[Eps.2] Firasat.

Mulai dari awal
                                    

"Ini semua barangmu? Kau yakin?" tanya saudariku saat melihat isi tasku yang menurutnya terlalu sedikit membawa barang.

"Apa masalahmu? Dan apa ini? Kau akan pindah rumah?" balasku secara ketus.

Pembicaraan kami pun terhenti ketika rekan kami masing-masing menjemput kami. Endrick dan aku ditempatkan didesa penghasil teh bunga biru yaitu desa Aminour.

"Endrick dengarkan aku sebentar!" ucapku yang memberhentikan langkah kami.

"Tentu, bicaralah" Jawab Endrick sembari menaikkan barang-barang keatas kereta kuda yang disediakan oleh organisasi.

"Dengar, aku mengetahui sesuatu dari anak panah yang tadi" ucapku dan mencoba menjelaskan sesuatu yang kulihat pada penglihatanku.

Endrick pun lalu mengerti tentang apa yang kukatakan mengenai anak panah beserta surat yang diselipkan pada anak panah.

Setelah mengatakan apa yang kuketahui kami pun melanjutkan perjalanan menuju desa Aminour yang menjadi tujuan kami. Setibanya disana kami kebingungan karena kondisi desa yang sudah porak poranda dan hampir rata dengan tanah.

Saat itu kami tiba dimalam yang gelap dan tidak sengaja melihat seseorang berdiri menatap kearah kami dan mendekat secara perlahan ditengah kabut malam yang sudah hampir menutupi seluruh jarak pandang.

"Siapa itu?" tanya Endrick.

"Lihatlah lencananya" menunjuk kearah orang yang dimaksud oleh Endrick.

Dan seperti yang kuketahui lencana yang dipasang pada pinggangnya adalah lencana peringkat tertinggi.

"Kalian sepasang kekasih?" tanyanya dari dalam tebalnya kabut-kabut yang masih menyelimutinya.

"Tidak" jawabku.

Endrick memberanikan dirinya untuk mendekati dan menanyakan dimana asrama pendekar kepada sosok itu, Endrick juga memberitahuku bahwa sosok yang ada dalam kabut itu adalah seorang wanita meski aku sudah mengenali dari awal melihatnya dalam kabut tebal itu.

"Endrick aku tahu kau pasti lelah tapi bukankah kau juga mampu mengenali dari siluet nya?" bisikku pada Endrick.

"Oh... benar kurasa aku perlu istirahat lebih lama" jawab Endrick.

Wanita yang kami temui adalah seorang senior dilihat dari lencananya saja lencana ku masih lebih tinggi darinya. Meski dia muncul selayaknya harimau yang akan segera menyergap dalam gelap dengan kabut yang tebal ini.

Saat diperjalanan sebelum menuju ke asrama, kami mengunjungi kediaman ketua untuk memberikan hormat kami dan juga untuk terlihat sopan. Aku ingin menghilangkan untuk sementara sifatku yang biasa ku tunjukkan pada orang-orang.

"Kami membawakanmu ini ketua, kami harap ketua senang akan apa yang kami berikan" ucapku.

"Baik terimakasih, akan ku terima hadiah ini dengan senang hati dan menerima kehadiran kalian didesa ini, aku ingin kalian tetap berhati-hati dikarenakan..." jawab ketua desa Aminour pada kami dan memperingatkan kami untuk tetap berhati-hati.

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Setelah mengunjungi ketua desa aku dan Endrick diantar keasrama untuk beristirahat. Disaat senior yang mengantar kami keasrama dengan keheranan karena secara tiba-tiba senior itu memperekenalkan dirinya.

"Perkenalkan namaku Gumi aku adalah senior peringkat ke 3 salam kenal, oh ini kamar kalian dan ini kuncinya" ujarnya.

"Baiklah sampai jumpa,"

"Sekarang pergilah kami cukup kelelahan, kurasa kami akan beristirahat lebih banyak untuk menjalankan misi esok hari,

"Jadi tolong jangan ganggu kami mengerti?" ucapku sembari memberikan tatapan yang biasa kuberikan pada orang yang tidak kusukai.

"Oh ya terimakasih telah mengantarkan kami kesini, dan sekali lagi sampai jumpa!" tambahku sambil menutup pintu.

Gumi yang kebingungan pun hanya bisa terdiam didepan pintu kamar kami.

"Sebenarnya siapa senior disini? Aku atau dia? Rasanya ada yang aneh dengan wanita itu" ucapnya.

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Aku yang tidak bisa tidur karena memikirkan apa saja yang akan terjadi dalam jangka dekat ini, aku memutuskan untuk keluar menuju balkon kamar asrama sambil meminum teh yang diberikan ketua saat mengunjungi kediamannya dan membaca buku yang ketua ingin aku menerimanya.

Tiba-tiba Endrick datang menghampiriku memakaikan pakaian tebal karena musim dingin telah tiba dengan turunnya butiran-butiran salju yang turun perlahan ketanah.

"Pakailah! jangan sampai kau sakit, jika kau sakit kau takkan bisa mengerjakan misi lagi dan aku akan terus-menerus mengucapkan kata-kata itu lagi seperti biasanya saat kau sakit, mengerti?" ucap Endrick sembari memakaikanku pakaian tebalnya.

Aku yang hanya mampu terpaku terdiam dan keheranan dengan tingkah laku yang Endrick tunjukkan padaku tadi, yang membuat jantungku berdegup kencang dan aku berharap dia tidak mendengarkan degupannya.

"Tunggu Endrick!" ucapku yang menghentikan langkah Endrick yang sedang berjalan menuju kedalam kamarnya lagi.

"Ya? apa kau membutuhkan sesuatu?" jawab Endrick.

"Tidak, h-hanya saja, a-ada apa dengan sikapmu tadi?" sahutku dengan nada kebingungan.

"Tidak ada kenapa memangnya? kau diam diluar ruangan dengan pakaian setipis itu apa kau tidak merasa kedinginan?" jawab Endrick dengan langsung memalingkan wajahnya dan langsung masuk kedalam kamarnya.

"Apa itu? kurasa aku butuh obatku lagi, kurasa aku juga membutuhkan istirahat yang lebih banyak..." ucapku sambil kebingungan.

Lalu akupun memutuskan untuk membaca bukunya lagi sebelum menjalankan misi diesok hari. Akan tetapi semakin larut aku membacanya dengan keheranan dan banyaknya pertanyaanku.

Tentang siapa penulis pada buku ini? apa info ini dapat ku percaya? dan bagaimana dia menemukan informasi tentang si penghisap.

ฅ⁠^⁠•⁠ﻌ⁠•⁠^⁠ฅ

Eternal Thirst || New Stage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang