Lio duduk tenang meski kelas berisik, beruntung ia bisa fokus dan melatih hapalannya sembari mencoret-coret kertas. Tanpa disadari, teman-temannya datang. Mereka memperhatikan Lio yang berusaha menghapal.

"Gila, Lio rajin banget!" Niko bertepuk tangan.

Keempatnya duduk berseberangan dengan Lio.

"Gila," gumam Arnan memperhatikan catatan di kertas Lio. "Punya siapa, nih, Bro? Catetannya."

"Lia," kata Lio memberitahu sembari fokus.

Lio sadar teman-temannya datang setelah Arnan memegang salah satu catatan milik Lia. Ia berusaha fokus dan tak peduli sekitar meski teman-temannya sekali pun. Sementara Aldri ikut menyelesaikan soal di buku seperti yang Lio lakukan. Tak lama, Ize mengikuti.

"Lo ikut ngerjain?" tanya Niko pada Arnan.

Arnan menggeleng. "Gue udah pernah nyoba soal-soal di kertas ini, mending lo aja yang coba."

"Sialan! Gue nggak mau jadi bego!" Niko segera mengambil kertas kosong.

Namun, sebelum Niko mencoret-coret kertas, bel istirahat sudah berbunyi membuat Lio segera bangkit dari duduk. Sedangkan Niko yang berteriak nyaring sebab tidak mengerjakan satu soal pun terdengar keluar kelas.

"Berisik lo, Nikotin!" teriak Ize kesal.

Aldri melirik Lio yang bangkit. "Mau ke mana lo?"

"Ke taman, Lio mau nguji hapalan Lio."

Arnan menepuk bahu Lio. "Yah, Lia itu ambisius. Semoga lo tahan sama doi."

"Apa, sih, Arnan!" Lio kabur.

Semua mata menatap Arnan.

"Maksud lo 'doi' itu apa?"

Sementara itu, Lio berlari menuju taman. Ia sadar jika Arnan mengetahui sesuatu yang tersembunyi di hatinya. Makhluk seperti Arnan memang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi, Lio tidak bisa berbohong atu menutupi perasaanya.

"Dasar, Arnan!" Lio berdecak.

"Kenapa sama Arnan?"

Lio mundur selangkah, terkejut. "Lia! Bisa enggak jangan bikin orang kaget!"

"Kamu aja yang ngelamun. Lia tanya lagi, Arnan kenapa?" Lia duduk di bangku taman.

Lio memperhatikan sekitar, tidak banyak yang datang ke taman. Biasanya para murid duduk tenang di kanting sembari menikmati makan siang atau berdiam diri di kelas. Lio yang tak pernah ke taman pun merasa nyaman sebab suasana sejuk ditambah sedikit orang yang datang.

Sedangkan Lia mengeluarkan bekalnya. Ia sudah membawakan 'sesuatu' untuk Lio. Setelah merapikan makanannya di atas meja, Lia meminta Lio menjabarkan hapalan sesuai catatan yang diberikan sekaligus menjawab pertanyaan. Lia tersenyum tipis mengetahui Lio cukup berusaha sebab mampu menjawab hampir semua soal.

"Bagus, Lia tahu kalau Lio enggak sebodoh itu," kata Lia sembari menyodorkan satu bekal makanan siang.

Lio mendengkus, "Jahat banget bicara gitu, terus ini apa"

Bekal makan siang berbentuk tempat makan berwarna merah muda dengan gambar kelinci membuat Lio bergidik. Ia tidak menyukai warna terang itu, tetapi Lia menyodorkannya.

"Buka aja, jangan lupa dihabiskan," kata Lio melanjutkan sesi makan siang.

Lio membuka penutup bekal, ia menemukan nasi goreng udang yang harum. "I-ini ... buatan kamu?"

"Iya, dimakan. Habiskan!"

Lio mengangguk. "Makasih, ya!"

"Oke. Jadi ada aturan baru. Kalo kamu masih minta Lia jadi guru, maka Lia akan membuatkan bekal untuk Lio. Enggak boleh menolak sebab tiap makan siang akan ada sesi hafalan dan makan siang bersama." Lia menjelas.

Lio memberi hormat. "Laksanakan!"

"Jadi, Arnan kenapa?"

***

Bel pulang sekolah, Lio membereskan perlengkapannya. Ia pamit pada teman-temannya lantas pergi. Hari ini, Lio hendak pergi ke toko buku untuk membeli referensi buku yang diberikan Lia. Lio tidak segan membeli banyak sebab orang tuanya pasti akan senang uangnya pergi dibelikan hal berguna.

Lio pergi menggunakan sepedanya, toko buku tidak begitu jauh. Setelah menempuh waktu dua pukuh menit, Lio sampai. Ia berselancar ke dalam rak-rak hingga tak menyadari sekitar. Lio mengecek list yang diberikan Lia sembari berjalan ke tiap rak.

"Buku ...."

Tak menyadari langkahnya, Lio tak sengaja menabrak seorang gadis. Ia mengembalikan buku yang jatuh ke tangan gadis tersebut.

"Ini ... Ameera?"

***
Catatan: Terima kasih sudah berkunjung, mohon maaf apabila ada kekurangan dalam cerita.

***

TBC

Save Me [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang