"Aku hanya minta untuk jauhi perjudian mu dari daerah ku."

"Itu sudah menjadi daerah ku sejak Ayah mu mati di tangan ku." balas Thomas langsung.

William tersenyum lagi, "Aku tidak akan meminta dua kali, Tuan Shelby." senyum William menghilang, "Atau Tuan Solo tahu bahwa kau gagal membunuh pembunuh anak nya?"

"Lalu dia marah besar dan melanjutkan rencana nya untuk membangun kebun anggur nya dan tebak apa yang terjadi?" William tersenyum geli, "Bisnis legal mu satu-satu nya akan hancur bersama mu."

"Dan kau tak lebih dari mantan tentara miskin." William diam sejenak, "Mungkin juga tidak, karna istri mu akan tetap kaya. Dia juga pemasok untuk Tuan Solo kan?"

Thomas hanya diam, menatap lurus ke lawan nya dan tampak sangat tenang seperti hulu sungai. Namun siapapun tahu, air yang terlihat tenang adalah air yang paling berbahaya.

"Aku tidak punya banyak waktu, Tuan Shelby."

Adeline memejamkan mata nya sebentar seraya menarik napas panjang, "Kami menolak tawaran mu."

Kedua nya terkejut mendengar suara gadis yang sejak tadi hanya diam dan sama-sama menoleh ke arah nya.

"Aku berbicara dengan Tuan Shelby, Nyonya. Bukan pada mu—"

"Kau berbicara pada nya maka kau berbicara pada ku." Potong Adeline tegas, perlahan ketakutan nya berubah menjadi aura penguasa. "Kami menolak tawaran mu."

"Kau—"

"Aku sudah memberitahu mu dua kali," potong Adeline. "Tuan Solo tidak akan mendengarkan mu. Menurut mu, dia akan percaya pada Kolega nya atau pria muda yang datang dari entah berantah mencoba mempengaruhi nya?"

"Silahkan pergi, Tuan Kimber." Adeline menatapnya dingin, "Selagi aku masih meminta nya baik-baik."

William menatap sorot pandang Adeline yang dingin dengan tajam. Tersirat kemarahan dari balik netra coklat nya yang gelap. Keadaan menjadi intens untuk beberapa saat.

"Pergi, Kimber." Thomas bersuara. "Aku tak sebaik istri ku."

Dengan berat hati William berdiri dengan kasar hingga kursi yang ia duduki terjengkal ke belakang. Dia berbalik menatap kedua anggota nya dan memberi kode untuk segera pergi dari sana.

"Berapa untuk mereka?"

Suara Adeline kembali membuat semua orang terkejut dan pergerakan menyeret dua korban terhenti. Mereka semua menatap ke arah Adeline termasuk William.

"Aku tanya," Adeline mengeraskan rahang nya, "Berapa yang harus ku bayar agar kau tinggalkan mereka di sini."

William menatap kedua anggota nya lalu kembali menatap Adeline sambil tersenyum. Setidaknya dia tidak pulang dengan tangan kosong, "500 Pounds." balasnya, "Per—orang."

Adeline langsung menggerogoh tas nya kemudian mengeluarkan secarik kertas dan pulpen. Menulis nominal yang di minta kemudian meninggalkan tanda tangan nya. Adeline menggeser kertas tersebut hingga ke dekat William. "Tinggalkan mereka."

William tersenyum lebar dan menerima kertas tersebut dengan senang hati lalu menatap kedua anggota nya untuk mengajak mereka pergi dari sana tanpa repot-repot menyeret dua manusia yang sudah kehilangan banyak darah.

Thomas menarik napas panjang lalu berdiri menghadap Adeline yang langsung mundur satu langkah membuat Thomas mengerutkan kening nya heran.

"Segera panggil dokter kemari." Setelah mengatakan nya Adeline langsung berbalik dan berjalan pergi dari sana.

Dengan cepat Thomas menyusul nya, "Adeline!"

Thomas mendorong pintu yang sama dan akan segera berlari mengejar Adeline jika saja yang ia lihat bukanlah pemandangan istri nya memeluk seorang pria berambut pirang dengan mata sebiru laut.

vacuousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang