"Kenapa kamu berpikir begitu?" Tanya Nanon kini.
"Sebelum ibu memutuskan bercerai dengan ayah. Ibu mengatakan padaku kebahagiaan harus di cari jangan di pendam, karena manusia hidup hanya sebentar. Walaupun aku mengakui sifatnya yang mengkhianati ayah adalah sifat yang hina, belakangan aku juga mengetahui kalau ayah dan ibu di jodohkan oleh kedua orangtua mereka dulu tetapi terpaksa menjalani pernikahan selama 17 tahun dan memiliki diriku."
"Lalu apa yang terjadi setelahnya?"
"Dua hari setelah sidang perceraian itu selesai ayah dan ibu memutuskan untuk quality time berdua ke suatu tempat tetapi di mereka kecelakaan sebelum sampai di tempat tujuan. Hari itu adalah hari paling hancur untukku dan bersamaan dengan itu pula kau memutuskan hubungan denganku." Jelas Ohm yang membuat Nanon menoleh kearah pria yang memeluknya dari belakang itu dengan tatapan iba namun Ohm terkekeh dengan tatapan Nanon itu sambil mencubit pipinya. "Aku baik-baik saja, sayang. Di hari itu juga Bibi Ka dan Love memutuskan mengajakku untuk tinggal bersamanya makanya sampai detik ini Bibi Ka sangat menyayangiku sebagai putranya sendiri."
"Aku tidak tahu kalau hidupmu akan semiris itu, Ohm. Aku menyesal memutuskan hubungan denganmu waktu itu, seandainya saja aku tahu kalau semua itu yang terjadi tidak mungkin aku meeninggalkanmu."
"Tapi, sekarang kau sudah kembali bersamaku dan ke pelukanku. Jadi, untuk apa aku merasa jauh darimu sama sekali tidak." Senyum Ohm yang mengeratkan pelukannya dengan keduanya menikmati matahari terbenam di ufuk barat tempat mereka berpijak saat ini.
---
Dew yang duduk di mobil menunggu Tu memesan makanan di sebuah restoran pun hanya memainkan ponselnya lalu tak lama gadis itu sampai dengan membawa beberapa kantung berisi makanan untuk dirinya dan Dew. "Makan dulu. Hari ini aku lihat kau sama sekali belum makan." Cetus Tu yang membuat Dew mengambil makanan berisi hamburger itu lalu pria tinggi itu pun memakannya membuat Tu terkekeh dan ikut menikmati makanan tersebut.
Setelah selesai makan Tu mengantarkan Dew menuju apartemennya menggunakan mobil yang ia setir. Sekarang keduanya sudah sampai di apartemen dengan Tu yang membawakan beberapa barang-barang milik Dew seorang diri namun tanpa Tu duga ternyata Dew ikut membantu membawakan barang-barang tersebut menuju kamar apartemennya.
"Aku bawa sendiri saja, Dew. "
"Kau sudah kelelahan seperti itu masih saja memaksa, biar aku yang membantumu." Dingin Dew sambil membawakan beberapa barangnya di ikuti Tu di belakangnya hingga kini keduanya sudah berada di dalam lift. Tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam lift kemudian pria itu memperhatikan Tu secara seksama lalu berkata. "Kau Tontawan kan?"
Tu yang di panggil namanya menoleh sambil bertanya. "Maaf, siapa?"
"Kau tidak ingat aku? Aku Ryu teman SMA mu dulu anak basket."
"Ryu Vachirawich?" Tanya Tu lagi yang dijawab anggukkan kepala oleh pria tinggi di sebelahnya yang tampak akrab dengan Tu itu kemudian Dew yang ada di sebelah kiri Tu hanya menatapnya malas ketika melihat Tu tampak akrab dengan Ryu.
"Kau tampak berbeda ya sekarang." Canda Tu membuat Ryu tersenyum.
"Biasa saja. Kau juga tidak ada perubahan masih imut saja." Timpal Ryu membuat Tu terkekeh dengan ucapan temannya itu lalu ia pun menoleh kearah Dew sambil berkata. "Oh iya, Ryu. Kenalkan ini Dew dia orang yang bekerja denganku, talent Orchid Entertainment."
"Salam kenal saya Ryu." Ryu memperkenalkan diri namun Dew sama sekali tak mengindahkan perkenalannya justru bersikap dingin dan tetap menatap lurus ke pintu lift. Ryu hanya tersenyum namun Tu tampak kesal dengan sifat Dew pada temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEETHOVEN
FanfictionDua hati yang telah terkubur selama bertahun-tahun perlahan kembali terbuka ketika di hadapkan dalam sebuah situasi yang tak terduga. Memunculkan kembali memori-memori terdahulu yang memang sudah di pastikan takkan terbuka lagi. Ohm Pawat seorang c...
14-CLASSIFIED
Mulai dari awal