Tanya Brittany sambil menyesap kopinya untuk penghabisan.

"Aku menunggu Nicholas. Ada beberapa urusan yang harus kami selesaikan".

"Kalau begitu aku pamit. Kapan-kapan traktir aku makan malam. Anggap saja itu sebagai ucapan selamat datang untukku".

"Tentu saja. Aku akan menelepon jika punya waktu luang".

Baru saja Brittany mencapai pintu, Nicholas sudah lebih dahulu muncul. Ia tertegun sejenak melihat sosok Brittany di hadapannya.

"Hai Nic...".

Sapa Brittany dan hendak mencium pipi Nicholas tapi pria itu menghindar.

"Hai... maaf".

Hanya itu dan Nicholas melewati Brittany lalu memeluk Clara erat. Perasaan Clara sedikit tak enak pada Brittany.

"Apa kau sudah siap?".

Tanya Nicholas yang membuat Clara menatap Brittany yang masih berdiri canggung.

"Oh ya, Brittany apa kau mau ikut bersama kami? Aku butuh pendapatmu".

"Tapi sayang...".

Protes Nicholas pelan tapi terlambat Clara sudah bergerak dan menarik tangan Brittany untuk keluar dari sana. Nicholas hanya bisa menarik napas berat lalu melangkah menyusul mereka.

Saat ada di parkiran, Nicholas langsung masuk dan duduk di belakang kemudi. Clara membuka pintu belakang untuk Brittany lalu ia juga masuk dan duduk di samping Brittany.

Wajah Nicholas terlihat protes namun Clara tetap menggeleng sebagai pertanda bahwa Brittany tetap akan ikut bersama mereka.

Selama perjalanan Nicholas sama sekali tidak bicara. Ia menyetel musik dan membiarkan Clara dan Brittany mengobrol sesuka hati. Namun ada yang terasa mengganggu untuknya.

Sesekali pandangan Brittany terarah padanya melalui spion yang berada di depannya. Hati Nicholas semakin geram. Ia mulai sadar bahwa Brittany memiliki sifat buruk yang tidak diketahui Clara.

Mobil tiba di butik dan parkir. Sebelum Nicholas turun, Clara sudah duluan turun. Sedangkan Brittany masih terpaku di tempatnya. Clara merasa aneh tapi kemudian ia berpikir tentang sesuatu.

Ia berbisik pada Nicholas dan pria itu dengan terpaksa keluar dari bangku sopir untuk membuka pintu Brittany.

"Terima kasih Nic. Clara pasti sangat beruntung memiliki dirimu ".

Ekspresi Brittany yang dibuat-buat semakin menambah rasa gusar Nicholas. Clara masih bisa melihat itu dan ia tahu Nicholas tidak nyaman. Ia menggenggam tangan kekasihnya itu.

"Selamat datang dokter Nicholas".

Sapa pemilik butik. Ia tersenyum pada Clara lalu memeluknya erat.
Nicholas tersenyum lalu duduk di sofa dan mengambil salah satu majalah secara acak dan membukanya meski tidak membacanya.

"Apa kau ingin mencobanya sekarang ?".

Clara mengangguk. Ia membiarkan wanita paruh baya itu menarik tangannya dan pergi ke kamar ganti.
Kesempatan ini digunakan oleh Brittany. Ia langsung menghempaskan bokongnya di samping Nicholas dan menyilangkan kakinya.

"Apa kau merasa terganggu dengan kehadiranku?".

"Tidak!".

Itu jawaban singkat Nicholas tanpa memandang wajah Brittany.

"Clara sangat menyanjungmu. Aku bahkan baru tahu bahwa kalian tidak pernah tidur bersama walau...".

Mata Nicholas berkilat.

"Jaga ucapanmu! Itu...Itu bukan urusanmu!".

Nicholas berdiri dan berjalan menjauh. Brittany tersenyum puas. Ia tahu Nicholas pasti sangat takut bila Clara tahu bahwa mereka pernah tidur bersama.

"Tapi itu fakta Nic. Lagi pula aku belum memberitahu Clara tentang malam itu di Jerman...".

"Sebaiknya jangan lakukan apapun atau kau akan menyesal".

Tanpa diduga Brittany berdiri dan menatap Nicholas serius.

"Sayangnya, aku adalah tipe orang yang jujur dokter Nicholas. Dan kelemahanku adalah tidak pandai bersembunyi".

Nicholas mengepalkan tinjunya tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?".

Brittany tertawa sumbang. Ia melihat ke kiri dan kanan sebelum menjawab.

"Aku akan memberitahu dirimu saat waktunya pas. Jadi, kau tak usah cemas".

Baru saja Nicholas hendak membalas, Clara sudah muncul bersama penata busana.

"Aku kira kau akan menyusul ke dalam tapi ternyata kalian sedang mengobrol".

Nicholas langsung merangkul pinggang Clara mesra seakan ingin menegaskan dirinya pada Brittany.

"Kau sudah selesai? Ayo pergi, aku ada urusan mendadak. Brittany kau bisa pulang dengan taksi".

"Ayolah Nic, kita belum makan siang...".

Protes Clara.

"Tidak masalah Clara. Lain kali pasti kekasih mu punya waktu. Aku akan pergi lebih dahulu. Jangan lupa janjimu tadi".

Brittany memeluk Clara sebentar lalu berjalan keluar dengan senyum penuh kemenangan. Berbagai rencana mulai hinggap di kepalanya.

"Lain kali, aku tidak ingin kau membawa Brittany ".

Protes Nicholas saat mereka sudah di mobil.

"Kenapa?".

"Aku hanya tidak nyaman saja. Dia bukan teman bicara yang baik".

Sebuah pemikiran terlintas dan dalam hati Clara setuju dengan pendapat Nicholas.

"Baiklah".

Clara bersandar di bahu Nicholas namun tiba-tiba ponsel Nicholas berdering. Itu dari Presiden Wang. Ia langsung bergeser dan membiarkan Nicholas menggunakan earphone.

Setelah Nicholas bicara dengan Presiden Wang, ia menatap Clara.

"Kau harus berangkat ke Beijing besok pagi. Apa kau ingin aku membatalkannya?".

Clara menggeleng cepat.

"Apa pengujian sample itu sudah selesai?".

"Ya. Mereka ingin mulai produksi. Itulah sebabnya kau harus datang. Itu adalah idemu dan kau berhak untuk hak patennya sebesar 60 persen. Aku bangga padamu Ra".

Clara Begitu bahagia. Ia mencium bibir Nicholas cepat.

"Anggap saja ini kado pernikahan kita. Aku sangat bahagia Nic".

Nicholas berusaha terlihat bahagia juga. Ia senang untuk kerja keras Clara dalam proyek ini, tapi bayangan Brittany dan kejadian malam itu di Jerman membuatnya takut. Kemudian satu ide terlintas.

CCTV  ?

Nicholas menarik napas lega. Sebuah harapan baru datang. Ia akan meminta CCTV dari hotel. Ia ingin membuktikan bahwa Brittany salah.

➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️

*up lagi setelah sekian purnama😂

*Jangan lupa vote dan komen_nya readers 🙏

FATED (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang