"Makannya yang bener yang, jangan sambil ngoceh. Nanti kesedak loh," Peringat Raynand dengan nada sengit.

"Kamu diem aja deh Mas, lagian aku juga hati-hati ini makannya," Sahut Mella cepat kemudian melanjutkan makan dengan sesekali berbicara dengan Jihan.

Raynand menghela nafas kasar, setelahnya menatap Tyo sengit, Tyo yang tak paham pun mengangkat satu alisnya sekolah bertanya 'apa'.

Ray membuka room chat Tyo, dengan cepat ia mengirimkan pesan.

Tyo

Bawa pacar lo makan di tempat lain.|
Gue juga mau pacaran sama Mella. Gara gara lo, kencan gue ancur.

Bunyi notifikasi di HP Tyo berbunyi, pertanda pesan Raynand telah masuk di HP Tyo. Tyo langsung mengeceknya, dan ketika ia sudah selesai membaca, Tyo langsung tersenyum heran.

"Maruk amat bang, udah nikah, tiap hari ketemu, kencan keganggu dikit aja marah!" Cibir Tyo blak-blakan.

Saat itu juga Mella dan Jihan memusatkan perhatiannya ke Tyo.

"Maksud kamu apa yang?" Tanya Jihan yang tak mengerti dengan ucapan pacarnya.

Tyo hanya mengedikkan bahunya, setelahnya bangkit dari duduknya.

"Ke sea food aja yuk Han. Kalo di sini bahaya untuk keselamatan fisik dan batin aku." Ajak Tyo.

"Tyo!" Ucap Raynand membentak. Ray takut Mella mengerti maksud yang di ucapkan Tyo, dan membuat mereka kembali bertengkar.

"Ada apa sih?" Tanya Mella yang sedari tadi diam.

"Nggak papa yang, yuk kita pindah tempat aja."

"Laki lo nyuruh gue sama Jihan pergi."

Ucap Tyo dan Ray bersamaan. Dengan jeli Mella bisa mendengar semuanya. Saat itu juga Mella paham apa yang terjadi saat ini.

"Mas ih!" Kesal Mella sambil memukul kecil lengan Ray dengan bertubi-tubi.

"Ampun yang ampun, aku cuma nggak mau kencan kita ke ganggu." Raynand memohon dengan manja.

"Nyebelin banget sih!" Ucap Mella di akhir pukulannnya kemudian menghabiskan makanannya dengan dongkol. Sedangkan Tyo dan Jihan sudah benar-benar pergi ke tempat makan yang lain.

"Jangan marah dong yang," Bujuk Ray. Mella hanya mendengus kesal untuk meresponnya.

****

Setelah kejadian di Mall tadi, kini Mella dan Ray saling tutup mulut. Di dalam mobil yang sedang menempuh perjalanan itu tampak sunyi. Kadang hanya terdengar helaan nafas panjang dari Raynand saja.

Raynand rasanya tidak tahan diam terus, ia langsung membunyikan musik.

"Brisik!" Ucap Mella sengit.

"Salah lagi," Sahut Raynand, lalu mematikan musiknya.

Jarak berkilo kilo telah mereka lewati, yang tadinya Ray berusaha membujuk Mella, kini pria itu ikut tutup mulut dengan rapat, ia sama sekali tidak mengeluarkan satu bujukan pun.

Entah mengapa perasaan Mella menjadi tak enak, Raynand terlihat marah dengannya. Mella pun membunyikan musik yang tadi sempat di matikan Raynand.

"Katanya brisik!" Ucap Raynand sewot.

"Enggak kok, Mas Ray jangan ikutan marah ih!"

Raynand pun mengedikan bahunya acuh. Mella pun mengerucutkan mulutnya merajuk manja.

Sesampainya di halaman rumah, mereka keluar dari dalam mobil. Mella langsung bergelayut manja di lengan Ray. Mella berusaha mencairkan suasana.

Namun apa yang terjadi? Ray masih diam, dan semua belanjaan mereka tinggal di bagasi.

"Mas...." Rengek Mella.

"Hm," Hanya jawaban absurd itu yang keluar dari mulut Ray.

"Senyumm...." Pinta Mella sambil tersenyum manis. Akan tetapi ekspresi Ray tetap sama. Ia memasang muka datarnya.

"Tau ah, marah aja teros! Nggak usah baikan deh! Dari kemarin nggak capek apa!" Omel Mella menyentak, kemudian melangkahkan kakinya ke lantai atas dengan cepat.

Raynand akhirnya gelagapan, ia langsung menyusul Mella.

"Mella..." Panggil Raynand keras dan terdengar agak merengek.

Brak

Pintu kamar telah Mella tutup dengan keras. Ray menghela nafas kasar.

"Sayang... Jangan di kunci pintunya," Ujar Raynand sambil memutar-mutar knop pintu.

"Aku minta maaf," Lanjut Raynand penuh sesal.

Tak ada satupun sahutan dari dalam. Akhirnya Raynand memasuki kamar anaknya dan lewat pintu penghubung di kamar tersebut agar bisa masuk ke kamarnya.

"Yang maaf," Bujuk Raynand ketika berhasil masuk.

"Ihhh!" Kesal Mella dongkol, ia lupa mengunci pintu penghubung itu. Mella langsung melempar bantal ke arah Ray.

"Pergi sana! Gue marah!" Sentak Mella kesal. Walaupun Mella berada di level kekesalan yang sangat tinggi, namun di mata Raynand ekspresi Mella malah terlihat lucu. Raynand menyungingkan senyum.

"Kok malah senyum sih!" Maki Mella heran.

Masih dengan senyumannya, Ray menggeleng, "dikira serem ya mata melirik sama mulut di monyongin kaya gitu? Hmm?" Tanya Raynand tenang.

Bukannya menjawab, raut wajah Mella semakin di tekuk. Ia sangat kesal, Raynand seolah sama sekali tidak mengerti moodnya yang sedang tidak ingin di ganggu.

"Ngapain deket deket?!" Sentak Mella tat kala Ray berjalan mendekatinya lalu duduk di samping Mella dengan tatapan dalamnya.

"Sepertinya bibir kamu kangen sama pasangannya, sampai maju banget kaya gini," Ucap Raynand halus sambil menyentuh bibir Mella yang di monyongkan.

Mella bukan manusia bodoh, ia tahu apa maksud suaminya. Ingin sekali ia mengusir Ray karena Mella tahu apa yang akan terjadi setelah ini, ia masih marah, ia tak mau dengan keadaan marah dengan gampangnya suaminya itu menyentuhnya. Tapi sialnya di saat egonya menolak justru fisiknya seolah terbius dengan tatapan dalam milik Ray. Mella diam mematung, fisiknya seperti wellcome wellcome saja dengan Raynand yang semakin mendekatinya.

Raynand's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang