"BERHENTI LU, NIAK!" teriak ona masih tak Terima dengan apa yang nia lakukan padanya sedangkan gadis itu tetap berlari dengan tawa khasnya.

"Ga mau!" Teriak nia masih terus berlari.

"Wah anjir bener, awas ya lu!" Ancam ona melepaskan sepatunya lalu lemparnya namun naas sepatu itu malah mengenai seseorang yang terjatuh dengan tidak elit.

Keduanya berhenti sejenak, menatap ngeri dengan lelaki yang terkena lemparan sepatu dari ona.

"Mampus!"

"ASTAGA!" Kaget Sipa, Midya dan juga Lle menutup mulut tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Sedangkan sang pelaku menatap polos si korban yang masih saja berbaring di tanah.

"Sepatu siapa ini?!" Tanya deren.

"Bukan punya nia, nih punya dia." Tunjuk nia pada ona.

"Hehe, es duren maaf atuh ga sengaja." Ujar ona cengengesan kepada deren yang kali ini hanya bisa tersenyum masam.

"Nih sepatunya lain kali jangan di lempar."

"Makasih duren."

"Gue deren!" Sewot deren tak Terima.

"Lah salah siapa namanya duren eh maksudnya deren jadikan kepleset gue manggilnya." Jelas ona tak ingin kalah dari deren.

"Subhanallah, balik balik ke rumah gue ganti nama bener." Frutasi deren.

Ona tertawa pelan sambil memakai sepatunya "ga boleh marah nanti cepat tua, duren." Ucap ona sudah berlari ke tempat sahabatnya.

"Sabar, sabar banget gue."

"Nih minum dulu." Ucap sipa memberikan air mineral kepada ona dan di Terima dengan senang hati olehnya.

"Kalian ngapain disini?"

"Emang ga boleh? Suka suka kitalah!" Sewot midya masih mode senggol bacok menatap tajam galaksi.

"Santai dong mba."

"Sorry dya masih mode senggol bacok." Galaksi mengangguk mengerti posisi midya yang mungkin saja masih kesal.

Drit!

Drit!

"Lle."

Drit!

"Lle, woi HP lu bunyi tuh." Panggil sipa menyenggol lengan Lle kuat membuat Lle menoleh kearahnya.

"Biarin ga penting."

"Tapi itu dari emak lampir." Ucap sipa lagi sedikit berbisik pada Lle, Lle menghela napas kasar, beranjak pergi dari hadapan semua orang.

"..."

"Ga akan pulang."

"..."

"Ga usah pake ngancem anjing!"

"..."

"Sialan! Ya gue pulang."

Tut!

"Bangsat, kenapa harus terjadi lagi." Ujar Lle mengacak rambutnya, dengan langkah yang lebar gadis itu berlalu melewati keempat sahabatnya yang masih saja bercanda bersama, tatapan tajam tanpa ampun gadis itu berikan membuat semua orang bingung dengan sikapnya yang kini berubah.

"Lle mau kemana?" Tanya Midya.

"Pulang."

"Ga mau barengan?" Tanya sipa.

Lle menggeleng, lalu sebuah mobil mewah berhenti membuat Lle langsung saja berjalan dan masuk ke dalam mobil menghiraukan panggilan dari sahabatnya.

"LLE! MICHELLE!" Teriak Nia.

"Tumben tuh anak gitu." Gumam sipa menatap nanar kepergian Lle, keheningan mulai terjadi di antara keempatnya.

"Kita pulang aja." Saran Ona karena tak mungkin mereka bersenang senang tanpa ada Lle di antara mereka rasanya tidak nyaman saja karena kemana mana selalu bersama.

"Oke."

"Kalian mau kemana?"

"Pulang" Jawab mereka serempak.

*****

Plak!

Kepala gadis itu hanya dapat tertoleh mendapatkan serangan tiba tiba dari pria paru baya yang kini menatapnya nyalang. Gadis yang awalnya datang dengan diam kini ikut menatap nyalang lelaki paru baya itu, seperti ada pertarungan sengit dimata keduanya.

"Kau sama saja dengan ibu mu!" Teriak lelaki paru baya itu.

Bugh!

"Michelle!" Teriak seorang wanita tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Kau bajingan sialan! Kau yang meminta cerai karena wanita sialan itu!" Teriak Lle masih memukuli ayahnya.

Bugh!

Bugh!

"Arghh! Lepaskan saya! Jika bukan karena anda, karakter pembangkang saya tidak akan pernah lahir!" Teriak Lle memberontak ingin memukuli ayahnya kembali.

Tatapan amarah tertuju pada gadis seusianya, lalu tanpa perasaan Lle mendorong gadis itu hingga dirinya jatuh dan memekik kesakitan karena ulah Dari Lle.

"KARENA KELAHIRAN LU, KELUARGA GUE HANCUR! KARENA LU GUE KEHILANGAN SOSOK AYAH DAN IBU, KARENA LU ANJING!" teriak Lle membabi buta memukuli gadis ringkih itu tanpa memikirkan bagaimana akibatnya.

"Seyren!" Teriak nada ingin membantu putrinya.

"Michelle, bunda mohon lepaskan Seyren, seyren lagi sakit." Lirih nada ingin memisahkan Lle supaya tak memukuli putrinya.

"Lepas jalang!"

Bugh!

"Sshh!" Ringis Lle memegang ujung bibirnya terasa sakit.

Lle terkekeh sembari menyeka darah yang keluar dari bibirnya itu.

"Kau iblis."

"Ya gue emang iblis tuan witama, iblis yang Anda ciptakan sendiri!" Ucap Lle menatap miris witama lalu pergi menuju kamarnya.

Brak!

Suara pintu terbanting sempurna, witama memejamkan matanya supaya amarahnya dapat ia tahan, inilah kehidupan asli Lle terlihat tenang di permukaan namun hancur di dalam.

Kehidupan memang memiliki alurnya sendiri, yang terlihat sempurna dengan kekayaan belum tentu sempurna dalam keluarga.

ALSTROEMERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang