Api hijau mengelilingi pria itu dan dia menghilang, Reiva sempat bingung dan melamun yang mana membuatnya linglung dan hampir setengah badannya keluar bingkai jendela.
"Hati-hati."
Bisikan ditelinganya membuat Reiva tersadar dari lamunannya, satu tangan Tsunotaro yang tiba-tiba muncul dibelakangnya melingkar di pinggangnya dan menariknya untuk kembali beristirahat di kasurnya.
"Lama tidak jumpa."ujar Reiva, pria itu terkekeh halus mendengar sapaannya yang terkesan baik-baik saja meski kondisinya jelas menunjukkan tidak.
"Benar. Bagaimana kabar mu, Anak manusia?"
"Baik. Tiga hari yang lalu tidak tapi sekarang baik."balas Reiva dengan percaya diri.
"Lega mendengarnya."ujar Tsunotaro sembari memberikan usapan pada pucuk kepalanya.
Reiva berkedip-kedip bingung kala energinya kembali dan rasa sakit di sekujur tubuhnya menghilang seketika, ia menatap pria itu, namun Tsunotaro hanya tersenyum sembari meletakkan telunjuknya didepan bibir tipisnya.
"Jaga diri mu baik-baik. Setelah semua ini, aku akan lebih sering mengunjungi mu."lalu pria itu menghilang dengan kobaran api hijau.
Reiva masih agak tercengang, hanya untuk dikejutkan dengan pintu kamarnya yang dibuka dan membuatnya menoleh.
"... Kau sudah bangun."
"Halo, Jamil-senpai."sapa Reiva.
Pemuda itu, Jamil sedikit menundukkan kepalanya sembari melirik kebelakang, lalu kembali menatapnya,"Yang lainnya pergi ke Scarabia bersama Kalim. Aku kemari untuk menjemput mu."
Tanpa merasa curiga sama sekali, ia setuju dan berdiri dari kasurnya, sedikit sempoyongan akan tetapi karena bantuan Tsunotaro tadi, dia bisa menjaga keseimbangannya.
Setelah mengambil jaketnya, mereka berjalan keluar dari asrama Ramshackle dan mulai meninggalkan area itu.
Tiga puluh menit berlalu, Reiva menyadari mereka tidak pergi ke Asrama Scarabia, melainkan sebuah taman yang juga masih tertimbun salju yang tebal dan dingin.
"Katanya mau ke Scarabia."celetuk Reiva setelah mereka berhenti.
Jamil terkekeh lalu meliriknya,"Siapa bilang aku mau membawa mu kesana? Teman-teman mu mungkin iya."
"... Kau menggunakan sihir mu lagi."ujar Reiva menyadari maksudnya.
"Habisnya mereka tidak mau membiarkan ku minta maaf langsung."balas Jamil sembari duduk di atas sebuah bangku.
"Padahal kau tidak perlu minta maaf.. situasi mu juga bisa dimengerti."gumam Reiva sembari menghampirinya, namun langkahnya terhenti saat para peri api muncul disekitarnya dan suara bel beriringan dengan para peri kegirangan.
"Aku membawa mu kemari karena mereka memaksa."ujar Jamil sembari memperhatikannya didorong oleh peri kecil itu sedikit ke tanah lapang.
Suara bel, atau lebih tepatnya suara para peri itu terdengar menyanyikan sebuah lagu sembari terbang mengitarinya dengan perlahan, seolah mengajaknya untuk menari diiringi nyanyian mereka.
Terhanyut akan nyanyian mereka, Reiva mengikuti gerakan mereka untuk menari, itu mengingatkannya pada masa-masa Gopal mengajaknya menari.
Di sisi lain, Jamil terlihat sedikit kagum dengan lingkaran yang para peri api itu buat dengan mengitari gadis itu, cahaya mereka perlahan-lahan membentuk sebuah pola bunga mengelilinginya.
Para peri api itu berhenti menguat Reiva juga berhenti, rok panjang yang dia gunakan berayun pelan kala beberapa peri dari belakangnya terbang melewatinya dan menghampiri Jamil yang duduk.
"H-Huh- Apa yang kalian lakukan??"tanya Jamil melihat para peri itu mencoba menarik tangannya, ada juga beberapa yang mendorongnya dari belakang membuatnya menoleh kearah mereka,"Aku tidak perlu, kalian saja sana."
Merasa ada yang menggenggam tangannya, Jamil menghadap kedepan dan melihat Reiva tersenyum tipis sembari menarik kedua tangannya hingga dia berdiri diikuti seruan dari para peri.
"Ini hukuman mu, Jamil-senpai."ucapnya lalu mulai menuntun langkahnya untuk menarik bersamanya.
Para peri mulai terbang mengelilingi mereka membuat lantunan lagu dari suara bel mereka, lama kelamaan, Jamil terlarut dalam suasana dan senyum lebar gadis itu menikmati tarian dan nyanyian para peri api.
Perlahan, tatapannya melembut. Gadis itu tidak terlihat ragu atau was-was bersamanya, Malah, dia terlihat sangat bahagia dan segala sesuatu di sekitarnya setelah kejadian di asrama Scarabia.
Hal itu membuatnya memeluknya dari belakang, berayun dari sisi ke sisi sembari mulai menyenandungkan nada yang sama seperti nyanyian para peri.
"Dearest.. darling.. my universe.."
Reiva mendongak keatas, lalu mengikuti gerakannya dengan mata terpejam sembari mendengarkan senandungnya dan nyanyian para peri, bahkan salju yang turun pun tidak membuatnya kedinginan.
Ditemani cahaya dan kehangatan yang mengitari mereka, hari itu berakhir dengan kenyamanan dan kelegaan setelah apa yang terjadi diantara mereka.
.....
Aldin menatap bingung mereka yang tiba-tiba datang ke Scarabia tanpa ada pemberitahuan,"Lah? Kalian ngapain disini? Katanya mau jaga Rei-san."
"... Ahhh!!! Si Jamilah menggunakan sihirnya lagi pada kita!!"seru Yuuken yang sudah tersadar sepenuhnya.
"Jamilah saha???"tanya Kalim masih setengah sadar.
Boboiboy tepuk jidat sementara A'Deuce ikutan ngamuk bersama Yuuken.
Floyd? Jangan tanya, dia ngambek di Mostro Longue dan tengah berusaha dibujuk oleh kakak kembarnya setelah dia sadar, Azul nampak menghela nafas lelah dengan tingkahnya yang kekanak-kanakan setelah hilang seharian dan tidak membantu usahanya.
.
.
.
>End<
================================
KAMU SEDANG MEMBACA
Lets Twist this Wonderland ||•
Fanfiction•~ "Mirip... Mirip.. mirip siapa,ya?" ~• •~ "Maleficent..??" ~• ===============================
<Bonus🐍: A worth dance with you>
Mulai dari awal