“Bagaimana hukum orang yang berpuasa tapi tidak sholat?” Pertanyaan itu Kak Bintang berikan pada perempuan yang kini sudah berada disampingnya.
“Sia-sia. Gak dapet pahala.” Setelah menjawab, gadis itu mendapat hadiah kecil yang sama seperti sebelumnya. Tak lupa tepuk tangan sebagai apresiasi ia dapatkan.
“Masih pada semangat gak?!”
“Masih!”
“Masih mau lanjut?”
“Mau!”
“Oke, ini game terakhir, ya. Nama gamesnya, games Gajah Semut. Kalau Kakak bilang semut, kalian jawab kecil tapi tangannya buka lebar-lebar. Tapi kalau Kakak bilang Gajah, kalian jawab besar tapi tangannya tutup jadi kecil, oke?”
“Oke!” Seru murid-murid dengan semangat.
Setelah Kak Bintang menjelaskan, berikutnya kami diperbolehkan untuk duduk. Karena beberapa murid mengeluh kakinya pegal. Lalu Kak Bintang memberikan interupsi. Dua kali percobaan beberapa dari kami melakukan kesalahan, termasuk Kak Hisyam. Semua tertawa saat kak Hisyam kena tuduhan, tapi karena ini percobaan jadinya dia tidak diberikan hukuman. Dan berujung anak-anak lagi yang mendapat hukuman karena kali ketiganya Kak Bintang menginterupsi ternyata membuat kesalahan.Tiga orang yang mendapat pertanyaan kini sudah duduk kembali setelah menjawab dan mendapat gift kecil. Setelah kami beristirahat sebentar, kini Kak Hisyam yang mengambil alih posisi Kak Bintang sebelumnya.
“Capek, gak?”
“Capek, Kak. Tapi seru!” Jawab bocah yang terlihat masih semangat.
“Nah, sebelum kalian pulang, Kakak minta buat semuanya keluarin kertas sama pulpennya masing-masing. Kertas selembar aja, oke!” Ujar Kak Hisyam. Detik berikutnya anak-anak meraih tasnya masing-masing dan segera menyobek buku sesuai perintah yang di arahkan.
“Kalian tulis pesan kesan buat kakak-kakak pengajar kalian. Mau ucapan terimakasih, puisi, atau pantun bisa kalian tulis disana. Mau kalian curhat, boleh juga. Pokonya kalian curahin semuanya di kertas itu. Siapa yang beres duluan, tentunya bisa pulang duluan juga. Paham?”
“Paham, Kak!”
“Jangan nyontek, ya. Masing-masing aja.” Final Kak Hisyam membuat para murid kini mulai menggoreskan tintanya diatas kertas putih itu.
Beberapa menit kemudian kulihat tulisan mereka satu persatu sembari mengambil dokumentasi. Sekilas kubaca ternyata banyak yang membuat surat untuk Kak Jaki. Sepertinya daya tarik Kak Jaki begitu mengesankan bagi para murid perempuan. Tapi tidak menutup ucapan terimakasih untuk Bang Dzul dan yang lainnya.
Bukan hanya aku yang mengecek surat anak-anak satu persatu, tapi semua pengajar termasuk para pemuda itu juga ikut melihat tulisan mereka. Beberapa kali Kak Bintang mendekat ke arahku tapi aku buru-buru untuk pergi agar tidak berdekatan.
Sungguh, aku masih malu. Bahkan yang biasanya aku banyak bicara, hari ini aku banyak diam. Lebih fokus pada kamera yang ku pegang.
🕊️
Karena sedang tidak melaksanakan salat, aku memilih untuk melanjutkan film yang sempat tertunda kemarin. Aku sudah menyiap beberapa makanan dan minuman untuk menjadi teman kemageran ku kali ini. Namun, baru saja aku menyamankan posisiku seseorang mengetuk pintu kamar dan muncul dibaliknya.“Kak.” Panggilnya setelah mengetuk pintu untuk meminta izin.
“Kenapa?” Jawabku tak menoleh pada pintu. Sebab aku sudah hapal dengan suaranya.
“Itu di luar ada Kak Dilla sama Kak Lucy.” Ucap Irsya membuatku kini menoleh padanya.
“Ngapain?”
Irsya mengangkat bahunya, kemudian ia pergi begitu saja tanpa menutup pintu kamar.
“Heh! Lo berdua, ngapain pada disini?” Panggilku saat melihat keberadaan Dilla dan Lucy didepan teras.
“Lo dapat titip kayak gini juga gak?” Tanya Dilla mengangkat paper bag dihadapan ku.
Aku mengerut bingung, “enggak, tuh. Emang itu apaan?”
“Seriusan gak dapet?” Tanya Lucy yang kulihat ia juga menenteng paper bag yang sama
“Assalamualaikum,” Ucap Bang Dzul tiba-tiba datang. “Lah? Pada disini kalian?”
Dilla dan Lucy mengangguk.
“Nih, titipan dari Bintang.” Kata Bang Dzul menyodorkan paper bag yang sama seperti yang dibawa Dilla dan Lucy.
to be continued ..
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
RandomBagaimana jadinya jika seseorang yang hadir dalam waktu singkat justru ternyata melekat dalam benak. Jika pertemuan disebut takdir, apakah pantas perasaan disebut juga sebagai takdir? Lantas, sebenarnya takdir itu apa? Siapa sangka kehadiran sosok B...
BAB 11 Seru yang Akan Dirindu
Mulai dari awal