Xiao zhan pergi bersama sang anak yg bahkan belum sempat ia lahirkan. Pria itu bahkan tidak mengetahui jenis kelamin calon anaknya itu. Saat itu, Xiao zhan menolak keinginan sang dokter yg hendak memberitahukan jenis kelamin buah hati mereka, dengan alasan sebagai kejutan ketika anak itu lahir ke dunia. Tapi, takdir berkata lain. Anak itu lebih dulu tiada sebelum sempat terlahir, dan istrinya juga tidak terselamatkan. Kebahagian yg semula ia rasa berubah duka seketika.

"Bagaimana aku masih bisa hidup di dunia ini tanpamu? Xiao zhan, kenapa kau meninggalkanku secepat ini?!!" Teriaknya histeris.

Yubin dibelakangnya hanya bisa diam-diam menangis dibelakanya. Sungguh, pemandangan di depannya ini begitu memilukan dan mengiris hatinya.

Tuannya yg selama ini terlihat begitu tangguh ternyata bisa serapuh ini saat ditinggal orang tercintanya.

"Kenapa kau begitu kejam padaku? Katakan! Bagaimana bisa aku masih bertahan hidup jika tidak ada dirimu disampingku. Xiao zhan, jawab aku!" Semua pertanyaannya tidak akan mungkin menemukan jawaban. Wang yibo sadar itu. Tapi, ia masih tetap saja terus mencurahkan semua ketidak puasannya itu.

"Xiao zhan! Kenapa kau sangat kejam padaku?! Sayang, tolong jangan buat aku seperti ini! Aku sungguh tidak sanggup menahannya ...hiks...." isak tangisnya tersamarkan oleh suara air hujan yg jatuh.

Wang yibo memeluk nisan tersebut dengan begitu eratnya, seolah bukan batu yg ada di pelukannya melainkan tubuh sang istri. Wang yibo belum sanggup menerima kenyataan yg ada, dan selamanya ia tidak akan bisa menerimanya.

Baginya, istrinya itu belum mati. Xiao zhannya masih hidup. Ia yakin itu.

"Astaga tuan!!" Yubin berseru panik kala tubuh tuannya itu merosot ke tanah dengan mata tertutup.

Wang yibo tak sadarkan diri. Pria itu tidak kuasa menghadapi kenyataan tersebut. Raga dan jiwanya tak mampu menahan semua fakta tersebut. Kesedihan yg mendalam atas kepergian orang tercintanya membuat tubuh pria itu ambruk.

Yubin segera melepas payung dipegangannya. Pria itu meraih tubuh Wang yibo, menepuk-nepuknya secara pelan agar pria itu terjaga. Tapi usahanya tidak membuahkan hasil.

Yubin pun dengan cepat menggendong Wang yibo dibelakang punggungnya, pria itu segera berlari ke arah mobilnya, dan memasukkan Wang yibo ke dalam mobil dengan hati-hati.

"Astaga tuan, aku tau anda sangat kehilangan tuan Zhan, tapi apakah sampai sebegitunya? Tuan Zhan juga pasti sangat sedih melihat keadaan anda yg seperti ini." Yubin tak habis pikir. Di sela-sela dirinya yg sedang mengemudi pria itu terus meracau mengomeli tindakan tuannya yg berlebihan.

.
.
.

Ruangan bernuansa putih menjadi tempat dimana kini Wang yibo berada. Diatas brankar tubuh pria itu terbaring. Wang yibo terlihat begitu lemah dan mengenaskan. Bobot tubuhnya terlihat banyak berkurang. Selang infus dan alat bantu nafas menjadi penopang hidupnya. Di sampingnya seorang pria tampak berjaga dengan raut kesedihan yg terpampang jelas diwajahnya.

Entah kapan pria itu akan bangun.

"Tuan," seorang butler memanggilnya, membuat pria yg semula larut dalam kesedihannya menoleh ke arahnya.

"Ada apa?"

"Ini mengenai pemuda itu. Ia bersikeras menunggu anda untuk bersedia menemuinya." Beritahu sang butler.

"Usir dia! Aku tidak sudi bertemu dia." Perintahnya.

"Tapi-"

"Apa kau tidak mendengar perintahku?!"

"Baik." Sang butler pun menurut. Setelah kepergian sang butler, pria itu kembali menatap sosok Wang yibo yg terbaring di depannya.

"Nak, kapan kau akan bangun?" Lirihnya.

"Nak, tolong bangunlah! Ayah janji tidak akan memaksamu untuk menuruti kemauan ayah yg ingin melihatmu segera menikah. Asal kau bangun, itu sudah cukup bagi ayah-.."

Bip... bip.. bip..

Mendadak alat medis diruangan tersebut berbunyi nyaring. Pria itu terperanjat bingung, segera ia menekan tombol darurat yg ada diatas brankar Wang yibo.

Derap langkah cepat nan mendesak segera terdengar. Beberapa orang dokter masuk ke dalam ruangan tersebut.

Melihat pintu ruangan yg semula tertutup rapat dengan penjagaan ketat kini terbuka, pemuda yg selama ini hanya bisa berdiri menunggu di luar pun ikut masuk.

Di dalam semua orang tampak sibuk menangani seseorang yg terbaring diranjang.

Pemuda itu melangkah dengan hati-hati ke dalam, tak ingin mengganggu situasi genting di dalamnya.


Tbc.

Sorry for typo.



Istriku sayang, Istriku malang. (End In Pdf)Where stories live. Discover now