Kenzie tertawa pelan, "Aku hanya ingin berkencan denganmu," ucapnya blak-blakan.

"Aku tidak bisa,"

Senyumnya langsung hilang, "But why?"

"Karena kau adalah kakak dari temanku," jawabku asal.

"Itu bukan jawaban, Rain. Aku memang kakak Julia. Tapi kami sudah bisa mengurus hidup masing-masing. Bahkan Julia sudah bekerja di perusahaan besar pertama di kota ini,"  jelas Kenzie.

"Dia tidak pernah menghubungiku lagi setelah bekerja di perusahaan itu," ucapku kesal kepada Kenzie.

Kenzie terdiam, "Benarkah?"

"Ya! Julia bahkan tidak mengabariku apapun. Dia pergi dengan menjual tokonya. Jadi aku harus mencari toko lain untuk keperluan kafeku,"

Kenzie semakin bingung dengan apa yang aku katakan, "Julia menjual tokonya? Kepada siapa?"

Aku juga ikut bingung, "Kau tidak tahu jika Julia menjual tokonya kepada seorang pria kaya?"

"Aku tidak tahu, Rain. Julia tidak memberitahuku," jawab Kenzie.

Aku menatap mata Kenzie. Melihat apakah dia berbohong atau tidak padaku. Kenzie tidak berbohong. Dia mengatakan kejujuran. Apa sebenarnya rencana Julia kali ini?

"Siapa pria yang membeli toko milik Julia?" tanya Kenzie panasaran.

"Dia pria yang bernama Oliver Ravegan. Aku tidak mengenal lebih jauh tentang dia. Saat aku berada di toko milik Julia, pria itu juga disana dan setelah dia memperkenalkan diri aku langsung pergi begitu saja," jelasku kepada Kenzie. Bahkan sekarang aku tidak tahu kenapa bisa menjelaskan segera gamblang kepada Kenzie.

"Kenapa kau pergi?" tanya Kenzie.

Aku memutar bola mata, "Karena dia menyeramkan,"

"Huh?"

"Ah, lupakan saja,"

Aku segera makan siang. Ditemani Kenzie yang asik berbicara sendiri. Sebenarnya dia mengajakku bicara, tapi aku hanya diam saja. Tidak berniat mendengarkan.

Setelah percakapanku dengan Kenzie tadi membuatku memikirkan sesuatu. Jika dengan Kenzie saja Julia tidak mengatakan apa-apa. Apalagi denganku yang hanya teman bisnis saja? Secara naluri, seharusnya Julia lebih terbuka dengan Kenzie. Kenapa Julia sampai menjual tokonya dan memilih bekerja di perusahaan besar. Bukankah Julia mengatakan jika tokonya itu adalah pemberian terakhir dari kedua orang tuanya? Tapi kenapa dia memilih menjual toko itu kepada pria kaya?

Pertanyaan terus berputar di kepalaku. Tidak mungkin jika Julia melakukan hal yang di luar batasannya. Tapi sampai sekarang Julia tidak mengabariku lagi. Apakah terjadi sesuatu padamya? Bahkan Kenzie sebagai kakak Julia juga tidak mendapatkan kabar darinya. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Julia hingga menghilang begitu saja.

Beberapa waktu berlalu, hingga tibalah di sore hari.

Aku mengemasi barang-barangku. Kenzie menungguku sejak tadi. Dia benar-benar pria yang tidak mudah menyerah. Aku sudah menolaknya berkali-kali tetapi dia tetap ingin dekat denganku.

Ah, aku lupa menjelaskan bagaimana aku bisa bertemu Kenzie. Waktu itu setelah aku kenal Julia cukup lama, Kenzie datang ke tokonya Julia bertepatan saat aku sedang mengobrol dengan adiknya. Saat itu aku dan Kenzie belum begitu dekat. Tapi dia langsung sadar jika aku bekerja di satu perusahaan dengannya. Sejak itulah Kenzie mulai dengan keramah-tamahannya di kantor saat melihatku. Dia bersikap jika kami sudah begitu dekat. Bahkan secara terang-terangan dia mengatakan jika dia menyukaiku. Tetapi aku terus menolaknya, dan menolaknya.

Kenzie tetap pada tujuannya, yaitu menaklukanku. Tapi aku tidak semudah itu. Kenzie harus sadar jika ingin mendapatkanku itu hanya sebuah kemustahilan semata.

Kembali ke realita, aku menatap Kenzie yang sekarang berjalan berdampingan denganku. Pria ini terus saja mencoba dekat denganku.

"Mau aku antar sampai rumah, Ra?" tanya Kenzie saat kami sudah sampai di parkiran.

"Aku bawa mobil sendiri dan aku bisa pulang sendiri," aku segera pergi dari hadapannya.

"Hati-hati, Ra!" ucap Kenzie.

Saat di mobil aku langsung mendapat pesan dari Deren. Katanya ada seorang pelanggan yang tidak mau membayar tapi malah memberikan bahan makanan untuk kafeku.

Setelah membaca pesan dari Deren, aku langsung menjalankan mobil dan membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang. Menanti apa yang akan terjadi disana. Padahal kami tidak butuh bahan makanan. Karena aku sudah punya mitra bisnis baru setelah Julia menjual tokonya.

Setidaknya aku berharap orang ini tidak aneh seperti Kenzie atau menyebalkan seperti Alaric.

****

kiw kiw cukurukuk

hei hei, jangan lupa tinggalkan jejak kalian, biar aku tau masih ada yg baca atau enggak💀

penasaran chapter selanjutnya?
sabar sabarrr

tertanda,
Lemon istri Choi Soobin selingkuhan DPR Ian

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang