Restoran tertentu

Mulai dari awal
                                    

"Kusuo, kau selalu datang pagi sekali."

"Pagi hari sangat sehat." Kusuo mengusap kepala Chiaki, dan memberitahunya manfaat bangun pagi, "Badan terasa sangat sehat, dan udara sangat menyegarkan. Chiaki bisa mencoba bangun pagi dan berolahraga."

Mata Chiaki mengernyit. "Kedengarannya sulit."

"Kita tidak tahu sebelumnya mencobanya, kan?"

Chiaki membalas dengan tersenyum polos, "Aku sudah tahu itu sulit bahkan sebelum mencobanya."

Bangun pagi sangat mustahil untuknya.

----&----

Sekolah Dasar tidak jauh dari apartemen para gadis kecil. Hanya perlu membutuhkan 7 atau 8 menit berjalan kaki untuk sampai di sekolah, dan lebih cepat lagi jika menggunakan sepeda.

Berbaring di sofa, Kusuo membaca novel baru yang melayang di depan wajahnya, dengan tangannya menyilang di belakang kepalanya. Itu adalah novel baru yang cukup seru untuk dibaca.

Di bagian dapur; piring, sumpit, dan peralatan makan melayang-layang di udara, mencuci diri sendiri.

"Koisuru Metronome..." Halaman berikutnya terbuka, dan Kusuo sudah tahu siapa penulis, "Gadis itu, kan?

Kusuo bersiul pelan. "Mereka juga ada. Cukup mengejutkan."

Berapa banyak dunia ini bercampur dengan anime di kehidupan sebelumnya tidak dia ketahui.

Dia mudah saja ingin mengetahuinya, tetapi itu tidak akan membuat hidupnya menarik. Melihat karakter baru hidup di waktu yang tidak diketahui, memiliki perasaan yang cukup memuaskan.

Saat Kusuo dalam dunianya, keempat gadis sudah siap untuk pergi ke sekolah.

Kusuo bangun, menyandar dagu di sisi soda, wajahnya malas, dan dia melihat ke arah mereka. "Jangan nakal, oke? Tapi jika seseorang mengganggu kalian, balas saja. Jangan beri ampun."

"Onii-san, kau tidak seharusnya mengatakan itu." Chiharu menatap dengan ekspresi rumit. Dia tidak tahu harus bahagia atau khawatir.

"Aku mengerti." Kusuo menyipitkan matanya dan tersenyum tipis, "Jika hal itu terjadi, katakan saja padaku. Aku memiliki banyak cara untuk mengatasinya."

"T-tidak perlu. Kami akan baik-baik saja."

Chiaki berkeringat deras. Dia tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi jika kakak itu memutuskan untuk balas dendam.

Jika itu bukan dibakar, pasti dibekukan, kan?!!"

"Kusuo, Aku pergi!"

Chiaki melambai dengan cerah tanpa rasa takut, tapi Kusuo sangat tahu apa yang dirasakannya.

Dia tidak menghentikannya. Dia hanya diam dan mengamati diam-diam bagaimana perkembangan para gadis kecil kedepannya nanti.

"Kami pergi, Onii-san."

Chiaki membungkuk sopan, yang diikuti Chinatsu, Chiaki, dan Chifuyu, sebelum mereka keluar apartemen.

Kusuo mengangkat tangan kanannya. "Hati-hati di jalan."

Baru saja keluar, dan secara kebetulan, para gadis kecil bertemu dengan tetangga di sebelah yang juga baru saja keluar.

Wanita dengan rambut merah muda sepinggang, ketika mendengar pintu terbuka di kamar sebelah, mengangkat matanya dan melihat, dan matanya berkedip beberapa kali tampak tidak percaya.

Melihat wanita yang diam di depan pintu dengan mata tajam, para gadis ketakutan, dan mereka berlari kecil ke bawah.

"Mungkinkah Aku salah lihat?"

Mafuyu menggerakkan matanya, dan memastikan di ruangan mana para gadis itu keluar.

"Itu ternyata benar." Mafuyu mengigit bibir bawahnya dengan keras, matanya tampak kecewa.

Karena sering mampir di rumah Kusuo, Mafuyu jadi tahu berapa jumlah keluarga Oosuki. Mereka hanya berdua, dan tidak ada siapapun lagi selain Oosuki Mamako dan Oosuki Kusuo.

Baru saja empat gadis SD keluar dari ruangan seorang remaja yang tinggal sendiri, tentu saja membuat orang curiga.

Tapi menuduh muridnya tanpa ada bukti bukan guru yang ideal. Mafuyu memijat keningnya dan bergumam dengan tegas, "Saat melihatnya nanti, ayo tanyakan padanya. Mungkin saja itu kerabat jauh."

Setelah mengunci pintu, Mafuyu turun ke bawah, dan pergi ke sekolah menggunakan mobilnya.

Sepasang mata yang dapat melihat apapun meski di halangi tembok sedikit tergerak.

"Untung saja Mafuyu-sensei tidak mengetuk pintu."

Kusuo tentu saja melihat hal itu, dan dia sedikit mengernyit.

Bagaimana dia harus memberi alasan? Berbohong pada Mafuyu atau berkata jujur?

Tidak, dia harus berkata jujur. Mafuyu sering ke rumahnya, dan dia mungkin akan bertanya pada Mamako. Jika Mamako mengetahuinya, itu akan bertambah gawat.

"Ya, tidak masalah jika Mafuyu-sensei mengetahuinya."

Kusuo mengangguk menyetujui keputusannya, lalu kembali berbaring di sofa sambil membaca novel tanpa menyentuhnya.

Tidak ada yang memaksanya datang sekolah, tentu saja dia tidak pergi ke sekolah. Dia memenuhi reputasinya sebagai siswa nakal, yang membuat para guru kerepotan, khususnya Mafuyu-sensei.

"Aku harus memberi Mafuyu-sensei hadiah nanti."

Setelah beberapa saat, dia kembali ke rumah untuk sarapan, lalu kembali lagi ke apartemen gadis kecil untuk bersantai membaca novel.

Beberapa jam bersantai tanpa beranjak dari sofa, tanpa sadar waktu sudah jam 11 pagi.

Tubuh akan kaku jika tidak digerakkan, karena hal itu Kusuo bangun dan membuka ponselnya.

Tapi apa yang harus dia lakukan?

Kusuo merenung beberapa menit, tapi dia sama sekali tidak ada apapun yang harus dilakukan.

"Berhenti berpikir. Cari apapun yang terlihat menarik."

Kusuo berdiri, lalu menghilang, dan muncul di rumahnya. Dia mengganti pakaiannya, dan kemudian pergi keluar.

Beberapa orang meliriknya dengan penasaran di jalan. Tentu saja hal itu terjadi karena dia menggunakan yukata, dengan pedang di samping pinggangnya, dan sandal kayu, yang terlihat berbeda dari yang lain.

Kusuo adalah Kusuo. Dia tidak peduli bagaimana pendapat orang lain, dan karena hampir siang hari, Kusuo mencari restoran untuk makan siang.

Setelah satu jam berjalan, terdengar keributan di seberang jalan. Kusuo menoleh, dan melihat seorang ibu-ibu yang terlihat menjengkelkan di tendang keluar seorang wanita.

Kusuo menghampiri dan melihat apa yang terjadi.

"Apa kau manajernya?" Ibu itu bertanya dengan marah pada wanita yang melipat tangan di depan dadanya.

"Ya, itu Aku." Wanita itu menjawab tanpa rasa takut. "Ada apa?"

"Beraninya kau mengusirku dengan kasar? Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya!" Wanita yang tampak tua itu terus mencemooh, "Makanan itu sedikit asin, dan kau malah mengusirku! Aku akan memposting hal ini di internet nanti."

Wanita itu berkata acuh tak acuh, "Ya ya ya, kau bisa melakukan apapun."

Wanita yang tampak tua itu menggertakkan giginya karena marah, lalu pergi sambil mengoceh.

Selain Kusuo, beberapa pejalan juga berhenti untuk melihat hal itu.

Mendesah lelah, wanita itu membungkuk dan meminta maaf, "Maaf atas gangguannya."

Setelah mengatakan permintaan maaf, wanita masuk ke dalam restoran. Karena penasaran, Kusuo  memiringkan kepalanya untuk melihat ke pintu yang masih terbuka sebelum tertutup.

Kusuo bisa melihatnya dengan jelas, tapi...

"Ada anak kecil?"


My Easy Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang