholat Dzuhur?”

Irsan menengok, menatap intens Anu sampai matanya lenyap. “Lah, lu kenal dia, Nu?”

Gelengan. “Enggak, waktu itu nih anak salah adzan. Bukannya adzan biasa malah takbir mau lebaran.” jelas Anu dengan wajah datar, enggak sadar kalau objek perbincangan itu masih di sana, masih mendengarkan sesi ‘Membuka Aib’ yang diprakarsai oleh seniornya.

“Lu kenal dia emang?” Anu bertanya balik. Diliat dari muka kriminal Irsan, kayaknya tukang palak ini pernah berurusan sama nih bocah. Insting Anu soal tuduh -menuduh memang tajam.

Gelengan lagi. “Kada, dia pernah bawa motor gue pergi, padahal gue ada di belakang dia. Katanya sih salah motor.” jelas Irsan, kembali mengingat hari itu.

Saat itu memang Irsan sudah ready, pengen cabut sesegera mungkin ke tempat Mas Baidho buat main PS. Kunci motor udah nempel tapi doi mendadak keinget sama gorengan sisa istirahat di laci kelas.

Takut mubazir, doi ambil gorengan dingin itu sebentar dan ketika kembali ke parkiran, nyata terjadi kalau ada seonggok bocil dengan tas segede gentong pasirnya Gaara dari anime Naruto tengah duduk di motornya bahkan menyalakan motor itu tanpa ragu dan sesuai prosedur.

Dan begonya, Irsan malah menonton itu semua sampai pelaku membawa motornya keluar gerbang dengan santai sembari menenteng plastik berisi ote-ote* dingin.

Beruntungnya selang setengah jam berlalu luntang-lantung di dekat parkiran, motornya kembali dan pelaku itu langsung kabur setelah meminta maaf tanpa sempat Irsan bertanya nama dan lain-lain. Doi sih enggak marah, cuma tersenyum seperti logo Kumon.

Atau kalau durasi menunggunya lebih dari 30 menit doi bakal memberikan mandat kepada bubuhannya untuk menyisir kota dan memburu pelaku dengan bounty 25 ribu.

Bukan berarti kepala Fadil cuma seharga 25 ribu, Irsan memang singkip!*

“Oh yang itu. Gue inget.” Anu mengangguk dugem. Doi inget hari di mana Irsan telat datang di tempat main PS langganannya dan bercerita soal ‘motor gue nyaris diculik dan gue cuma diem dongo deket parkiran’.

Come HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang